KETELADANAN
HIDUP: BELAJAR DARI TOKOH
Baca
Alkitab: 1 Korintus 11:1
Mengenal Tokoh-tokoh
Gereja:
1. Martin Luther
Martin
Luther dikenal seorang tokoh reformasi gereja di Jerman. Luther dilahirkan pada
10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben, Thuringen, Jerman.
Luther beroleh nama Martinus pada 11 November 1483 ketika dibaptiskan. Ayahnya
bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Keluarga Luther adalah
keluarga yang saleh seperti biasanya golongan petani di Jerman.
Pada tahun 1501, Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman. Ia belajar filsafat terutama Filsafat Nominalis Occam dan teologia skolastika, serta untuk pertama kalinya Luther membaca Alkitab Perjanjian Lama.
Orang tuanya menyekolahkan Luther di sekolah ini untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Mereka menginginkan anak mereka menjadi seorang ahli hukum. Namun pada tanggal 2 Juni 1505, Luther memutuskan studinya untuk menjadi biarawan. 16 Juli 1505,
Martin Luther mulai memasuki biara di Erfurt dengan didukung oleh
sahabat- sahabatnya, sedangkan orang tuanya tidak mendukung karena mereka tidak
menyetujuinya. Dalam biara ia berusaha mematuhi dengan keras segala aturan- aturan
yang ada. Ia banyak berpuasa dan berdoa, sehingga terlihat paling saleh dan
rajin di antara semua biarawan. Ia mengaku dosanya di hadapan imam sekali
seminggu dan dalam setiap ibadah doa, Luther mengucapkan 27 kali Doa Bapa Kami
dan Ave Maria. Luther membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Semua itu
diperbuatnya untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya.
Sebenarnya Luther mempunyai pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang berbelas kasih. Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa bahwa dirinya tidak mungkin menjadi orang yang benar dan pasti mendapat hukuman dari Allah.
Pemimpin biara yang cukup bijaksana dan penuh pengertian, Johannes
Von Staupitz mendorong Martin untuk tetap setia dalam panggilannya. Staupitz
melihat dalam diri Luther ada tersirat suatu gambaran penuh pengharapan, karena
orang ini akan menjadi seorang pembaharu yang luar biasa.
Pada tanggal 2 Mei 1507, Luther ditahbiskan menjadi Imam. Ketika Luther menyelidiki Roma 1:16-17, ia menemukan bahwa kebenaran Allah itu tidak lain adalah mau menerima orang-orang berdosa serta yang menyesali dosanya, tetapi Allah akan menolak orang-orang yang menganggap dirinya benar.
Melalui penemuannya ini akhirnya
Luther menulis: “Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian
yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya;
dan pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman.
Injillah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang penuh belas kasih itu membenarkan kita oleh anugerah dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik sekarang.” Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya. Dalam kisah ini kita dapat melihat beberapa dasar karakter yang dimiliki oleh Martin Luther.
Martin Luther mempunyai karakter dasar yang kuat yang diantaranya tidak egois, jujur, dan disiplin. Terbukti ia selalu mau belajar dan disiplin dalam memahami selama ia dalam universitas dalam meraih gelar doktor teologi.
Dan dalam kedisiplinannya
ia juga menjadi tokoh penggerak Reformasi dalam dunia kekristenan dengan terus
memberikan idiologi yang baru sesuai dengan apa yang tertulis dalam Alkitab.
Sabar, bertanggung jawab, dan sungguh-sungguh merupakan karakter unggulan yang
sangat terlihat dalam kehidupan Martin Luther. Terbukti ia penuh kesabaran
untuk mencari ketenangan diri, bertanggung jawab atas apa yang telah diputuskan
meski harus menentang keinginan ayahnya.
2. Hudson Taylor
Hudson
Taylor dilahirkan di Yorkshire, Inggris, pada tahun 1832. Sejak masih kecil,
ayahnya, James Taylor, telah menanamkan hati misi kepadanya. Setiap hari ayahnya
yang adalah seorang ahli farmasi selalu membacakan dan menjelaskan ayat-ayat
Alkitab kepada anaknya, bahkan ia menginginkan agar anaknya kelak menjadi
seorang utusan Injil. Usaha ini ternyata tidaklah sia-sia, sebelum berumur 5
tahun, Hudson kecil sudah berkata, “Kalau saya dewasa, saya akan menjadi
seorang utusan Injil dan pergi ke Tiongkok.”
