Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Penggunaanya pun senakin luas dalam beragam ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan
Mengapa kita harus belajar bahasa Indonesia? Tujuannya untuk mengasah kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian mahasiswa. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita selaku Warga Negara Indonesia (WNI) untuk menguasai dan menerapkan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari–hari dengan baik dan benar, sehingga bahasa Indonesia dapat terjaga keasliannya.
Keterampilan mahasiswa untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan efektif, seperti keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
Keterampilan berbahasa
Indonesia merupakan syarat mutlak bagi mahasiswa Indonesia agar mampu
mengutarakan pikirannya kepada pihak lain secara efektif. Mata Kuliah Bahasa Indonesia
ini diharapkan menjadikan mahasiswa memiliki keterampilan komunikasi yang
tinggi dalam ranah keilmuan. Didasari oleh penguasaan atas pengetahuan atas
fungsi-fungsi bahasa serta ragam dan larasnya, keterampilan ejaaan-tanda baca,
kalimat, paragraf, dan jenis wacana, serta mereproduksi teks-teks dari berbagai
sumber, mahasiswa diharapkan mampu menulis dan berbicara dengan baik dalam
bahasa Indonesia laras ilmiah.
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat berinteraksi dengan manusia, alat untuk berfikir, serta menyalurkan arti kepercayaan di masyarakat. Selain sebagai alat komunikasi maupun berinteraksi, bahasa juga memiliki arti penting sebagai metode pembelajaran pada lingkup bahasa itu sendiri.
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang sesuai dengan situasi sebagai alat komunikasi, bahasa harus dapat efektif menyampaikan maksud kepada lawan bicara (yakni, sesuai dengan lawan bicara, tempat pembicaraan, dan ragam pembicaraan).
Sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan (seperti: sesuai dengan kaidah ejaan, istilah, dan tata bahasa).
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Sudah sejak dulu, bahasa Indonesia atau bahasa Melayu dikenal oleh penduduk daerah yang bahasa sehari-harinya bukan bahasa Indonesia atau Melayu. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarluaskan ke seluruh pantai Nusantara, terutama di kota-kota pelabuhan.
Bahasa Indonesia diresmikan pada tanggal 28 Oktober 1928, pada saat pemuda Indonesia mengikrarkan Sumpah Pemuda, butir ketiga dari Sumpah Pemuda yang menyatakan bahwa negara Indonesia resmi menggunakan bahasa Indonesia, yaitu kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Maka kedudukan bahasa Indonesia sebagai: 1. Bahasa Nasional, 2. Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia).
MEMBACA
Membaca tidak hanya melisankan sebuah tulisan. Membaca adalah proses memahami suatu bacaan supaya bisa dipahami, diingat, dan diaplikasikan.
Pilihlah buku yang akan Anda baca dengan bijak. Lihatlah judul buku, tulisan di sampul belakang, daftar isi, kalimat pembuka, dan baca sekilas isinya. Ini perlu dilakukan supaya Anda tidak menyesal membeli atau meminjam buku itu dari perpustakaan. Itu sangat menguras waktu dan biaya.
Carilah tempat yang paling nyaman bagi Anda untuk membaca. Hindari gangguan dari teman atau orang-orang di sekitar Anda. Memilih tempat yang nyaman dapat memudahkan Anda dalam memahami suatu bacaan.
Jika Anda ingin waktu membaca Anda efektif dan memiliki tingkat pemahaman yang tinggi terhadap bacaan, jangan pernah membaca sambil berbaring! (kecuali jika Anda sekedar ingin membaca novel atau komik untuk hiburan). Ambillah sikap yang tepat agar semua isi bacaan bisa masuk sempurna dan bertahan lama dalam ingatan Anda, duduklah di kursi dengan buku yang diletakkan di meja. Atur jarak mata Anda dengan buku. Idealnya adalah 25-30 cm.
Membaca tanpa tujuan seperti pengembara tanpa arah. Begitu penting membuat tujuan yang jelas dalam membaca karena akan membuat hasil membaca Anda maksimal. Tujuan membaca akan mempermudah otak Anda fokus pada hasil yang ingin Anda dapatkan. Ketika kita mencanangkan tujuan membaca buku sejarah agar hafal nama tokohnya, otak kita akan menangkapnya sebagai perintah untuk berhenti dan memperhatikan tiap nama seorang tokoh muncul. Lain lagi ketika kita membaca buku sejarah dengan niat untuk mengetahui kronologi atau urutan kejadiannya. Otak kita akan menangkap tujuan tersebut sebagai sinyal atau perintah untuk merekam kejadian dalam buku tersebut berdasarkan urutan waktunya. Apa yang Anda dapatkan dalam membaca sangat dipengaruhi oleh tujuan yang Anda buat sebelum membaca. Nah, pernahkah Anda menyelesaikan satu buku namun merasa tidak mendapatkan apa-apa bahkan lupa isinya? Bisa jadi ini dikarenakan Anda belum membuat tujuan yang jelas saat membacanya.
