Shalom,
apa kabar? disayang Tuhan, disayang Tuhan, disayang Tuhan
Bacaan
Alkitab Tahun 2025: Mazmur 48-51
“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan
diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu...” (Lukas
10:41-42a)
Kesibukan
seringkali dianggap sebagai tanda keberhasilan. Saat orang bertanya, “Apa
kabar?” Jawaban yang paling umum adalah, “Sibuk.” Tapi sibuk bukan selalu
berarti produktif. Bahkan, bisa jadi kesibukan membuat kita semakin jauh dari
Tuhan tanpa kita sadari.
Dalam
cerita Marta dan Maria, kita menemukan kontras antara dua respons terhadap
kehadiran Yesus. Marta sibuk dengan hal-hal praktis, memasak, menyiapkan
makanan, mengurus rumah. Maria memilih untuk duduk diam dan mendengarkan Yesus.
Menariknya,
Yesus tidak memuji Marta yang sedang ‘melayani’, tetapi justru membela Maria
yang ‘duduk diam’. Bukan karena pelayanan tidak penting, tetapi karena Marta
sedang kehilangan fokus: ia melayani Tuhan, tapi hatinya jauh dari Tuhan. Ia
hadir secara fisik, tetapi jiwanya tidak terhubung dengan Sang Juruselamat.
Kesibukan
sering menjadi pengganti keintiman. Kita terjebak dalam rutinitas: pergi ke
gereja, rapat pelayanan, aktivitas rohani... tapi lupa duduk diam dan bersekutu
dengan Tuhan. Pelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong, bahkan
penuh keluhan seperti Marta.
Hidup
kita bisa terlihat "rohani" di luar, tapi ternyata kering di dalam.
Kita bisa terlihat aktif di pelayanan, tetapi kehilangan kasih mula-mula. Yesus
memanggil kita kembali kepada “satu hal yang perlu”: hubungan pribadi dengan
Dia. Duduk diam di kaki-Nya bukanlah kemalasan, tapi bukti kerinduan dan kasih.
Apakah kesibukan saya menjauhkan saya dari hubungan pribadi dengan Tuhan?
Mari
kita renungkan: Kapan terakhir kali saya duduk diam hanya untuk menikmati
hadirat-Nya? Apakah saya melayani Tuhan karena kasih atau karena tuntutan
rutinitas?
Tuhan
Yesus memberkati, diberkati, diberkati, diberkati Tuhan, salam dan doa kami
#RumahDoaKeluarga
Bagi
yang membutuhkan konseling/doa dapat menghubungi: Rumah Doa
Keluarga (0852-5629-3956)
Mari kita renungkan: Kapan terakhir kali saya duduk diam hanya untuk menikmati hadirat-Nya? Apakah saya melayani Tuhan karena kasih atau karena tuntutan rutinitas?
BalasHapusKesibukan sering menjadi pengganti keintiman. Kita terjebak dalam rutinitas: pergi ke gereja, rapat pelayanan, aktivitas rohani... tapi lupa duduk diam dan bersekutu dengan Tuhan.
BalasHapusHidup kita bisa terlihat "rohani" di luar, tapi ternyata kering di dalam. Kita bisa terlihat aktif di pelayanan, tetapi kehilangan kasih mula-mula.
BalasHapusPelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong, bahkan penuh keluhan seperti Marta.
BalasHapusMelalui doa hidup kita terhubung dengan Tuhan karna doa merupakan suatu bentuk persekutuan kita dgn DIA.
BalasHapusMarta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu...” (Lukas 10:41-42a)
BalasHapusHidup kita bisa terlihat "rohani" di luar, tapi ternyata kering di dalam. Kita bisa terlihat aktif di pelayanan, tetapi kehilangan kasih mula-mula. Yesus memanggil kita kembali kepada “satu hal yang perlu”: hubungan pribadi dengan Dia. Duduk diam di kaki-Nya bukanlah kemalasan, tapi bukti kerinduan dan kasih.
BalasHapus🙏🏻
BalasHapusKesibukan sering menjadi pengganti keintiman. Kita terjebak dalam rutinitas: pergi ke gereja, rapat pelayanan, aktivitas rohani... tapi lupa duduk diam dan bersekutu dengan Tuhan. Pelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong, bahkan penuh keluhan.
