Berperan Aktif Mencegah
Perusakan Alam
Baca dan Renungkan: Kejadian
2:15 Imamat 25:2-7
Tuhan menciptakan alam
dengan sempurna dan menugaskan manusia untuk mengelolanya. Sayangnya, banyak
manusia yang lebih mementingkan diri sendiri. Sehingga cepat atau lambat,
tindakan ini menghancurkan lingkungan dan alam.
Gerakan menjaga
kelestarian lingkungan tidak bisa hanya diserahkan kepada Lembaga Adat dan
pemerintah. Gereja harus mengambil peran aktif menjaga kelestarian lingkungan
dan warga jemaat harus dilibatkan dalam upaya seperti ini. Sebagai generasi
muda, kalian harus berperan aktif menjawab ajakan Tuhan untuk memelihara alam
dengan penuh tanggung jawab.
Mari Kita lihat Kondisi
Alam Indonesia Dengan letak geografisnya yang unik. Indonesia menjadi negara
dengan banyak keistimewaan dari sudut flora dan fauna. Untuk flora, ada
tumbuhan kopi, cokelat, sampai pada aneka jenis pisang, mangga, juga anggrek
yang hanya ditemukan di wilayah Indonesia. Untuk fauna, ada sejumlah satwa yang
juga hanya dapat ditemukan di wilayah Indonesia, mulai dari komodo yang
tergolong berukuran besar, buaya, sampai pada jenis serangga yang eksotis.
Perhatikan beberapa gambar di bawah ini yang menunjukkan rupa dari para satwa
itu.
Sayangnya, wilayah
Indonesia juga tiada hentinya ditimpa bencana karena banyaknya jumlah gunung
berapi dan posisi pulau serta kepulauan Indonesia yang terletak di antara tiga
lempengan bumi, yaitu Indo-Australia dari selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik
dari timur. Akibatnya, banyak terjadi erupsi gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, dan tanah longsor.
Gunung Merapi yang
terletak di Jawa Tengah termasuk salah satu gunung yang sering meletus dan
mengganggu kehidupan penduduk di kaki gunung dan sekitarnya dalam radius 15 km.
Selain gunung Merapi, gunung Sinabung di Sumatera Utara dan Gunung Lokon di
Sulawesi Utara juga sering meletus sejak tahun 2010 dan 2011 yang lalu. Dari
berbagai sumber, mungkin kalian juga tahu gunung-gunung berapi lainnya yang
sering meletus.
Namun, letusan yang
dianggap paling dahsyat adalah dari Gunung Krakatau yang terletak di Selat
Sunda, yaitu antara Pulau Sumatera bagian selatan dan Pulau Jawa wilayah Barat
yang terjadi pada tahun 1883. Mengapa dikatakan dahsyat? Karena dentuman
letusan itu terdengar sampai ke Benua Australia yang berjarak ratusan kilometer
jauhnya dan getaran karena bergoncangnya bumi (yang biasa kita sebut gempa
bumi) terasa sampai ribuan kilometer jauhnya.
Tsunami yang terjadi pada
tanggal 26 Desember 2004 dianggap berdampak paling besar bagi masyarakat di
Sumatera Utara, khususnya Banda Aceh dan sekitarnya. Tsunami ini melanda juga
Srilanka dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, namun jumlah korban jiwa di
Indonesia termasuk yang paling besar, yaitu lebih dari 100.000 orang.
Pada umumnya, bencana seperti ini memang terjadi di luar kontrol manusia. Ini sungguh-sungguh menunjukkan bahwa ada yang mengatur dinamika perubahan alam semesta. Sebagai manusia, yang kita dapat lakukan adalah menghindar bila memang ada bencana yang akan menimpa kita.
Badan Meteorologi dan Geofisika mengeluarkan peringatan
apabila memang akan terjadi bencana tsunami dan letusan gunung berapi. Mereka
yang tinggal di radius tertentu dari bencana yang akan muncul diimbau untuk
pindah ke tempat yang lebih aman.
Untuk wilayah negara Indonesia, bencana alam akibat ulah manusia cukup sering terjadi. Contoh paling nyata adalah banjir yang terjadi sejak puluhan tahun lamanya di berbagai tempat. Penyebabnya jelas, karena mendangkalnya sungai akibat bertumpuknya sampah.
