BUKANLAH SIAPA KITA, MELAINKAN KITA BERSAMA SIAPA - NEHEMIA PASARIBU | GPI PONDOK DAUD | RUMAH DOA KELUARGA - RDK

 BUKANLAH SIAPA KITA, MELAINKAN KITA BERSAMA SIAPA

Shalom, apa kabar? disayang Tuhan, disayang Tuhan, disayang Tuhan

Bacaan Alkitab Tahun 2025: Lukas 18-21

Sering kali kita menilai diri dari siapa kita: apa pekerjaan kita, apa pencapaian kita, atau apa status kita. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa. Dan ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan.

Roma 8:31 “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

Beberapa poin yang perlu kita renungankan:

1. Identitas sejati ada dalam Tuhan
Siapa kita di dunia ini mungkin berubah-ubah: pekerjaan, status, bahkan peran dalam keluarga bisa berubah seiring waktu. Namun, bersama Tuhan kita selalu memiliki identitas yang sama: anak-anak Allah yang dikasihi.

 Tetapi saat kita berjalan bersama Tuhan, identitas kita menjadi anak-anak Allah yang kekal.

2. Kebersamaan dengan Tuhan memberi arah dan makna
Tanpa Tuhan, kita mudah tersesat oleh ambisi, kesibukan, atau tekanan hidup. Tetapi bersama-Nya, kita tahu arah yang benar meski jalan terasa berat.

3. Kebersamaan dengan Tuhan menular dalam keluarga
Saat setiap anggota keluarga mengutamakan Tuhan, kasih, pengampunan, dan ketulusan akan lebih mudah diwujudkan dalam relasi sehari-hari. Saat badai datang, keluarga tidak mudah goyah, karena identitas dan kekuatannya ada pada Tuhan, bukan pada hal-hal fana.

Hidup sering membawa kita pada jalan yang sulit yakni sakit, masalah keuangan, konflik, atau rasa putus asa. Tetapi Berkat Tuhan hari ini mengingatkan, bersama Tuhan kita tidak pernah berjalan sendiri. Walau dunia seakan meninggalkan kita, Tuhan tetap setia menyertai.

Dia adalah Allah yang berkata: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5). Janji ini memberi kepastian bahwa tidak ada penderitaan yang terlalu berat jika dijalani bersama Tuhan.

Keluarga yang menaruh Tuhan di pusat akan menemukan penghiburan, kekuatan, dan harapan baru, bahkan dalam masa-masa yang paling sulit. Karena bukan siapa kita yang membuat kita kuat, melainkan bersama siapa kita berjalan. Dan jika kita berjalan bersama Tuhan, kita berjalan dalam kemenangan.

Keluarga bukan hanya sekumpulan orang yang tinggal serumah, melainkan tempat di mana kasih, pengampunan, dan pengharapan tumbuh. Namun semua itu tidak bisa bertahan dengan kekuatan kita sendiri. Kehadiran Tuhanlah yang membuat kasih itu nyata, pengampunan itu mungkin, dan pengharapan itu terus hidup di tengah rumah tangga.

Tanpa Tuhan, kasih bisa memudar karena ego, pengampunan sulit diberikan karena luka, dan pengharapan bisa hilang oleh masalah hidup. Tetapi bersama Tuhan, keluarga dibentuk menjadi tempat yang saling menguatkan, karena kasih-Nya menjadi dasar, pengampunan-Nya menjadi teladan, dan janji-Nya memberi pengharapan.

Jawaban setiap orang mungkin berbeda, tapi ada beberapa cara sederhana untuk menilai apakah kita sungguh berjalan bersama Tuhan hari ini:

1.   Apakah aku sudah melibatkan Tuhan dalam awal hariku?
Lewat doa, firman, atau sekadar ucapan syukur, kita membuka hati untuk dipimpin Tuhan.

2.   Apakah tindakanku hari ini mencerminkan kasih Tuhan?
Apakah perkataan dan sikapku membawa damai, pengampunan, dan penghiburan bagi orang lain?

3.   Apakah aku peka terhadap suara hati dan firman-Nya?
Saat dihadapkan pada pilihan, apakah aku lebih memilih kehendak-Nya daripada keinginanku sendiri?

4.   Apakah aku bersandar pada Tuhan dalam kesulitan?
Bukan hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi menyerahkan beban dan percaya bahwa Tuhan menyertai.

Firman Tuhan mengingatkan: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)

Jadi, bersama Tuhan berarti hidup melekat pada-Nya, bukan hanya di momen doa, tapi dalam setiap langkah sehari-hari.

Menempatkan Tuhan sebagai pusat berarti setiap keputusan, besar maupun kecil, selalu ditimbang dengan kacamata iman, bukan hanya logika atau keinginan pribadi.

