SIBUK - NEHEMIA PASARIBU | GPI PONDOK DAUD | RUMAH DOA KELUARGA - RDK

 SIBUK 

Shalom, apa kabar? disayang Tuhan, disayang Tuhan, disayang Tuhan

Bacaan Alkitab Tahun 2025: Mazmur 40-43

"Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:41-42)

Di dunia yang serba cepat ini, kita sering merasa bangga saat mengatakan, “Aku sibuk.” Seolah-olah kesibukan menjadi tanda keberhasilan, produktivitas, bahkan kerohanian. Tapi mari kita berhenti sejenak dan bertanya: “Apakah kesibukanku membuatku semakin dekat dengan Tuhan, atau justru menjauhkan?”

Kesibukan bisa menjadi tanda kita sedang berjuang, aktif, atau bertanggung jawab. Namun, bisa juga menjadi jebakan yang mengalihkan kita dari hal terpenting: hubungan kita dengan Tuhan.

Kisah Marta dan Maria sering dianggap kisah kontras antara dua tipe orang Kristen: yang sibuk bekerja dan yang diam mendengar. Namun, yang menjadi masalah bukan pelayanannya Marta, melainkan prioritasnya. Marta ingin memberikan yang terbaik bagi Yesus, tapi justru kehilangan kesempatan untuk mendengarkan suara-Nya secara pribadi.

Yesus tidak menolak pelayanan, tetapi Ia mengoreksi hati yang lebih fokus pada aktivitas daripada kehadiran-Nya. Maria “memilih bagian yang terbaik,” yaitu duduk diam di kaki Yesus. Ini bukan soal pasif atau aktif, melainkan soal menempatkan Tuhan di tempat pertama.

Marta adalah contoh orang yang sibuk melayani. Ia melayani Yesus, itu hal yang baik. Tapi Maria memilih duduk diam di kaki-Nya, mendengarkan firman. Yesus tidak menegur Marta karena pelayanannya, tetapi karena ia “kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara” sehingga kehilangan momen intim bersama Tuhan.

Terkadang, dalam kesibukan kita di sekolah, kampus, pekerjaan, pelayanan, media sosial, atau bahkan kegiatan gerejawi, kita lupa duduk di kaki Yesus. Kita mengira aktif berarti rohani, padahal keintiman dengan Tuhan tidak bisa digantikan oleh aktivitas.

Mari kita renungkan dan kita sadari: Apakah saya memberi waktu khusus untuk Tuhan di tengah kesibukan saya? Apakah saya lebih seperti Marta atau Maria belakangan ini? Apakah saya sibuk untuk Tuhan, atau sibuk menggantikan Tuhan?

Sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan aktivitas, bahkan dalam pelayanan rohani. Tapi kita bisa lupa berdoa, membaca firman, atau hanya duduk diam mendengarkan suara Tuhan.

Kesibukan tidak salah, tapi menjadi salah saat menggantikan keintiman dengan Tuhan.
Sibuk tidak selalu berarti produktif secara rohani. Bahkan bisa jadi kita aktif di gereja tapi hampa di hati. Kita lelah, kosong, bahkan mulai melayani dengan terpaksa atau marah karena tidak ada waktu untuk mengisi diri di hadapan Tuhan.

Yesus tidak sedang mencari orang paling sibuk, tapi orang yang paling dekat dengan-Nya. Kesibukan kita hanya bernilai kalau lahir dari hubungan yang erat dengan Tuhan. Jangan biarkan dunia yang bising dan agenda yang penuh mencuri waktu kita untuk duduk di kaki-Nya.

Mari kita belajar untuk tidak hanya sibuk dengan banyak hal, tapi juga setia menyediakan waktu untuk duduk mendengar firman Tuhan dan mau memilih bagian yang terbaik, yaitu berada dekat dengan Tuhan serta menata prioritas hidup ini agar Tuhan selalu menjadi yang terutama.

Tuhan Yesus memberkati, diberkati, diberkati, diberkati Tuhan, salam dan doa kami #RumahDoaKeluarga

Bagi yang membutuhkan konseling/doa dapat menghubungi: Rumah Doa Keluarga (0852-5629-3956)

Komentar

  1. Balasan
    1. Amin semoga renungan ini menjadi untuk bisa kita mengimbangi hari demi hari selamat hari Minggu selamat ber ibadah

      Hapus
  2. Mari kita belajar untuk tidak hanya sibuk dengan banyak hal, tapi juga setia menyediakan waktu untuk duduk mendengar firman Tuhan dan mau memilih bagian yang terbaik, yaitu berada dekat dengan Tuhan serta menata prioritas hidup ini agar Tuhan selalu menjadi yang terutama.
    Happy Sunday
    Selamat beribadah

    BalasHapus
  3. Sering kali kita terjebak dalam rutinitas dan aktivitas, bahkan dalam pelayanan rohani. Tapi kita bisa lupa berdoa, membaca firman, atau hanya duduk diam mendengarkan suara Tuhan.

