Berperan Aktif Mencegah Perusakan Alam - Bab 12 | PAK Kelas 10 - 2024

 

Berperan Aktif Mencegah Perusakan Alam

Baca dan Renungkan: Kejadian 2:15 Imamat 25:2-7

Tuhan menciptakan alam dengan sempurna dan menugaskan manusia untuk mengelolanya. Sayangnya, banyak manusia yang lebih mementingkan diri sendiri. Sehingga cepat atau lambat, tindakan ini menghancurkan lingkungan dan alam.

Gerakan menjaga kelestarian lingkungan tidak bisa hanya diserahkan kepada Lembaga Adat dan pemerintah. Gereja harus mengambil peran aktif menjaga kelestarian lingkungan dan warga jemaat harus dilibatkan dalam upaya seperti ini. Sebagai generasi muda, kalian harus berperan aktif menjawab ajakan Tuhan untuk memelihara alam dengan penuh tanggung jawab.

Mari Kita lihat Kondisi Alam Indonesia Dengan letak geografisnya yang unik. Indonesia menjadi negara dengan banyak keistimewaan dari sudut flora dan fauna. Untuk flora, ada tumbuhan kopi, cokelat, sampai pada aneka jenis pisang, mangga, juga anggrek yang hanya ditemukan di wilayah Indonesia. Untuk fauna, ada sejumlah satwa yang juga hanya dapat ditemukan di wilayah Indonesia, mulai dari komodo yang tergolong berukuran besar, buaya, sampai pada jenis serangga yang eksotis. Perhatikan beberapa gambar di bawah ini yang menunjukkan rupa dari para satwa itu.

Sayangnya, wilayah Indonesia juga tiada hentinya ditimpa bencana karena banyaknya jumlah gunung berapi dan posisi pulau serta kepulauan Indonesia yang terletak di antara tiga lempengan bumi, yaitu Indo-Australia dari selatan, Eurasia dari utara, dan Pasifik dari timur. Akibatnya, banyak terjadi erupsi gunung berapi, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor.

Gunung Merapi yang terletak di Jawa Tengah termasuk salah satu gunung yang sering meletus dan mengganggu kehidupan penduduk di kaki gunung dan sekitarnya dalam radius 15 km. Selain gunung Merapi, gunung Sinabung di Sumatera Utara dan Gunung Lokon di Sulawesi Utara juga sering meletus sejak tahun 2010 dan 2011 yang lalu. Dari berbagai sumber, mungkin kalian juga tahu gunung-gunung berapi lainnya yang sering meletus.

Namun, letusan yang dianggap paling dahsyat adalah dari Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Sumatera bagian selatan dan Pulau Jawa wilayah Barat yang terjadi pada tahun 1883. Mengapa dikatakan dahsyat? Karena dentuman letusan itu terdengar sampai ke Benua Australia yang berjarak ratusan kilometer jauhnya dan getaran karena bergoncangnya bumi (yang biasa kita sebut gempa bumi) terasa sampai ribuan kilometer jauhnya.

Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 dianggap berdampak paling besar bagi masyarakat di Sumatera Utara, khususnya Banda Aceh dan sekitarnya. Tsunami ini melanda juga Srilanka dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, namun jumlah korban jiwa di Indonesia termasuk yang paling besar, yaitu lebih dari 100.000 orang.

Pada umumnya, bencana seperti ini memang terjadi di luar kontrol manusia. Ini sungguh-sungguh menunjukkan bahwa ada yang mengatur dinamika perubahan alam semesta. Sebagai manusia, yang kita dapat lakukan adalah menghindar bila memang ada bencana yang akan menimpa kita. 

Badan Meteorologi dan Geofisika mengeluarkan peringatan apabila memang akan terjadi bencana tsunami dan letusan gunung berapi. Mereka yang tinggal di radius tertentu dari bencana yang akan muncul diimbau untuk pindah ke tempat yang lebih aman.

Untuk wilayah negara Indonesia, bencana alam akibat ulah manusia cukup sering terjadi. Contoh paling nyata adalah banjir yang terjadi sejak puluhan tahun lamanya di berbagai tempat. Penyebabnya jelas, karena mendangkalnya sungai akibat bertumpuknya sampah. 