Beberapa tanda praktis bahwa keluarga menaruh Tuhan di pusatnya:

1.   Doa bersama jadi dasar, bukan sekadar rutinitas.
Keluarga melibatkan Tuhan lewat doa sebelum memutuskan hal penting (pendidikan anak, pekerjaan, bahkan langkah sederhana sehari-hari).

2.   Firman Tuhan menjadi pedoman.
Apa pun yang diputuskan, diukur dengan: “Apakah ini sesuai dengan firman Tuhan? Apakah ini membawa kemuliaan bagi-Nya?”

3.   Kasih dan pengampunan lebih diutamakan daripada ego.
Saat konflik muncul, keluarga memilih jalan damai dan saling mengampuni, karena Tuhanlah pusatnya.

4.   Keputusan jangka panjang dibangun dengan iman, bukan hanya pertimbangan duniawi.
Misalnya soal keuangan, pendidikan, atau pelayanan — semua diarahkan untuk mendukung pertumbuhan iman keluarga.

Menjadikan Tuhan pusat berarti bertanya sebelum bertindak: “Apakah ini kehendak Tuhan?” bukan hanya “Apakah ini keinginanku?”

“Siapa kita bisa berubah, tapi bersama Tuhan kita selalu anak-anak Allah. Dan itu identitas yang tidak akan pernah hilang.”

Tuhan Yesus memberkati, diberkati, diberkati, diberkati Tuhan, salam dan doa kami #RumahDoaKeluarga

Bagi yang membutuhkan konseling/doa dapat menghubungi: Rumah Doa Keluarga (0852-5629-3956)

Komentar

  1. Menempatkan Tuhan sebagai pusat berarti setiap keputusan, besar maupun kecil, selalu ditimbang dengan kacamata iman, bukan hanya logika saja atau bahkan keinginan pribadi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin hidup penuh berpengharapan dan mengandalkan Tuhan selama kita diberikan nafas kehidupan bermohon supaya kita tetap didalam hidup bersama Tuhan

      Hapus
  2. Bersama Tuhan berarti hidup melekat pada-Nya, bukan hanya di momen doa, tapi dalam setiap langkah sehari-hari.

    BalasHapus
  3. Roma 8:31
    "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita"?

    BalasHapus
  4. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa. Dan ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan

    BalasHapus
  5. Kehadiran Tuhanlah yang membuat kasih itu nyata, pengampunan itu mungkin, dan pengharapan itu terus hidup di tengah rumah tangga.

    BalasHapus
  6. Terimakasih untuk Renungan Firman Allah... Tuhan Yesus Memberkati 🙏🙏🙏

    BalasHapus
  7. ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan

    BalasHapus
  8. Jika Allah dalam kita maka Allah yang akan turut berperang untuk kita, amen

    BalasHapus
  9. Roma 8:31 “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

    BalasHapus
  10. Tuhanlah yang berkuasa atas segala-galahnya🔥🔥

    BalasHapus
  11. Shalomm Di berkati di berkati Tuhan Amin
    Ia bersama Tuhan. Hidup akan lebih berati tanpa Tuhan hidup kita tidak ad apa" Nya
    Happy sunday Family🙏🤗

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  13. Bersama Tuhan berarti hidup melekat pada-Nya bukan hanya di momen doa tapi dalam setiap langkah sehari-hari.Amen🙏

    BalasHapus
  14. Bersama Tuhan berarti hidup melekat pada-Nya, bukan hanya di momen doa, tapi dalam setiap langkah sehari-hari

    BalasHapus
  15. Lukas 18-21
    Sering kali kita menilai diri dari siapa kita: apa pekerjaan kita, apa pencapaian kita, atau apa status kita. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa. Dan ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan.

    BalasHapus
  16. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa a.

    BalasHapus
  17. Sering kali kita menilai diri dari siapa kita: apa pekerjaan kita, apa pencapaian kita, atau apa status kita. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa. Dan ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan.

    BalasHapus
  18. Jika Allah di pihak kita siapakah yg dapat melawan?
    Tuhan berkati 🙏

    BalasHapus
  19. Joice Anggun Letisya SitorusMinggu, Oktober 05, 2025 8:42:00 AM

    Keluarga bukan hanya sekumpulan orang yang tinggal serumah, melainkan tempat di mana kasih, pengampunan, dan pengharapan tumbuh.

    BalasHapus
  20. Menjadikan Tuhan pusat berarti bertanya sebelum bertindak: “Apakah ini kehendak Tuhan?” bukan hanya “Apakah ini keinginanku?”

    BalasHapus
  21. Hidup bersama Deng Tuhan Yesus selalu ada kemenangan dalam setiap jawaban doaDatas hidup kita

    BalasHapus
  22. Berjalan bersama Tuhan memberi kekuatan, arah, dan pengharapan. Kita adalah anak-anak Allah yang dikasihi.