    BalasHapus
  4. Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
    (Lukas 10:41-42)

    BalasHapus
  5. Yesus tidak menolak pelayanan, tetapi Ia mengoreksi hati yang lebih fokus pada aktivitas daripada kehadiran-Nya.

    BalasHapus
  6. Menempatkan Tuhan di tempat pertama.

    BalasHapus
  7. Jangan biarkan dunia yang bising dan agenda yang penuh mencuri waktu kita untuk duduk di kaki-Nya.

    BalasHapus
  8. Marta ingin memberikan yang terbaik bagi Yesus, tapi justru kehilangan kesempatan untuk mendengarkan suara-Nya secara pribadi.

    BalasHapus
  9. Yesus tidak sedang mencari orang paling sibuk, tapi orang yang paling dekat dengan-Nya. Kesibukan kita hanya bernilai kalau lahir dari hubungan yang erat dengan Tuhan. Jangan biarkan dunia yang bising dan agenda yang penuh mencuri waktu kita untuk duduk di kaki-Nya.

    BalasHapus
  10. Kesibukan bisa menjadi tanda kita sedang berjuang, aktif, atau bertanggung jawab.

    BalasHapus
  11. Rofika imanuely hutagaolMinggu, Juni 01, 2025 8:06:00 PM

    "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
    (Lukas 10:41-42)

    BalasHapus
  12. Mari kita belajar untuk tidak hanya sibuk dengan banyak hal, tapi juga setia menyediakan waktu untuk duduk mendengar firman Tuhan dan mau memilih bagian yang terbaik, yaitu berada dekat dengan Tuhan serta menata prioritas hidup ini agar Tuhan selalu menjadi yang terutama.Amin 🙏

    BalasHapus
  13. Kesibukan tidak salah, tapi menjadi salah saat menggantikan keintiman dengan Tuhan.

    BalasHapus
  14. Dalam kehidupan yang serba cepat, banyak orang merasa harus terus produktif agar dianggap berhasil. Kalender penuh, tubuh lelah, pikiran sibuk, tapi hati tetap kosong...

    BalasHapus
  15. > Kisah Marta dan Maria sangat relevan untuk kehidupan modern. Marta menyambut Yesus di rumahnya, tindakan yang baik dan tulus. Ia sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk menjamu Sang Tamu agung. Tapi dalam kesibukannya itu, ia mulai gelisah dan marah karena merasa Maria tidak membantunya.

    BalasHapus
  16. > Mari kita evaluasi: Apakah kita masih menyediakan waktu duduk di kaki Yesus setiap hari? Ataukah kita terlalu sibuk dengan pelayanan, pekerjaan, dan kegiatan hingga kehilangan arah?

    BalasHapus
  17. "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Lukas 10:41-42)

    BalasHapus
  18. Amiennn, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu...” (Lukas 10:41-42a)

    BalasHapus
  19. Kesibukan seringkali dianggap sebagai tanda keberhasilan. Saat orang bertanya, “Apa kabar?” Jawaban yang paling umum adalah, “Sibuk.” Tapi sibuk bukan selalu berarti produktif. Bahkan, bisa jadi kesibukan membuat kita semakin jauh dari Tuhan tanpa kita sadari...

    BalasHapus
  20. Bukan karena pelayanan tidak penting, tetapi karena Marta sedang kehilangan fokus: ia melayani Tuhan, tapi hatinya jauh dari Tuhan. Ia hadir secara fisik, tetapi jiwanya tidak terhubung dengan Sang Juruselamat..

    BalasHapus
  21. Kesibukan sering menjadi pengganti keintiman. Kita terjebak dalam rutinitas: pergi ke gereja, rapat pelayanan, aktivitas rohani... tapi lupa duduk diam dan bersekutu dengan Tuhan. Pelayanan tanpa persekutuan bisa membuat hati kosong, bahkan penuh keluhan seperti Marta.....

    BalasHapus
  22. Mari kita renungkan: Kapan terakhir kali saya duduk diam hanya untuk menikmati hadirat-Nya? Apakah saya melayani Tuhan karena kasih atau karena tuntutan rutinitas?.

    BalasHapus
  23. Mungkin kemarin saya terlalu disibukkan oleh rutinitas saya, bahkan saya terlena oleh saat teduh saya sebagai suatu kebiasaan yang bukan menjadi keinginan hati saya untuk intim dengan Tuhan....Saat ini saya memilih untuk memprioritaskan mendengar suara Tuhan melalui doa, perenungan firman-Nya dan duduk diam mendengarkan apa yang menjadi keinginan Tuhan di dalam hidup saya.

    BalasHapus
  24. “Mengapa kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan hasil jerih payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan?” (Yesaya 55:2a).