Cukup banyak penduduk di bantaran sungai yang menjadikan sungai sebagai tempat akhir pembuangan sampah. Pada tanggal 10 November 2020, Walikota Bogor, Bima Arya, mengarungi Sungai Ciliwung dari Kota Bogor sampai ke Jakarta di pintu air Manggarai dan menemukan puluhan lokasi pembuangan sampah secara liar di sepanjang sungai itu (metro.tempo.co, 2020).

Selain banjir, bencana alam lainnya karena ulah manusia adalah kebakaran hutan yang tersulut oleh api. Memang betul bahwa kebakaran hutan disebabkan juga oleh kemarau panjang yang membuat tanaman menjadi sangat kering dan mudah terbakar bila terkena percikan api. 

Api itu bisa terjadi karena ada percikan batubara. Namun, yang juga sering terjadi adalah api yang berasal dari pembakaran hutan yang dilakukan secara sengaja karena lahan mau dimanfaatkan untuk fungsi pertanian, perkebunan, pemukiman, ataupun fungsi lainnya.

Indonesia terkenal sebagai negara yang memproduksi minyak dari kelapa sawit. Ada periode ketika perkebunan kelapa sawit tiba-tiba dibuka dengan mengubah hutan menjadi lahan kelapa sawit. 

Beberapa kali negara Indonesia mendapat teguran dari negara-negara Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam karena asap dari kebakaran hutan di wilayah Indonesia yang berlangsung berminggu-minggu sampai berbulan-bulan lamanya sungguh mengganggu penerbangan dan kehidupan masyarakat yang terkena.

Dasar Teologis untuk Memelihara Lingkungan

Kejadian 2:15 berisi perintah Tuhan Allah kepada manusia. Ada dua perintah utama yang diberikan-Nya di sini, yaitu mengusahakan dan memelihara Taman Eden. 

Perintah ini merupakan kelanjutan dari apa yang ditugaskan kepada manusia dalam Kejadian 1:28. Di situ dikatakan, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu.” Sebagaimana yang sudah dibahas dalam Bab XI, kata “taklukkanlah” di sini seringkali menimbulkan salah pemahaman. 

Kalau kita perhatikan edisi terjemahan Alkitab Yang Terbuka (AYT) terbitan 2014, kita menemukan penjelasan yang lebih ramah, yaitu “Beranakcuculah dan berlipatgandalah, dan penuhilah bumi, dan kuasailah itu.” Perintah “taklukkanlah” cenderung bernada negatif, sementara kata “kuasailah” lebih netral.

Dalam tafsirannya, Keil dan Delitzsch (2020) mengatakan, “...manusia ditempatkan di Taman Eden untuk menghiasinya dan menjaganya.” Kata ditempatkan dalam kalimat tersebut bermakna bahwa manusia dipanggil untuk melakukan tugasnya yang khusus. Ini sangat berbeda dengan masalah dan kegelisahan karena kerja keras yang kelak harus dilakukan setelah manusia jatuh ke dalam dosa

Di surga, kata Keil dan Delitzsch, manusia bertugas mendandani (colere) taman. Perlu kita ketahui bahwa kata colere di sini adalah akar dari kata culture yang kita kenal sekarang sebagai upaya pembudidayaan. Ini misalnya dapat kita lihat dalam upaya manusia membudidayakan berbagai varietas tanaman yang akan merosot dan tumbuh liar karena tidak dibudidayakan. 

Oleh karena itu, menanam dan melestarikan (שׁ רמ” = menjaga”) kebun ila hi, bukan hanya untuk menghindari perusakannya oleh kekuatan jahat apa pun, melainkan juga mencegahnya menjadi liar melalui kemerosotan alam. Karena alam diciptakan untuk manusia, panggilannya tidak hanya untuk memuliakannya dengan pekerjaannya, membuatnya tunduk kepada dirinya sendiri, tetapi juga mengangkatnya ke dalam lingkup roh dan memuliakannya lebih jauh.

Dari penjelasan di atas nyata bahwa tugas manusia di dunia sungguh penting dan mulia. Tugas kita bukanlah mengolah taman yang diberikan Allah dengan sewenang-wenang, melainkan menjaganya dengan penuh tanggung jawab. Kita tidak bisa sembarangan menebangi hutan untuk mengambil dan menjual kayunya tanpa upaya untuk melestarikannya kembali. Dengan demikian, hutan tetap bisa menjadi sumber kehidupan bagi manusia dan berbagai hewan yang hidup di dalamnya.