Meskipun
sejak kecil ia sudah menjadi Kristen, pada saat remaja ia merasa ragu-ragu
terhadap apa yang diajarkan ayahnya. Namun demikian, berkat doa ibu dan adik
perempuannya, akhirnya ia dapat mengatasi keraguannya.
Pada waktu
ia berumur 17 tahun, setelah ia membaca traktat yang menceritakan karya
penyelamatan Kristus yang ditemukannya di ruang baca ayahnya, ia lalu berlutut
dan berdoa kepada Tuhan serta mohon pengampunan-Nya.
Sejak saat
itu, Taylor mulai memfokuskan diri untuk mewujudkan kerinduannya melayani
sebagai seorang utusan Injil ke Tiongkok. Meskipun jiwa misi sudah tertanam di
hatinya, ia tetap mengambil pendidikan di bidang farmasi. Keinginannya untuk
melakukan misi penginjilan ke Tiongkok baru terwujud secara tidak sengaja
ketika Hong Xiuquan, yang juga seorang Kristen.
Taylor mulai
berlayar ke Tiongkok pada bulan September 1853 dan tiba di Shanghai pada awal
musim semi tahun 1854. Bagi Taylor, Tiongkok dengan berbagai adat-istiadat
masyarakatnya dan berbagai keunikan
lainnya
merupakan tantangan tersendiri bagi Taylor. Setibanya di Shanghai dan tinggal
di rumah pertamanya, masalah utama yang dihadapi Taylor adalah kesepian.
Usaha untuk
menyesuaikan diri dengan bahasa setempat sempat membuatnya sangat tertekan,
tetapi dengan iman dan kepercayaannya yang kuat kepada Tuhan, ia berhasil
mengatasinya. Setahun setelah Taylor tiba di Tiongkok, ia segera melakukan
perjalanan penginjilan menelusuri pedalaman Tiongkok.
Meskipun
demikian, masyarakat Shanghai tidak memerhatikan pesan yang ia sampaikan. Namun
di pedalaman, keadaannya justru berbeda. Mereka justru lebih tertarik pada cara
berpakaian dan cara hidupnya daripada kabar yang ia bawakan. Keadaan ini membuat
Taylor menyadari bahwa hanya ada satu cara untuk bisa melakukan penginjilan di
daerah ini, yaitu dengan mengikuti cara berpakaian serta kebudayaan mereka.
Meskipun tidak mudah bagi Taylor untuk mengikuti tradisi orang Tiongkok, ia tetap melakukannya juga. Ia rela mengucir rambutnya dan memotong rambut di bagian depan kepalanya, ia juga rela mengubah cara berpakaiannya. Walaupun perubahan penampilan itu sangat menyiksa dirinya, bahkan ia dijadikan bahan lelucon oleh para misionaris lainnya, tetapi perubahan itu justru menjadi ciri khususnya.
Usaha
ini ternyata tidaklah sia- sia karena dengan penampilannya yang baru ini ia
menjadi semakin mudah melakukan perjalanan penginjilan ke seluruh Tiongkok.
Perjalanan yang harus ditempuhnya bukanlah perjalanan mudah karena selain
menginjili, Taylor juga melakukan praktik pengobatan dan ia pun harus bersaing
dengan tabib- tabib lokal.
Dalam kisah ini kita dapat mempelajari kisah hidup seorang misionaris yang sangat luar biasa. Panggilannya untuk melayani Tuhan dilakukannya dengan sepenuh hati dan sebuah tekad yang hebat. Dalam perjalanan pelayanannya banyak hal dan kesulitan hidup yang harus dijalani, namun iman percayanya kepada Tuhan sungguh luar biasa.
Panggilan pelayanan yang kuat dapat mengalahkan segala tantangan yang harus ia
hadapi, hal ini terbukti setiap pelayanan misi yang dikerjakan menghasilkan
buah yang indah.
3. Mother Theresa
Melalui
keikutsertaannya dalam berbagai kegiatan, Gonxha tertarik dalam hal misionari.
Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed
Virgin Mary, yang dikenal juga dengan nama Sisters of Loretto dan ia
mengikrarkan komitmennya bagi Tuhan. Akan tetapi, kesehatannya memburuk dan ia
menderita TBC sehingga tidak bisa lagi mengajar. Untuk memulihkan kesehatannya,
ia dikirim ke Darjeeling. Dalam kereta api yang tengah melaju menuju
Darjeeling, Suster Teresa mendapat panggilan yang berikut dari Tuhan; sebuah
panggilan di antara banyak panggilan lain. Kala itu, ia merasakan belas kasih
bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri. Selama
berbulan-bulan ia mendapatkan sebuah visi bagaimana Kristus menyatakan
kepedihan pada kaum miskin yang ditolak.