BalasHapus“satu hal yang perlu”: hubungan pribadi dengan Dia. Duduk diam di kaki-Nya bukanlah kemalasan, tapi bukti kerinduan dan kasih.
BalasHapusPelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong.
BalasHapus“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu...” (Lukas 10:41-42a
BalasHapusAmien, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu...” (Lukas 10:41-42a)
BalasHapusKesibukan seringkali dianggap sebagai tanda keberhasilan. Saat orang bertanya, “Apa kabar?” Jawaban yang paling umum adalah, “Sibuk.” Tapi sibuk bukan selalu berarti produktif. Bahkan, bisa jadi kesibukan membuat kita semakin jauh dari Tuhan tanpa kita sadari..
BalasHapusDalam cerita Marta dan Maria, kita menemukan kontras antara dua respons terhadap kehadiran Yesus. Marta sibuk dengan hal-hal praktis, memasak, menyiapkan makanan, mengurus rumah. Maria memilih untuk duduk diam dan mendengarkan Yesus.....
BalasHapus😇
HapusYesus memanggil kita kembali kepada "satu hal yang perlu" hubungan pribari dengan DIA🙏🙏
BalasHapusIntim dengan Tuhan Yesus, bukti dengan duduk diam di hadirat~Nya, dengan merendahkan diri, itulah yg menjadi kentiman kami keluarga besar dengan Tuhan Yesus Kristus, amien. 🙏❤️🇮🇱
BalasHapusYesus Kristus sangat merindukan hungan pribadi dengan baik (duduk diam di kaki Tuhan)
BalasHapusDuduk diam di kaki-Nya bukanlah kemalasan, tapi bukti kerinduan dan kasih.
BalasHapus“Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu...” (Lukas 10:41-42a)
BalasHapusKesibukan sering menjadi pengganti keintiman. Kita terjebak dalam rutinitas: pergi ke gereja, rapat pelayanan, aktivitas rohani... tapi lupa duduk diam dan bersekutu dengan Tuhan. Pelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong, bahkan penuh keluhan seperti Marta.
BalasHapusTapi sibuk bukan selalu berarti produktif. Bahkan, bisa jadi kesibukan membuat kita semakin jauh dari Tuhan tanpa kita sadari.
BalasHapusKesibukan seringkali dianggap sebagai tanda keberhasilan. Saat orang bertanya, “Apa kabar?” Jawaban yang paling umum adalah, “Sibuk.” Tapi sibuk bukan selalu berarti produktif. Bahkan, bisa jadi kesibukan membuat kita semakin jauh dari Tuhan tanpa kita sadari.
BalasHapusPelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong, bahkan penuh keluhan seperti Marta. Hidup kita bisa terlihat "rohani" di luar, tapi ternyata kering di dalam.
BalasHapuslamtama
BalasHapusRefi
BalasHapusBukan karena pelayanan tidak penting, tetapi karena Marta sedang kehilangan fokus: ia melayani Tuhan, tapi hatinya jauh dari Tuhan. Ia hadir secara fisik, tetapi jiwanya tidak terhubung dengan Sang Juruselamat.
BalasHapusMari kita renungkan: Kapan terakhir kali saya duduk diam hanya untuk menikmati hadirat-Nya? Apakah saya melayani Tuhan karena kasih atau karena tuntutan rutinitas?Mari kita renungkan: Kapan terakhir kali saya duduk diam hanya untuk menikmati hadirat-Nya? Apakah saya melayani Tuhan karena kasih atau karena tuntutan rutinitas?...
BalasHapusaminn..puji tuhann
BalasHapusDalam kesibukan.. jangan pernah lupakan Tuhan
BalasHapusAmen, Memberikan waktu kita kepada Tuhan sepenuhnya
BalasHapusRutinitas rohani bisa terjadi karena saya merasa ada tuntutan rutinitas karena motivasi hati saya yang salah yaitu mengharapkan penilaian orang lain, saya mau memperbaiki kehidupan rohani saya bukan untuk dinilai oleh orang lain, tapi motivasi saya karena saya mengasihi Tuhan, dan Tuhan sudah menebus dosa saya dan melayakkan saya, sehingga saya patut bersuka cita karena kasih karunia Tuhan atas hidup saya.
BalasHapus“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yohanes 15:5)
BalasHapusShalom RDK
BalasHapusTerima kasih 💙
BalasHapus