Begitu pula dengan laut dan segala isinya. Sayangnya, banyak orang yang mengabaikannya. Upaya pelestarian lobster dengan memelihara dan membesarkannya diabaikan dengan cara menjual bibitnya ke negara lain. Keuntungan yang dinikmati segera oleh segelintir orang akan menyebabkan Indonesia kehabisan lobster dan kelak kita tidak akan mampu lagi menikmatinya.

Imamat 25 memuat hukum-hukum Israel yang berkaitan dengan pemeliharaan alam dan keadilan bagi semua. Masyarakat Israel memiliki aturan Sabat. Pada setiap hari Sabat, mereka dilarang melakukan kegiatan apa pun karena Allah ingin memberikan kesempatan untuk beristirahat bagi semua. 

Mari kita lihat bagaimana pemahaman tentang hukum Sabat itu berkembang terus. Kita lihat perbandingannya dalam Keluaran 20:8-11, Ulangan 5:12-15, dan Imamat 25:2-7. Dari ketiga perikop ini, kita bisa melihat bagaimana aturan itu diterapkan

Dalam Keluaran dikatakan bahwa pada hari Sabat binatang-binatang pun harus diberikan istirahat, seperti juga manusia. Sabat diberikan karena Tuhan juga beristirahat pada hari ketujuh.

Dalam Ulangan, kesempatan istirahat itu diperluas kepada semua pekerja, buruh, dan hamba, serta semua binatang peliharaan harus diberikan istirahat. Sabat diberikan sebagai pembebasan bagi semua yang harus bekerja karena dasarnya adalah keadilan. Tuhan membebaskan bangsa Israel dari perhambaan di Mesir. Kini mereka pun diingatkan untuk tidak menindas orang lain maupun binatang-binatang peliharaan yang biasanya digunakan untuk membantu kerja mereka.

Dalam Imamat, ada juga aturan hukum Sabat, yaitu tahun ketujuh, yang berlaku untuk tanah garapan bangsa Israel dan untuk binatang-binatang liar juga. Tanah yang tidak digarap harus dibiarkan tidak dituai. 

Hasil tanaman di tanah garapan itulah yang akan menjadi sumber makanan bangsa itu selama satu tahun Sabat itu. Demikian pula para budak, orang upahan, orang asing, binatang ternak dan liar, semuanya diizinkan untuk memakan semua hasil tanah itu.

Pemahaman tentang Sabat ini semakin diperluas di dalam Imamat 25. Di dalam bagian kitab itu dikatakan bahwa pada Tahun Yobel, yaitu pada tahun ketujuh dari tahun Sabat, artinya 7 x tahun Sabat (tahun ke-49 atau tahun ke-50), seluruh tanah harus diistirahatkan. 

Kemudian, masyarakat Israel akan menjalankan pembagian ulang tanah garapan dan perumahan mereka. Orang-orang yang selama ini miskin karena terpaksa menjual atau menggadaikan tanah mereka karena berbagai alasan, kini akan mendapatkan tanah kembali. 

Mereka yang sudah menjadi terlalu kaya karena terus-menerus berhasil membeli tanah berkali-kali, kini akan menjadi sama dengan rekanrekan sebangsanya. Tanah milik mereka akan dijadikan sama luasnya dengan para buruh tani dan hamba yang sebelumnya tidak punya tanah.

Mengapa aturan Sabat ini penting? Aturan ini penting karena ternya-ta alam juga membutuhkan waktu istirahat untuk memulihkan kembali kondisinya. Apabila tanah terus-menerus ditanami dan digarap, tanpa istirahat, tanah itu pun akan kehabisan zat haranya yang sangat dibutuhkan untuk menjadi sumber makanan bagi tanaman-tanaman yang tumbuh di situ. Kehabisan zat hara akan membuat tanah berubah menjadi padang gurun.

Dalam tradisi beberapa suku di Indonesia pun kita menemukan tradisi yang sama. Di kalangan suku Dayak di Kalimantan, ada kebiasaan untuk berladang berpindah-pindah. Mengapa praktik ini dilakukan? Alasannya jelas. 

Setelah tanah digarap beberapa tahun, kesuburannya akan semakin berkurang. Yang terbaik yang harus mereka lakukan adalah pindah ke tanah yang lain dan meninggalkan tanah yang lama untuk beristirahat. Setelah beberapa tahun kemudian, mereka bisa kembali ke tanah itu dan kini kondisinya akan menjadi lebih subur daripada sebelumnya.