Cukup banyak penduduk di bantaran sungai yang menjadikan sungai sebagai
tempat akhir pembuangan sampah. Pada tanggal 10 November 2020, Walikota Bogor,
Bima Arya, mengarungi Sungai Ciliwung dari Kota Bogor sampai ke Jakarta di
pintu air Manggarai dan menemukan puluhan lokasi pembuangan sampah secara liar
di sepanjang sungai itu (metro.tempo.co, 2020).
Selain banjir, bencana alam lainnya karena ulah manusia adalah kebakaran hutan yang tersulut oleh api. Memang betul bahwa kebakaran hutan disebabkan juga oleh kemarau panjang yang membuat tanaman menjadi sangat kering dan mudah terbakar bila terkena percikan api.
Api itu bisa terjadi karena ada percikan batubara. Namun, yang juga sering
terjadi adalah api yang berasal dari pembakaran hutan yang dilakukan secara
sengaja karena lahan mau dimanfaatkan untuk fungsi pertanian, perkebunan,
pemukiman, ataupun fungsi lainnya.
Indonesia terkenal sebagai negara yang memproduksi minyak dari kelapa sawit. Ada periode ketika perkebunan kelapa sawit tiba-tiba dibuka dengan mengubah hutan menjadi lahan kelapa sawit.
Beberapa kali negara Indonesia mendapat teguran dari negara-negara Singapura,
Malaysia dan Brunei Darussalam karena asap dari kebakaran hutan di wilayah
Indonesia yang berlangsung berminggu-minggu sampai berbulan-bulan lamanya
sungguh mengganggu penerbangan dan kehidupan masyarakat yang terkena.
Dasar Teologis untuk
Memelihara Lingkungan
Kejadian 2:15 berisi perintah Tuhan Allah kepada manusia. Ada dua perintah utama yang diberikan-Nya di sini, yaitu mengusahakan dan memelihara Taman Eden.
Perintah ini merupakan kelanjutan dari apa yang ditugaskan kepada manusia dalam Kejadian 1:28. Di situ dikatakan, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.” Sebagaimana yang sudah dibahas dalam Bab XI, kata “taklukkanlah” di sini seringkali menimbulkan salah pemahaman.
Kalau kita
perhatikan edisi terjemahan Alkitab Yang Terbuka (AYT) terbitan 2014, kita
menemukan penjelasan yang lebih ramah, yaitu “Beranakcuculah dan
berlipatgandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu.” Perintah
“taklukkanlah” cenderung bernada negatif, sementara kata “kuasailah” lebih
netral.
Dalam tafsirannya, Keil
dan Delitzsch (2020) mengatakan, “...manusia ditempatkan di Taman Eden untuk
menghiasinya dan menjaganya.” Kata ditempatkan dalam kalimat tersebut bermakna
bahwa manusia dipanggil untuk melakukan tugasnya yang khusus. Ini sangat berbeda
dengan masalah dan kegelisahan karena kerja keras yang kelak harus dilakukan
setelah manusia jatuh ke dalam dosa
Di surga, kata Keil dan Delitzsch, manusia bertugas mendandani (colere) taman. Perlu kita ketahui bahwa kata colere di sini adalah akar dari kata culture yang kita kenal sekarang sebagai upaya pembudidayaan. Ini misalnya dapat kita lihat dalam upaya manusia membudidayakan berbagai varietas tanaman yang akan merosot dan tumbuh liar karena tidak dibudidayakan.
Oleh karena itu, menanam dan melestarikan (שׁ רמ” =
menjaga”) kebun ila hi, bukan hanya untuk
menghindari perusakannya oleh kekuatan jahat apa pun, melainkan juga
mencegahnya menjadi liar melalui kemerosotan alam. Karena alam diciptakan untuk
manusia, panggilannya tidak hanya untuk memuliakannya dengan pekerjaannya,
membuatnya tunduk kepada dirinya sendiri, tetapi juga mengangkatnya ke dalam
lingkup roh dan memuliakannya lebih jauh.
Dari penjelasan di atas
nyata bahwa tugas manusia di dunia sungguh penting dan mulia. Tugas kita
bukanlah mengolah taman yang diberikan Allah dengan sewenang-wenang, melainkan
menjaganya dengan penuh tanggung jawab. Kita tidak bisa sembarangan menebangi hutan
untuk mengambil dan menjual kayunya tanpa upaya untuk melestarikannya kembali.