Pada 21
Desember 1948, Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah di
lingkungan yang kumuh. Karena keterbatasan dana, ia membuka sekolah terbuka di
sebuah taman. Di sana, ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang
sehat dan mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain
itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke
rumahnya dan merawat mereka. Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya
berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya
mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai
organisasi gereja.
Melalui
tokoh Mother Theresa kita dapat mempelajari bagaimana ia menyadari akan
panggilan hidupnya bagi orang banyak serta memprioritaskan kaum miskin dan
tertindas diatas kepentingan pribadinya. Sebagai seorang biarawati, Mother
Theresa tetap bertanggung jawab pada pendidikan dan keimanannya dan yang
akhirnya ia terlibat pada aksi kemanusiaan.
Mengenal Tokoh-tokoh
Masyarakat
1. Y.B. Mangunwijaya
Yusuf
Bilyarta Mangunwijaya dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1929 di Ambarawa, Jawa
Tengah. Ia dikenal memiliki jiwa humanisme yang begitu kental dengan membela kemanusiaan
dan keadilan serta memperjuangkan orang-orang yang terpinggirkan.
Adapun sosok
lain dari Rm. Mangun ialah seorang rohaniawan, arsitek, dan penulis. Sebagai
pejuang kemanusiaan, Rm. Mangun memperjuangkan keadilan bagi warga Kali Code
yang akan digusur. Melalui pelayanan yang ia lakukan, pemukiman di pinggiran
Kali Code telah menjadi tempat hunian yang nyaman, bersih, dan sesuai dengan
tata ruang wilayah. Dalam aksi yang telah dilakukannya, ia pun memperoleh
penghargaan internasional.
Sebagai
seorang penulis sekaligus pendidik, karya tulis yang dihasilkan Romo Mangun
bukanlah karya tulis sembarangan. Hal ini terwujud dari kalimat yang panjang
dan tak jarang sulit dipahami. Ia mengatakan bahwa “tulisan saya adalah
realitas”.
Dalam bidang
kesusastraan, salah satu hasil karyanya Burung-Burung Manyar (1981) yang menuai
penghargaan dari Ratu Thailand Sirikit lewat ajang The South East Asia Write
Award 1983. Ia juga menjadi orang Indonesia kedua setelah Goenawan Mohammad
yang mendapat penghargaan The Professor Teeuw Award di Leiden, Belanda, untuk
bidang susastra dan kepedulian terhadap masyarakat.
Tidak hanya
dalam bidang arsitektur dan penulisan, Romo Mangun pun memiliki keprihatinan
terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu wujud dari keprihatinan
Romo Mangun, ia mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. Catherine Mills,
dalam tesis mengenai Romo Mangun, ia mengutip perkataan Romo, “When I die, let
me die as a primary school teacher (kalau saya meninggal, biarkan saya
meninggal sebagai guru sekolah dasar).”
Bagi Romo
Mangun, pendidikan dasar jauh lebih penting daripada pendidikan tinggi. Melalui
Romo Mangun kita dapat meneladani sikap memperjuangkan harkat manusia yang
terpinggirkan. Ia berjuang untuk kehidupan manusia yang lebih baik.
2. Johannes Leimena
Dr. Johannes
Leimena, lahir di Ambon, Maluku 6 Maret 1905. Leimena atau lebih dikenal sebagai
Om Jo merupakan salah satu tokoh pahlawan Indonesia.
Pemikiran
dan tindakan beliau selama hidup telah mencatatkan beberapa hal penting. Satu
hal yang bersejarah dari seorang Johannes Leimena adalah ketika ia menjadi
inisiator deklarasi Sumpah Pemuda tahun 1928.
Arti
peristiwa itu memperlihatkan bahwa ia lekat dan kental dengan
pemikiran
kemudaaan dan kebangsaan. Kesejatian seorang pejabat pemerintahan suatu negara
dilihat dari perilaku dan kebijakan yang ditempuhnya semasa menjabat suatu
posisi dalam negara dan pemerintah. Sejauh mana penerimaan masyarakat luas
terhadap perilaku dan kebijakannya memimpin menentukan kualitas kenegarawanan
seseorang.
Leimena
dianugerahi predikat negarawan sejati, bukan saja karena ia tahu seluk beluk
memimpin satu negara melainkan didukung juga oleh karakter individu yang
bersangkutan sewaktu ia menjabat posisi pemimpin negara.