Di Maluku ada tradisi “sasi” (jelajah.kompas.id, 2019), yaitu masa-masa larangan untuk masyarakat di sana untuk menangkap binatang-binatang tertentu. Ada sasi ikan lompa, sasi penyu, dan sasi burung gosong (Eulipoa wallacei), yang berstatus vulnerable (terancam). 

Semua ini adalah bagian dari kearifan lokal yang berkembang untuk memelihara dan melestarikan bagian-bagian dari alam yang terancam kelanjutannya.

Tanggung Jawab Manusia untuk Memelihara Alam

Akan sangat mudah bila kita memilih untuk tidak peduli dengan bersikap bahwa bencana alam yang terjadi menunjukkan kuasa Allah terhadap alam semesta. Namun, ada jenis bencana yang sebetulnya disebabkan oleh ulah manusia. 

Artinya, justru manusia yang berperan penting dalam timbulnya bencana yang menyebabkan kerugian jiwa dan berbagai material lainnya. Contoh-contoh di bawah ini menunjukkan betapa dahsyatnya bencana karena ulah manusia.

Tragedi Minamata ini berupa pencemaran merkuri (Hg) atau air raksa di Kota Minamata, Jepang. Sebuah perusahaan batu baterei, Chisso, membuang limbah kimia ke Teluk Minamata selama bertahun-tahun (tahuan 1932—1949 saat mulai ditemukan korban) dalam jumlah yang sangat besar (200—600 ton). 

Penduduk Jepang sangat gemar memakan ikan, bisa sampai 410 gram per hari. Tanpa curiga, mereka memakan ikan yang sebetulnya sudah tercemar limbah merkuri tersebut. Akibatnya, ratusan orang meninggal. Memang betul pabrik sudah ditutup, tetapi penderita cacat fisik dalam bentuk kelumpuhan syaraf masih ditemukan pada tahun 1958. Bertahun-tahun setelah pabrik ditutup pencemaran merkuri pun berhenti.

Ternyata, kejadian serupa — limbah merkuri yang merusak lingkungan — dengan penyebab yang lain juga ditemukan di Indonesia. Penyebabnya antara lain, penambangan emas secara liar dengan menggunakan merkuri yang limbahnya dialirkan ke sungai atau dibuang ke tanah di sekitar lubang galian. 

Suatu penelitian menemukan bahwa kadar merkuri yang ditemukan di wilayah Ambon berpuluh kali lipat lebih tinggi dari kadar merkuri yang ditemukan di Teluk Minamata. Dari catatan Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2017, ada 850 titik penambangan emas skala kecil yang tersebar di 197 kabupaten/kota di 32 provinsi di Indonesia, melibatkan sekitar 250 ribu penambang. “Dampak pengolahan emas menggunakan merkuri merugikan baik dari segi lingkungan, kesehatan, ekonomi, dan sosial,” kata Karliansyah di Jakarta (bisnis.tempo.co, 2017).

Untuk mengatasi hal ini, masyarakat perlu mendapatkan edukasi yang bertujuan menyadarkan mereka akan bahaya yang sedang menunggu, baik bahaya untuk kerusakan alam maupun yang membahayakan manusia. Kegiatan edukatif seperti ini pernah dan masih dilakukan untuk kelompok nelayan dan pembudidaya ikan skala kecil yang masih melakukan dengan cara yang tradisional. 

Pembekalan seperti ini akan meningkatkan pemahaman mereka untuk memahami informasi yang disampaikan oleh BMKG tentang prakiraan cuaca. Selain itu juga, akan meningkatkan keterampilan mengelola budidaya perikanan sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomi dari produk yang dihasilkan. Program Pengelolaan Akses Area Perikanan (PAAP) adalah salah satu contoh program edukasi yang dilalukan sebagai bentuk kerja sama Pemerintah Indonesia dengan Rare Indonesia, salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang fokus pada isu konservasi alam.

Pada bulan Juni 2020, Indonesia juga menegaskan komitmennya untuk menjaga wilayah laut sesuai dengan sistem ekonomi kelautan berkelanjutan (sustainable ocean economy) (mongabay, 2020). Sebagai negara kepulauan, laut menjadi bernilai penting untuk Indonesia. Secara global, lautan dunia memegang peranan penting karena menyumbang lebih dari 2,5 triliun USD per tahun dalam bentuk memberi makan dan mata pencaharian bagi lebih dari tiga miliar orang, serta mengangkut sekitar 90 persen perdagangan dunia. Lautan juga dianggap sebagai sumber energi terbarukan dan bahanbahan utama untuk memerangi penyakit.