Dengan demikian, hutan tetap bisa menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan
berbagai hewan yang hidup di dalamnya.
Begitu pula dengan laut
dan segala isinya. Sayangnya, banyak orang yang mengabaikannya. Upaya
pelestarian lobster dengan memelihara dan membesarkannya diabaikan dengan cara
menjual bibitnya ke negara lain. Keuntungan yang dinikmati segera oleh
segelintir orang akan menyebabkan Indonesia kehabisan lobster dan kelak kita
tidak akan mampu lagi menikmatinya.
Imamat 25 memuat hukum-hukum Israel yang berkaitan dengan pemeliharaan alam dan keadilan bagi semua. Masyarakat Israel memiliki aturan Sabat. Pada setiap hari Sabat, mereka dilarang melakukan kegiatan apa pun karena Allah ingin memberikan kesempatan untuk beristirahat bagi semua.
Mari kita lihat bagaimana pemahaman tentang
hukum Sabat itu berkembang terus. Kita lihat perbandingannya dalam Keluaran
20:8-11, Ulangan 5:12-15, dan Imamat 25:2-7. Dari ketiga perikop ini, kita bisa
melihat bagaimana aturan itu diterapkan
Dalam Keluaran dikatakan
bahwa pada hari Sabat binatang-binatang pun harus diberikan istirahat, seperti
juga manusia. Sabat diberikan karena Tuhan juga beristirahat pada hari ketujuh.
Dalam Ulangan, kesempatan
istirahat itu diperluas kepada semua pekerja, buruh, dan hamba, serta semua
binatang peliharaan harus diberikan istirahat. Sabat diberikan sebagai
pembebasan bagi semua yang harus bekerja karena dasarnya adalah keadilan. Tuhan
membebaskan bangsa Israel dari perhambaan di Mesir. Kini mereka pun diingatkan
untuk tidak menindas orang lain maupun binatang-binatang peliharaan yang
biasanya digunakan untuk membantu kerja mereka.
Dalam Imamat, ada juga aturan hukum Sabat, yaitu tahun ketujuh, yang berlaku untuk tanah garapan bangsa Israel dan untuk binatang-binatang liar juga. Tanah yang tidak digarap harus dibiarkan tidak dituai.
Hasil tanaman di tanah garapan itulah yang akan menjadi
sumber makanan bangsa itu selama satu tahun Sabat itu. Demikian pula para
budak, orang upahan, orang asing, binatang ternak dan liar, semuanya diizinkan
untuk memakan semua hasil tanah itu.
Pemahaman tentang Sabat ini semakin diperluas di dalam Imamat 25. Di dalam bagian kitab itu dikatakan bahwa pada Tahun Yobel, yaitu pada tahun ketujuh dari tahun Sabat, artinya 7 x tahun Sabat (tahun ke-49 atau tahun ke-50), seluruh tanah harus diistirahatkan.
Kemudian, masyarakat Israel akan menjalankan pembagian ulang tanah garapan dan perumahan mereka. Orang-orang yang selama ini miskin karena terpaksa menjual atau menggadaikan tanah mereka karena berbagai alasan, kini akan mendapatkan tanah kembali.
Mereka yang sudah menjadi terlalu kaya karena terus-menerus
berhasil membeli tanah berkali-kali, kini akan menjadi sama dengan rekanrekan
sebangsanya. Tanah milik mereka akan dijadikan sama luasnya dengan para buruh
tani dan hamba yang sebelumnya tidak punya tanah.
Mengapa aturan Sabat ini
penting? Aturan ini penting karena ternya-ta alam juga membutuhkan waktu
istirahat untuk memulihkan kembali kondisinya. Apabila tanah terus-menerus
ditanami dan digarap, tanpa istirahat, tanah itu pun akan kehabisan zat haranya
yang sangat dibutuhkan untuk menjadi sumber makanan bagi tanaman-tanaman yang
tumbuh di situ. Kehabisan zat hara akan membuat tanah berubah menjadi padang
gurun.
Dalam tradisi beberapa suku di Indonesia pun kita menemukan tradisi yang sama. Di kalangan suku Dayak di Kalimantan, ada kebiasaan untuk berladang berpindah-pindah. Mengapa praktik ini dilakukan? Alasannya jelas.