Kenegarawanan
Leimena dapat ditelusuri dari gaya kepemimpinannya, Kenegarawanan seorang Leimena bisa ditelusuri
dari keikutsertaannya pada seluruh kabinet masa pimpinan Presiden Soekarno.
Johannes Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda sejak Kabinet Sjahrir II
tahun 1946.
Mengenai
keikutsertaannya pada berbagai kabinet tersebut, Dr. Kyaw Than, seorang dosen
dan teolog dari Myanmar, sebagai orang Burma di perantauan, mengatakan, “DR. J.
Leimena about whom in those days people say, goverments may go, but Leimena
stays on forever.”
Selain
mendapat pujian dari berbagai kalangan, Leimena tak lepas dari cemoohan orang
yang tak senang dengan keberhasilannya. Ada anggapan Om Jo adalah “bunglon”
politik yang selalu ganti warna atau seperti kata bersayap, “ke mana angin
bertiup, ke sana condongnya”. Anggapan itu dengan sendirinya pupus karena
Leimena sungguh punya kualitas dan kemampuan. Leimena tidak menampik bahwa
Soekarno adalah sahabatnya. Oleh karena kedekatan dengan Bung Karno dan
didukung oleh kemampuan intelektual yang mantap serta pendukung lainnya,
membuat Leimena memimpin bangsa ini.
Satu hal
yang menopang diri Leimena sehingga terbentuk menjadi negarawan sejati adalah
karakternya yang tenang. Kata rustig, rustig, dan rustig sering ia sebutkan. “Tenang,
tenang, dan tenang!” Ia berbicara bagai air sungai mengalir. Ia disegani para
perunding, baik dari pihak Belanda maupun Jepang pada saat perjuangan
kemerdekaan Indonesia.
Leimena pada
masa muda tak menyangka telah terjun begitu jauh di bidang politik. “Politik
itu etika untuk melayani, bukan teknik untuk berkuasa,” begitu sering ia
ucapkan. Maksud kalimat itu adalah menekankan pemahaman bahwa berpolitik adalah
untuk melayani sesama, bukan sebaliknya menguasai sesamanya. Bidang politik
sudah ditekuninya semasa muda.
Pendidikan politik
yang dia jalani berbeda dari jalur yang biasa dijalani oleh orang muda sekarang
dan kaum muda masa orde baru. Walaupun ia politisi Kristen, Leimena tetaplah
menjadi seorang yang mampu memposisikan dirinya dalam dinamika politik saat itu
yang beragam macamnya. Ideologi Kristen dapat dipertemukan dengan ideologi
Pancasila yang menjadi pandangan hidup bangsa.
Karya dan
pengaruh Leimena sungguh terasa bagi orang Kristen. Ia juga yang mempertemukan
nilai-nilai Pancasila dan iman Kristen. Melalui tokoh Johannes Leimena kita
dapat belajar tentang nilai-nilai kejujuran, integritas dan pengorbanan tanpa
pamrih. Keteladanan dari sosok Johannes Leimena menjadi guru bangsa dan
integritas diri merupakan simbol dari nasionalis sejati.
Tugas hari ini:
1. Ceritakan
dan sebutkan tokoh idola yang kamu kagumi. Mengapa kamu mengagumi tokoh tersebut?
2. Teladan
hidup seperti apakah yang sudah kamu terima dan kamu terapkan dalam
kehidupanmu?
1. Nikola Tesla,
BalasHapusNikola Tesla adalah seorang pereka cipta, fisikawan, teknisi mekanik, dan teknisi listrik berkebangsaan Serbia-Amerika. Ia terkenal berkat kontribusinya dalam mendesain sistem kelistrikan arus bolak-balik. Nikola Tesla lahir pada 10 Juli 1856. Saya menyukai Nikola Tesla karena Nikola Tesla merupakan seorang yang pintar dan tidak mudah menyerah, serta ia mampu mengkontribusi dalam mendesain sistem kelistrikan arus bolak-balik (AC).
2. Tidak pilih kasih, peduli terhadap sesama, kesabaran, suka mengampuni, rela berkorban, teladan, dan sopan santun
1. Tidak. Ada
BalasHapus2.Teladan dalam Penderitaan
Teladan Pengampunan.
Teladan Kerendahan Hati. Teladan tidak berdosa.
Teladan Kemurahan Hati
Teladan tidak pernah menipu.
Teladan tidak mencaci maki.
Teladan kesabaran.
Berserah kepada Allah.
Teladan dalam beriman.