Ada beberapa tragedi lain yang terjadi, misalnya tragedi Nuklir Chernobyl yang diperkirakan memakan korban sekitar 4000-an orang meninggal. Dampak dari radiasi masih ditemukan sampai saat ini walaupun tragedi itu terjadi pada tahun 1986. Kalian dapat mencari dari sumber-sumber lain tentang tragedi apa saja yang terjadi karena ulah manusia.

Studi yang dilakukan oleh Gkargkavouzi, Halkos, dan Matsiori (2019) menemukan bahwa perilaku terkait dengan kepedulian dan pemeliharaan kelestarian alam didasari antara lain oleh sikap egois atau altruistik seseorang. Altruistik adalah sifat yang mendahulukan kepentingan orang lain, rela berbuat sesuatu yang mendatangkan kebaikan kepada orang lain (KBBI, 2013).

Orang yang egois hanya berpikir dari sudut kepentingannya sendiri. Ia ingin hidupnya nyaman tanpa mempedulikan bagaimana kehidupan orangorang lain yang mengalami dampak dari tingkah lakunya. Yang terma suk dalam kategori orang-orang seperti ini adalah orang yang membuang sampah sembarangan, orang yang membakar hutan untuk membangun perumahan, dan sebagainya.

Sebaliknya, orang yang altruistik berpikir tentang apakah tingkah lakunya memberikan dampak negatif kepada orang lain dan lingkungan. Orang yang altruistik ternyata memiliki rasa bersatu dengan alam. Mereka tidak rela bila melihat alam dan lingkungan menderita, bahkan hancur akibat kelakuan tidak bertanggung jawab dari orang-orang yang mementingkan diri sendiri. 

Penggolongan ini tampak terlalu menyederhanakan, tetapi cukup memberikan gambaran kepada kita tentang prinsip hidup yang ternyata berperan erat dalam pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, apa yang kalian rasakan ketika mendengar tentang bencana yang timbul karena ulah manusia? Misalnya saja, tentang penggundulan hutan di Papua, Kalimantan, dan Sumatera, banjir bandang, abrasi pantai, menumpuknya sampah plastik yang justru merusak keindahan alam. 

Sedikitnya ada tiga sikap yang muncul sebagai berikut:

a. Membiarkan saja, karena tidak mungkin melakukan sesuatu untuk mencegah ini terjadi. Lagi pula, hal tersebut sudah terjadi untuk waktu yang lama. Yang penting adalah saya tidak melakukan hal-hal merusak seperti itu.

b. Prihatin, sampai berapa lama hal tersebut dapat dibiarkan terjadi terus karena semakin lama, bumi dan segala isinya menjadi semakin tercemar dan rusak. Namun, di sisi lain, juga merasa tidak berdaya karena tidak mungkin melakukan upaya pencegahan mengingat terbatasnya kapasitas untuk melakukan perubahan. 

c. Bertindak aktif untuk mencegah kerusakan bumi semakin parah. Tindakan ini didasari oleh kesadaran untuk hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab terhadap alam pemberian Tuhan. Tanpa menunggu apa tindakan yang akan dilakukan oleh orang lain, tindakan aktif bahkan proaktif adalah membuat tindakan langsung, baik sendiri maupun bersama-sama dengan teman-teman yang juga memiliki kepedulian serupa, untuk membuat tindakan melindungi dan memelihara alam

Pertanyaan:

1. Menurut kalian, mengapa ada orang yang memilih untuk memikirkan kepentingannya sendiri dan tidak peduli kepada kepentingan orang banyak?

2. Jelaskan bagaimana memahami berbagai bentuk tindakan pencegahan kerusakan alam!

Komentar

  1. 1.Berorientasi utama pada diri sendiri menyebabkan kita kurang peka dengan orang lain atau lingkungan di sekitar kita. Seperti seorang egois adalah bahwa dia terlalu memandang tinggi dirinya, bahwa dia memiliki harga diri yang besar.
    2.•Menebang pohon sembarangan dapat meningkatkan polusi karna tidak ada serapan karbon dioksida oleh pohon.
    •Banjir karna serapan di dalam tanah mengurang karna tidak ada akar pohon yang menyerap air.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

  3. 1. Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain

    2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
    — reboisasi
    — tidak membuang sampah sembarangan
    — tidak menebang pohon sembarangan

    BalasHapus
  4. 1. Kurangnya kesadaran atau empati: Beberapa orang mungkin tidak memahami atau peduli tentang dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan Lingkungan sosial: Budaya atau lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai mereka dan membuat mereka cenderung egois atau individualistik
    2. Pendidikan Lingkungan: Mulai dengan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan dampak dari tindakan manusia terhadap alam Pengendalian Pencemaran: Mengenal dan mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan, limbah industri, dan sampah plastik.