Membaca tanpa gambaran seperti seperti penjelajah tanpa peta. Anda akan lebih mudah mempelajari sesuatu jika Anda sudah tahu apa gambaran besarnya. Sebelum Anda memulai proses membaca, penting sekali untuk mengetahui gambaran besar dari buku yang sedang Anda baca. Apa jenis bukunya? Apa yang dibahas dalam buku tersebut? Bagaimana susunan/struktur pembahasannya?
Gambaran besar dalam suatu bacaan dapat Anda peroleh dengan membaca daftar isi atau sinopsis buku tersebut.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, fokus dan konsentrasi memang sangat diperlukan dalam mengerjakan sesuatu. Rahasia konsentrasi terletak pada kemampuan untuk membangkitkan minat terhadap apa yang Anda baca, pelajari, atau kerjakan. Kalau Anda tertarik pada bacaan, pelajaran, apa sesuatu yang Anda kerjakan, Anda akan dapat mengonsentrasikan perhatian Anda pada apa yang Anda baca, pelajari, atau kerjakan. Bacaan atau pelajaran itu akan mudah Anda mengerti.
Dari sisi management otak, tips agar konsentrasi dalam membaca adalah:
1. Perkuat motivasi anda dalam membaca buku, carilah manfaatnya dari membaca agar anda tahu tujuan membaca. Dengan demikian anda akan termotivasi, dan akan mengaktifkan otak kanan dan kiri, sehingag bekerja dengan harmonis.
2. Mata didisain untuk mengikuti benda yang bergerak, akan tetapi huruf dalam buku adalah diam, ini akan membosankan mata. Untuk mengatasinya, gunakan pulpen atau pensil untuk memandu gerakan mata. Beri irama atau ketukan saat membaca. Saat selesai membaca pada satu kalimat, beri ketukan secara perlahan. Ketukan ini untuk memberi irama sehingga mengaktifkan otak kanan agar seimbang dengan kegiatan kiri.
3. Untuk melatih konsentrasi dalam membaca yaitu dengan membaca selama 90 menit
Kemampuan seseorang untuk merasa familiar dengan isi buku yang dibacanya adalah skemata. Pengertian skemata ketika dihubungkan dengan teori membaca, menggambarkan proses dimana pembaca mengkombinasikan pengetahuan awalnya dengan informasi baru dalam teks bacaan yang dipahami atau Skemata merupakan bagian dari pengetahuan awal yang menyediakan interpretasi bermakna tentang konten yang baru. Skemata seseorang dapat ditingkatkan (dengan artian pembaca dapat lebih familiar dengan isi buku yang sedang dibacanya) dengan memperbanyak database dalam pikiran bawah sadar kita. Dari mana datangnya database? Iya bisa tercipta dari pengalaman sehari-hari Anda, hasil perenungan yang dalam, proses membaca, serta proses berkomunikasi dengan orang lain. Semakin banyak database yang tersedia di pikiran bawah sadar, semakin baik pula tingkat skemata seseorang
Jadilah pembaca yang aktif (berdialog dengan buku). Artinya, dalam proses kita membaca, ajukanlah pertanyaan dari diri sendiri yang sifatnya memancing rasa penasaran. Hal ini secara efektif dapat membuat kita lebih aktif membaca dan tak sabar menemukan jawabannya. Dengan begitu, proses membaca kita juga akan lebih cepat. Ajukan pertanyaan yang akan Anda temukan sendiri jawabannya di setiap bab atau sub bab. Undang rasa penasaran itu hadir.
Diskusikanlah buku yang Anda baca dengan teman-teman Anda yang juga sedang membaca buku tersebut. Dengan begitu, Anda bisa saling bertukar pemahaman antar teman sehingga meningkatkan pemahaman Anda.
Pembaca yang fleksibel adalah pembaca yang dapat mengatur kecepatan yang bervariasi, menentukan teknik, dan metode membaca sesuai semua faktor yang berkaitan dengan bacaan. Pembaca yang baik tahu kapan harus membaca cepat dan kapan harus membaca lambat. Banyak orang yang baca lambat untuk yang harusnya dibaca cepat dan justru banyak yang baca cepat untuk yang harusnya dibaca lambat.
Hindari membaca dengan cepat seperti yang Anda lakukan saat mengikuti lomba membaca tingkat SD. Hanya membunyikan bacaan dengan cepat tidak akan membuat Anda memahami bacaan tersebut. Kata-kata yang Anda baca hanya melayang-layang di pikiran tanpa ditangkap satupun.