    BalasHapus
  23. Amien, Saat setiap anggota keluarga mengutamakan Tuhan, kasih, pengampunan, dan ketulusan akan lebih mudah diwujudkan dalam relasi sehari-hari. Saat badai datang, keluarga tidak mudah goyah, karena identitas dan kekuatannya ada pada Tuhan, bukan pada hal-hal fana.

    BalasHapus
  24. Menempatkan Tuhan di pusat berarti bahwa setiap keputusan, besar atau kecil, selalu dipertimbangkan melalui lensa keimanan, bukan hanya logika atau bahkan keinginan pribadi.

    BalasHapus
  25. Zefanya Marselino SiahaanMinggu, Oktober 05, 2025 8:35:00 PM

    Keluarga yang menaruh Tuhan di pusat akan menemukan penghiburan, kekuatan, dan harapan baru, bahkan dalam masa-masa yang paling sulit. Karena bukan siapa kita yang membuat kita kuat, melainkan bersama siapa kita berjalan. Dan jika kita berjalan bersama Tuhan, kita berjalan dalam kemenangan

    BalasHapus
  26. Siapa kita bisa berubah, tapi bersama Tuhan kita selalu anak-anak Allah. Dan itu identitas yang tidak akan pernah hilang.

    BalasHapus
  27. Tuhan Yesus memberkati, diberkati, diberkati, diberkati Tuhan, salam dan doa kami #RumahDoaKeluarga. By Neta

    BalasHapus
  28. Allah adalah pahlawan bagi kita swmua😇

    BalasHapus
  29. “Siapa kita bisa berubah, tapi bersama Tuhan kita selalu anak-anak Allah. Dan itu identitas yang tidak akan pernah hilang.”

    BalasHapus
  30. Dia adalah Allah yang berkata: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” (Ibrani 13:5). Janji ini memberi kepastian bahwa tidak ada penderitaan yang terlalu berat jika dijalani bersama Tuhan.

    BalasHapus
  31. Di dalam Allah kita menemukan identitas kita yang sebenarnya

    BalasHapus
  32. Ayat Hari Ini:
    Roma 8:31 “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

    BalasHapus
  33. Tetapi bersama Tuhan, keluarga dibentuk menjadi tempat yang saling menguatkan, karena kasih-Nya menjadi dasar, pengampunan-Nya menjadi teladan, dan janji-Nya memberi pengharapan.
    (GRACE NABABAN)

    BalasHapus
  34. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa. Dan ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan
    Rachel Tiara Boru sijabat

    BalasHapus
  35. Lewat doa, firman, atau sekadar ucapan syukur, kita membuka hati untuk dipimpin Tuhan.

    BalasHapus
  36. Tanpa Tuhan, kasih bisa memudar karena ego, pengampunan sulit diberikan karena luka, dan pngharapan bisa hilang oleh masalah hidup.

    BalasHapus
  37. ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan..

    BalasHapus
  38. Saat setiap anggota keluarga mengutamakan Tuhan, kasih, pengampunan, dan ketulusan akan lebih mudah diwujudkan dalam relasi sehari-hari.

    BalasHapus
  39. Tetapi bersama Tuhan, keluarga dibentuk menjadi tempat yang saling menguatkan, karena kasih-Nya menjadi dasar, pengampunan-Nya menjadi teladan, dan janji-Nya memberi pengharapan.

    BalasHapus
  40. Tetapi firman Tuhan mengingatkan bahwa yang lebih penting bukanlah siapa kita, melainkan kita bersama siapa. Dan ketika kita bersama Tuhan, kita memiliki kekuatan, arah, dan pengharapan.

    BalasHapus

  41. Ayat Roma 8:31 “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”

    BalasHapus
  42. Menempatkan Tuhan sebagai pusat berarti setiap keputusan, besar maupun kecil, selalu ditimbang dengan kacamata iman, bukan hanya logika atau keinginan pribadi.

    BalasHapus
  43. Zefanya robintang LumbantoruanJumat, Oktober 10, 2025 7:26:00 PM

    Hidup beriman bukan tentang siapa kita di mata dunia, tetapi tentang bersama siapa kita berjalan. Ketika kita berjalan bersama Tuhan, kita memiliki identitas sejati sebagai anak-anak Allah, arah hidup yang jelas, serta kekuatan untuk menghadapi setiap tantangan

    BalasHapus
  44. Amin, disayang Tuhan, disayang Tuhan, disayang Tuhan

    BalasHapus
  45. Kehadiran Tuhanlah yang membuat kasih itu nyata, pengampunan itu mungkin, dan pengharapan itu terus hidup di tengah rumah tangga.

    BalasHapus

Posting Komentar