Setelah tanah digarap beberapa tahun, kesuburannya
akan semakin berkurang. Yang terbaik yang harus mereka lakukan adalah pindah ke
tanah yang lain dan meninggalkan tanah yang lama untuk beristirahat. Setelah
beberapa tahun kemudian, mereka bisa kembali ke tanah itu dan kini kondisinya
akan menjadi lebih subur daripada sebelumnya.
Di Maluku ada tradisi “sasi” (jelajah.kompas.id, 2019), yaitu masa-masa larangan untuk masyarakat di sana untuk menangkap binatang-binatang tertentu. Ada sasi ikan lompa, sasi penyu, dan sasi burung gosong (Eulipoa wallacei), yang berstatus vulnerable (terancam).
Semua ini adalah bagian dari kearifan lokal yang berkembang untuk memelihara
dan melestarikan bagian-bagian dari alam yang terancam kelanjutannya.
Tanggung Jawab Manusia
untuk Memelihara Alam
Akan sangat mudah bila kita memilih untuk tidak peduli dengan bersikap bahwa bencana alam yang terjadi menunjukkan kuasa Allah terhadap alam semesta. Namun, ada jenis bencana yang sebetulnya disebabkan oleh ulah manusia.
Artinya, justru manusia yang berperan
penting dalam timbulnya bencana yang menyebabkan kerugian jiwa dan berbagai
material lainnya. Contoh-contoh di bawah ini menunjukkan betapa dahsyatnya
bencana karena ulah manusia.
Tragedi Minamata ini berupa pencemaran merkuri (Hg) atau air raksa di Kota Minamata, Jepang. Sebuah perusahaan batu baterei, Chisso, membuang limbah kimia ke Teluk Minamata selama bertahun-tahun (tahuan 1932—1949 saat mulai ditemukan korban) dalam jumlah yang sangat besar (200—600 ton).
Penduduk Jepang sangat gemar memakan ikan, bisa
sampai 410 gram per hari. Tanpa curiga, mereka memakan ikan yang sebetulnya
sudah tercemar limbah merkuri tersebut. Akibatnya, ratusan orang meninggal.
Memang betul pabrik sudah ditutup, tetapi penderita cacat fisik dalam bentuk
kelumpuhan syaraf masih ditemukan pada tahun 1958. Bertahun-tahun setelah
pabrik ditutup pencemaran merkuri pun berhenti.
Ternyata, kejadian serupa — limbah merkuri yang merusak lingkungan — dengan penyebab yang lain juga ditemukan di Indonesia. Penyebabnya antara lain, penambangan emas secara liar dengan menggunakan merkuri yang limbahnya dialirkan ke sungai atau dibuang ke tanah di sekitar lubang galian.
Suatu penelitian menemukan bahwa kadar merkuri
yang ditemukan di wilayah Ambon berpuluh kali lipat lebih tinggi dari kadar
merkuri yang ditemukan di Teluk Minamata. Dari catatan Kementerian Lingkungan
Hidup pada tahun 2017, ada 850 titik penambangan emas skala kecil yang tersebar
di 197 kabupaten/kota di 32 provinsi di Indonesia, melibatkan sekitar 250 ribu
penambang. “Dampak pengolahan emas menggunakan merkuri merugikan baik dari segi
lingkungan, kesehatan, ekonomi, dan sosial,” kata Karliansyah di Jakarta
(bisnis.tempo.co, 2017).
Untuk mengatasi hal ini, masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang bertujuan menyadarkan mereka akan bahaya yang sedang menunggu, baik bahaya untuk kerusakan alam maupun yang membahayakan manusia. Kegiatan edukatif seperti ini pernah dan masih dilakukan untuk kelompok nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil yang masih melakukan dengan cara yang tradisional.
Pembekalan seperti ini akan meningkatkan pemahaman
mereka untuk memahami informasi yang disampaikan oleh BMKG tentang prakiraan
cuaca. Selain itu juga, akan meningkatkan keterampilan mengelola budidaya
perikanan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari produk yang
dihasilkan. Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) adalah salah satu
contoh program edukasi yang dilalukan sebagai bentuk kerja sama Pemerintah
Indonesia dengan Rare Indonesia, salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM)
yang fokus pada isu konservasi alam.