Jika Anda ingin cepat, bacalah kesimpulan dari bacaan tersebut. Caranya adalah dengan melihat kalimat yang diawali dengan kata seperti, “dengan demikian, …”; “Saya ingin menyarankan bahwa …”; “kesimpulannya, …”. Dengan begitu, Anda akan memahami inti sari dari bacaan tersebut. Cari topik yang menurut Anda paling menarik atau berguna di daftar isi. Dengan begitu, Anda tidak perlu membaca keseluruhan isi buku.
Simpulkanlah apapun yang baru Anda dapat setelah membaca satu bab buku. Bila perlu, Anda bisa menyimpulkannya setelah Anda membaca satu sub bab. Ini bertujuan untuk menguji pemahaman Anda dan memastikan bahwa Anda mendapatkan sesuatu setelah membaca.
Catatlah pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam bacaan. Ini sangat membantu untuk memahami bacaan. Apalagi Anda mencatatnya sesaat setelah Anda membaca buka itu dengan tidak membuka buku itu lagi. Catat pula apapun yang Anda dapat dari buku itu.
CARA MENULIS SEBUAH BUKU, JANGAN MEMIKIRKAN TEORI MENULIS
Teori untuk menulis sebuah buku pada dasarnya perlu diketahui oleh seseorang yang memang memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang penulis. Meskipun demikian, terlalu terpaku pada aspek teori juga bukanlah menjadi hal yang baik karena menulis ada tentang praktik, bukan teori. Satu hal penting yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan praktik menulis langsung tanpa terlalu memikirkan teori menulis. Apabila kita terbiasa melakukan aktivitas menulis dan perlahan-lahan mulai memahami teori menulis, maka keseimbangan tersebut akan dapat tercapai. Dengan kata lain, kemampuan menulis yang kita miliki akan semakin meningkat dari waktu ke waktu apabila teori dan praktik yang kita pahami dapat berjalan secara bersama-sama.
Menulis buku pada dasarnya adalah sebagai sarana kita untuk melakukan transfer pengetahuan yang kita ketahui kepada publik. Oleh karena itu, sebisa mungkin kita harus menghindari untuk menulis sesuatu yang sebenarnya tidak kita pahami secara seksama. Hal ini juga berlaku pada penulisan buku ajar dan referensi. Sebisa mungkin kita harus menghindari penulisan buku yang sumber referensinya sulit untuk dicari atau terbatas. Kondisi tersebut setidaknya akan menghindarkan kita dari kesalahan yang mungkin kita buat dalam proses menulis. Oleh karena itu, kita harus menulis sesuatu yang memang benar-benar kita ketahui secara seksama. Langkah tersebut bisa kita lakukan dengan melihat tema-tema yang kita sukai.
Terkadang seseorang yang gemar membaca dan penulis handal sudah mengetahui gaya menulis tulisan orang lain. Dalam hal penulis, gaya menulis pada dasarnya bukanlah menjadi sesuatu yang penting untuk dimiliki oleh seseorang. Hanya saja, gaya menulis bisa menjadi ciri khas dari seorang penulis. Sebagai contohnya, penulis A terkenal dengan gaya menulis yang cenderung kuat dengan data-data yang disajikan, sedangkan penulis B terkenal dengan gaya menulis yang lebih suka membawa argumentatif publik. Oleh karena itu, apabila kita ingin menjadi seorang penulis, gaya menulis bukanlah satu syarat penting yang harus dipenuhi karena gaya tersebut akan muncul secara otomatis seiring dengan matangnya kemampuan kepenulisan kita.
Salah satu aspek penting yang perlu kita ketahui ketika akan membuat sebuah buku ajar atau referensi adalah bagian-bagian terpenting dari buku tersebut seperti prakata, daftar pustaka, indeks. Kata pengantar atau prakata adalah bagian penting untuk membantu pembaca meraba apa yang bisa didapatkan dari tulisan kita. Selain itu, daftar pustaka, dan indeks juga menjadi bagian penting yang dapat membantu pembaca agar lebih cepat mendapatkan apa yang dicarinya dari buku yang kita tulis. Bagian-bagian tersebut menjadi bagian penting bagi pembaca yang sedang mencari bahan untuk dijadikan referensi atau rujukan tulisannya. Oleh karena itu, kita perlu mencermati bagian-bagian yang sudah disebutkan sebelumnya.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) bisa dilihat, di: https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf
Konsep Bahasa dan
Fungsi Bahasa
A. Konsepsi Bahasa
Sampai dengan abad XXI ini
perkembangan ilmu dan teknologi menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional sangat berperan
sebagai sarana komunikasi. Dalam bidang akademik bahasa Indonesia telah
menunjukkan peranannya dalam berbagai disiplin ilmu melalui bentuk-bentuk
tulisan ilmiah seperti makalah dan skripsi. Pada dasarnya interaksi dan macam
kegiatan akademik tidak akan sempurna atau berjalan dengan baik dan benar.