    BalasHapus
  5. 1.Berorientasi utama pada diri sendiri menyebabkan kita kurang peka dengan orang lain atau lingkungan di sekitar kita. Seperti seorang egois adalah bahwa dia terlalu memandang tinggi dirinya, bahwa dia memiliki harga diri yang besar.
    2.kita bisa melakukan tindakan yang paling mudah terlebih dahulu seperti tidak membuang sampah sembarang,tidak menebang pohon,melakukan reboisasi,dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk mencegah kerusakan alam.

    BalasHapus
  6. 1.Orang mungkin memilih memikirkan kepentingan sendiri dan tidak peduli pada kepentingan orang banyak karena sifat dasar manusia untuk bertahan hidup, pengalaman hidup yang membentuk perilaku, kurangnya empati, pengaruh pendidikan dan lingkungan, tekanan ekonomi dan sosial, serta rasa tidak aman. Faktor-faktor ini mendorong mereka untuk fokus pada diri sendiri demi keselamatan atau kemajuan pribadi.


    2.1. **Edukasi Lingkungan**: Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan melalui pendidikan dan kampanye.

    2. **Pengurangan Sampah**: Mengurangi, mendaur ulang, dan mengelola sampah dengan benar untuk mengurangi polusi.

    3. **Konservasi Sumber Daya**: Menghemat penggunaan air, energi, dan bahan baku dengan menerapkan praktik berkelanjutan.

    4. **Reboisasi dan Penghijauan**: Menanam pohon dan menjaga hutan untuk mencegah erosi dan kehilangan habitat.

    5. **Pengaturan Emisi**: Mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara melalui teknologi bersih dan regulasi ketat.

    6. **Pengelolaan Limbah Industri**: Mengelola limbah industri dengan aman untuk mencegah pencemaran tanah dan air.

    7. **Perlindungan Keanekaragaman Hayati**: Melindungi habitat alami dan spesies yang terancam punah melalui undang-undang dan program konservasi.

    BalasHapus
  7. Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain

    2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
    — reboisasi
    — tidak membuang sampah sembarangan
    — tidak menebang pohon sembarangan

    BalasHapus
  8. 1.Kurangnya kesadaran atau empati: Beberapa orang mungkin tidak memahami atau peduli tentang dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan Lingkungan sosial: Budaya atau lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai mereka dan membuat mereka cenderung egois atau individualistik
    2. Pendidikan Lingkungan: Mulai dengan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan dampak dari tindakan manusia terhadap alam Pengendalian Pencemaran: Mengenal dan mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan, limbah industri, dan sampah plastik.

    BalasHapus
  9. 1.Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain

    2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
    — reboisasi
    — tidak membuang sampah sembarangan
    — tidak menebang pohon sembarangan

    BalasHapus
  10. 1. Karena setiap manusia memiliki sifat bawaan, biasanya seperti rasa egois yang tinggi, rasa ingin menang sendiri dan lain lain

    2. Untuk memahami tindakan pencegahan kerusakan alam, bisa dimulai dari edukasi dari lingkungan sekitar dan hal hal kecil. Contohnya seperti
    — reboisasi
    — tidak membuang sampah sembarangan
    — tidak menebang pohon sembarangan

    BalasHapus
  11. 1. Kurangnya kesadaran atau empati: Beberapa orang mungkin tidak memahami atau peduli tentang dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain dan Lingkungan sosial: Budaya atau lingkungan di sekitar seseorang dapat mempengaruhi nilai-nilai mereka dan membuat mereka cenderung egois atau individualistik
    2. Pendidikan Lingkungan: Mulai dengan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan dan dampak dari tindakan manusia terhadap alam Pengendalian Pencemaran: Mengenal dan mengurangi pencemaran udara, air, dan tanah yang disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti emisi kendaraan, limbah industri, dan sampah plastik.

    BalasHapus

Posting Komentar