Pada bulan Juni 2020,
Indonesia juga menegaskan komitmennya untuk menjaga wilayah laut sesuai dengan
sistem ekonomi kelautan berkelanjutan (sustainable ocean economy) (mongabay,
2020). Sebagai negara kepulauan, laut menjadi bernilai penting untuk Indonesia.
Secara global, lautan dunia memegang peranan penting karena menyumbang lebih
dari 2,5 triliun USD per tahun dalam bentuk memberi makan dan mata pencaharian
bagi lebih dari tiga miliar orang, serta mengangkut sekitar 90 persen
perdagangan dunia. Lautan juga dianggap sebagai sumber energi terbarukan dan
bahanbahan utama untuk memerangi penyakit.
Ada beberapa tragedi lain
yang terjadi, misalnya tragedi Nuklir Chernobyl yang diperkirakan memakan
korban sekitar 4000-an orang meninggal. Dampak dari radiasi masih ditemukan
sampai saat ini walaupun tragedi itu terjadi pada tahun 1986. Kalian dapat mencari
dari sumber-sumber lain tentang tragedi apa saja yang terjadi karena ulah
manusia.
Studi yang dilakukan oleh
Gkargkavouzi, Halkos, dan Matsiori (2019) menemukan bahwa perilaku terkait
dengan kepedulian dan pemeliharaan kelestarian alam didasari antara lain oleh
sikap egois atau altruistik seseorang. Altruistik adalah sifat yang mendahulukan
kepentingan orang lain, rela berbuat sesuatu yang mendatangkan kebaikan kepada
orang lain (KBBI, 2013).
Orang yang egois hanya
berpikir dari sudut kepentingannya sendiri. Ia ingin hidupnya nyaman tanpa
mempedulikan bagaimana kehidupan orangorang lain yang mengalami dampak dari
tingkah lakunya. Yang terma suk dalam
kategori orang-orang seperti ini adalah orang yang membuang sampah sembarangan,
orang yang membakar hutan untuk membangun perumahan, dan sebagainya.
Sebaliknya, orang yang altruistik berpikir tentang apakah tingkah lakunya memberikan dampak negatif kepada orang lain dan lingkungan. Orang yang altruistik ternyata memiliki rasa bersatu dengan alam. Mereka tidak rela bila melihat alam dan lingkungan menderita, bahkan hancur akibat kelakuan tidak bertanggung jawab dari orang-orang yang mementingkan diri sendiri.
Penggolongan ini tampak terlalu menyederhanakan,
tetapi cukup memberikan gambaran kepada kita tentang prinsip hidup yang
ternyata berperan erat dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, apa yang kalian rasakan ketika mendengar tentang bencana yang timbul karena ulah manusia? Misalnya saja, tentang penggundulan hutan di Papua, Kalimantan, dan Sumatera, banjir bandang, abrasi pantai, menumpuknya sampah plastik yang justru merusak keindahan alam.
Sedikitnya ada tiga sikap yang
muncul sebagai berikut:
a. Membiarkan saja, karena
tidak mungkin melakukan sesuatu untuk mencegah ini terjadi. Lagi pula, hal
tersebut sudah terjadi untuk waktu yang lama. Yang penting adalah saya tidak
melakukan hal-hal merusak seperti itu.
b. Prihatin, sampai berapa lama hal tersebut dapat dibiarkan terjadi terus karena semakin lama, bumi dan segala isinya menjadi semakin tercemar dan rusak. Namun, di sisi lain, juga merasa tidak berdaya karena tidak mungkin melakukan upaya pencegahan mengingat terbatasnya kapasitas untuk melakukan perubahan.
c. Bertindak aktif untuk
mencegah kerusakan bumi semakin parah. Tindakan ini didasari oleh kesadaran
untuk hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap alam pemberian
Tuhan. Tanpa menunggu apa tindakan yang akan dilakukan oleh orang lain, tindakan
aktif bahkan proaktif adalah membuat tindakan langsung, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan teman-teman yang juga memiliki kepedulian serupa, untuk
membuat tindakan melindungi dan memelihara alam
Pertanyaan:
1. Menurut kalian, mengapa
ada orang yang memilih untuk memikirkan kepentingannya sendiri dan tidak peduli
kepada kepentingan orang banyak?