    BalasHapus
  25. Buah rohani bukan hasil usaha manusia semata, tapi hasil dari hubungan yang melekat dengan Kristus.

    BalasHapus
  26. (: Yesus memakai perumpamaan tentang pokok anggur dan ranting untuk menjelaskan hubungan antara diri-Nya dengan kita. Ia tidak berkata, “Barangsiapa bekerja keras untuk-Ku, ia akan berbuah banyak,” melainkan: “Barangsiapa tinggal di dalam Aku.”

    BalasHapus
  27. Kisah Para Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku...”

    BalasHapus
  28. Aminn, Pentakosta adalah hari pencurahan Roh Kudus yang menandai kelahiran gereja dan awal pelayanan para rasul dengan kuasa surgawi. Sebelum peristiwa itu, para murid masih bingung, takut, dan belum tahu bagaimana harus menjalankan misi Yesus. Namun, janji Yesus jelas: “Kamu akan menerima kuasa...”

    BalasHapus
  29. > Suara seperti tiupan angin keras, menandakan kehadiran Allah

    BalasHapus
  30. Roh Kudus adalah jawaban atas kelemahan manusia.

    BalasHapus
  31. Mereka tidak hanya berkumpul, tapi saling menguatkan, berbagi, dan memperhatikan satu sama lain

    BalasHapus
  32. Pentakosta bukan hanya menciptakan pribadi-pribadi yang dipenuhi Roh Kudus, tetapi membentuk sebuah komunitas baru yang terbakar oleh kasih dan semangat hidup bersama dalam Tuhan

    BalasHapus
  33. > Gereja mula-mula menjadi teladan: hidup dalam pengajaran yang sehat, persekutuan yang erat, doa yang konsisten, dan kasih yang nyata.

    BalasHapus
  34. <> Api Roh Kudus bukan membuat mereka menjadi orang-orang super rohani yang hidup sendiri-sendiri, tapi membentuk sebuah keluarga rohani yang dinamis dan berdampak.

    BalasHapus
  35. Kobaran api dari Roh Kudus harus terus menjalar, dari hidup kita kepada keluarga, gereja, komunitas, bahkan bangsa. Kita bukan hanya penerima api, tapi pembawa dan penyebarnya...

    BalasHapus
  36. Sukacita yang sejati berasal dari dekatnya saya dengan Tuhan!

    BalasHapus
  37. Panjatkan Doa dan Penyerahan Diri
    Daud adalah teladan dalam menyerahkan segalanya kepada Tuhan—mengedepankan kerinduan akan hadirat-Nya sebagai pusat hidup, bukan sekadar ritual

    BalasHapus
  38. Ketika kita benar-benar mendekat kepada-Nya, kita tidak hanya menemukan ketenangan, tapi juga perlindungan, kelegaan, dan pengharapan.....

    BalasHapus
  39. > Kelemahlembutan: Kekuatan yang Terkendali. Dalam dunia yang keras dan penuh ego, kelemahlembutan sering dianggap lemah. Tapi dalam terang Kristus, kelemahlembutan adalah kekuatan yang tunduk kepada Roh.

    BalasHapus
  40. Aminnnnn, Galatia 5:22-23 "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu."

    BalasHapus
  41. Kasih karunia Yesus, kasih Allah, dan persekutuan dengan Roh Kudus, ini adalah berkat sehari-hari kita...

    BalasHapus
  42. >> Ia datang untuk tinggal, menyertai, dan bersekutu dengan kita, hari demi hari, detik demi detik.

    BalasHapus
  43. Di dunia yang serba cepat ini, kita sering merasa bangga saat mengatakan, “Aku sibuk.” Seolah-olah kesibukan menjadi tanda keberhasilan, produktivitas, bahkan kerohanian. Tapi mari kita berhenti sejenak dan bertanya: “Apakah kesibukanku membuatku semakin dekat dengan Tuhan, atau justru menjauhkan?”

    BalasHapus
  44. Kasih karunia Yesus, kasih Allah, dan persekutuan dengan Roh Kudus, ini adalah berkat sehari-hari kita. Kita dipanggil untuk hidup dalam hubungan yang intim dan manis dengan Roh Kudus setiap hari.))

    BalasHapus
  45. Roh Kudus tidak datang untuk sebentar, lalu pergi. Ia datang untuk tinggal, menyertai, dan bersekutu dengan kita, hari demi hari, detik demi detik. .....

    BalasHapus
  46. Roh Kudus tidak datang dengan paksaan. Ia lembut, penuh kasih, dan sabar. Ia berbicara melalui hati nurani, melalui bisikan yang halus, bukan teriakan yang memaksa. Ketika kita berada dalam pergumulan, kehadiran-Nya memberikan damai. Saat kita jatuh dalam dosa, Ia bukan datang dengan penghukuman, tetapi dengan undangan untuk kembali kepada kasih Bapa!

    BalasHapus

Posting Komentar