2. Jelaskan bagaimana memahami berbagai bentuk tindakan pencegahan kerusakan alam!
1.Berorientasi utama pada diri sendiri menyebabkan kita kurang peka dengan orang lain atau lingkungan di sekitar kita. Seperti seorang egois adalah bahwa dia terlalu memandang tinggi dirinya, bahwa dia memiliki harga diri yang besar.
BalasHapus2.•Menebang pohon sembarangan dapat meningkatkan polusi karna tidak ada serapan karbon dioksida oleh pohon.
•Banjir karna serapan di dalam tanah mengurang karna tidak ada akar pohon yang menyerap air.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus
BalasHapus1. Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain
2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
— reboisasi
— tidak membuang sampah sembarangan
— tidak menebang pohon sembarangan
1. Kurangnya kesadaran atau empati: Beberapa orang mungkin tidak memahami atau peduli tentang dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan Lingkungan sosial: Budaya atau lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai mereka dan membuat mereka cenderung egois atau individualistik
BalasHapus2. Pendidikan Lingkungan: Mulai dengan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan dampak dari tindakan manusia terhadap alam Pengendalian Pencemaran: Mengenal dan mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan, limbah industri, dan sampah plastik.
1.Berorientasi utama pada diri sendiri menyebabkan kita kurang peka dengan orang lain atau lingkungan di sekitar kita. Seperti seorang egois adalah bahwa dia terlalu memandang tinggi dirinya, bahwa dia memiliki harga diri yang besar.
BalasHapus2.kita bisa melakukan tindakan yang paling mudah terlebih dahulu seperti tidak membuang sampah sembarang,tidak menebang pohon,melakukan reboisasi,dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk mencegah kerusakan alam.
1.Orang mungkin memilih memikirkan kepentingan sendiri dan tidak peduli pada kepentingan orang banyak karena sifat dasar manusia untuk bertahan hidup, pengalaman hidup yang membentuk perilaku, kurangnya empati, pengaruh pendidikan dan lingkungan, tekanan ekonomi dan sosial, serta rasa tidak aman. Faktor-faktor ini mendorong mereka untuk fokus pada diri sendiri demi keselamatan atau kemajuan pribadi.
BalasHapus2.1. **Edukasi Lingkungan**: Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan melalui pendidikan dan kampanye.
2. **Pengurangan Sampah**: Mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah dengan benar untuk mengurangi polusi.
3. **Konservasi Sumber Daya**: Menghemat penggunaan air, energi, dan bahan baku dengan menerapkan praktik berkelanjutan.
4. **Reboisasi dan Penghijauan**: Menanam pohon dan menjaga hutan untuk mencegah erosi dan kehilangan habitat.
5. **Pengaturan Emisi**: Mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara melalui teknologi bersih dan regulasi ketat.
6. **Pengelolaan Limbah Industri**: Mengelola limbah industri dengan aman untuk mencegah pencemaran tanah dan air.
7. **Perlindungan Keanekaragaman Hayati**: Melindungi habitat alami dan spesies yang terancam punah melalui undang-undang dan program konservasi.
Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain
BalasHapus2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
— reboisasi
— tidak membuang sampah sembarangan
— tidak menebang pohon sembarangan
1.Kurangnya kesadaran atau empati: Beberapa orang mungkin tidak memahami atau peduli tentang dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan Lingkungan sosial: Budaya atau lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai mereka dan membuat mereka cenderung egois atau individualistik
BalasHapus2. Pendidikan Lingkungan: Mulai dengan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan dampak dari tindakan manusia terhadap alam Pengendalian Pencemaran: Mengenal dan mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan, limbah industri, dan sampah plastik.
1.Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain
BalasHapus2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
— reboisasi
— tidak membuang sampah sembarangan
— tidak menebang pohon sembarangan
1. Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain
BalasHapus2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
— reboisasi
— tidak membuang sampah sembarangan
— tidak menebang pohon sembarangan
1. Kurangnya kesadaran atau empati: Beberapa orang mungkin tidak memahami atau peduli tentang dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan Lingkungan sosial: Budaya atau lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai mereka dan membuat mereka cenderung egois atau individualistik
BalasHapus2. Pendidikan Lingkungan: Mulai dengan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan dampak dari tindakan manusia terhadap alam Pengendalian Pencemaran: Mengenal dan mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan, limbah industri, dan sampah plastik.