Begitu pentingnya bahasa
sebagai sebagai sarana komunikasi batasan atau pengertian BAHASA adalah sarana
komunikasi antaranggota Masyarakat dalam menyampaikan ide dan perasaan secara
lisan atau tulis.
Konsepsi bahasa tersebut
menunjukkan bahwa sistem lambang bunyi ujaran dan lambang tulisan digunakan
untuk berkomunikasi dalam masyarakat dan lingkungan akademik. Bahasa yang baik
dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya yang tertata dalam
suatu sistem.
Kaidah bahasa dalam sistem
tersebut mencakup beberapa hal berikut.
(1) Sistem lambang yang
bermakna dapat dipahami dengan baik oleh masyarakatnya.
(2) Berdasarkan
kesepakatan masyarakat pemakainya, sistem bahasa itu bersifat konvensional.
(3) Lambang sebagai huruf
(fonemis) bersifat manasuka atau kesepakatan pemakainya (arbitrer)
(4) Sistemlambang yang
terbatas itu (A—Z: 26 huruf) mampu menghasilkan kata, bentukan kata, frasa,
klausa, dan kalimat yan tidak terbatas dan sangat produktif.
(5) Sistem lambang itu
(fonemis) tidak sama dengan sistem lambing bahasa lain seperti sistem lambang
bahasa Jepang (Lambang hirakana atau silabis)
(6) Sistem lambang bahasa
itu dibentuk berdasarkan aturan yang bersifat universal sehingga dapat sana
dengan sistemlambang bahasa lain. Unsur dalam sistem lambang tersebut
menunjukkan bahwa bahasa itu bersifat unik, khas, dan dapat dipahami
masyarakat.
B. Fungsi Bahasa
Fungsi bahasa yang utama dan pertama sudah
terlihat dalam konsepsi
bahasa di atas, yaitu
fungsi komunikasi dalam bahasa berlaku bagi semua
bahasa apapun dan
dimanapun. Dalam berbagai literatur bahasa, ahli bahasa
(linguis) bersepakat
dengan fungsi-fungsi bahasa berikut:
1. fungsi ekspresi dalam
bahasa
2. fungsi komunikasi dalam
bahasa
3. fungsi adaptasi dan
integrasi dalam bahasa
4. fungsi kontrol sosial
(direktif dalam bahasa)
Di samping fungsi-fungsi
utama tersebut, Gorys Keraf menambahkan
beberapa fungsi lain
sebagai pelengkap fungsi utama tersebut. Fungsi
tambahan itu adalah:
1. Fungsi lebih mengenal
kemampuan diri sendiri.
2. Fungsi lebih memahami
orang lain;
3. Fungsi belajar
mengamati dunia, bidang ilmu di sekitar dengan cermat.
4. Fungsi mengembangkan proses berpikir yang jelas, runtut, teratur, terarah, dan logis;
5. Fungsi mengembangkan atau memengaruhi orang lain dengan baik dan menarik (fatik). (Keraf, 1994: 3-10)
6. Fungsi mengembangkan
kemungkinan kecerdasan ganda:
1) Fungsi pernyatan
ekspresi diri
Fungsi pertama ini, pernyataan ekspresi diri, menyatakan sesuatu yang akan disampaikan oleh penulis atau pembicara sebagai eksistensi diri dengan maksud:
a. Menarik perhatian orang
lain (persuasif dan provokatif),
b. Membebaskan diri dari
semua tekanan dalam diri seperti emosi,
c. Melatih diri untuk
menyampaikan suatu ide dengan baik,
d. Menunjukkan keberanian
(convidence) penyampaikan ide.
Fungsi ekspresi diri itu
saling terkait dalam aktifitas dan interaktif keseharian individu, prosesnya
berkembang dari masa anak-anak, remaja, mahasiswa, dan dewasa.
2) Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi merupakan fungsi bahasa yang kedua setelah fungsi ekspresi diri. Maksudnya, komunikasi tidak akan terwujud tanpa dimulai dengan ekspresi diri. Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi, yaitu komunikasi tidak akan sempurna jika ekspresi diri tidak diterima oleh orang lain. Oleh karena itu,komunikasi tercapai dengan baik bila ekspresi berterima. Dengan kata lain, komunikasi berprasyarat pada ekspresi diri.
3) Fungsi integrasi dan
adaptasi sosial
Fungsi peningkatan (integrasi) dan penyesuaian (adaptasi) diri dalam suatu lingkungan merupakan kekhususan dalam bersosialisasi baik dalam lingkungan sendiri maupun dalam lingkungan baru. Hal itu menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan sebagai sarana mampu menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan (masyarakat).
Dengan demikian, bahasa itu merupakan suatu kekuatan yang berkorelasi dengan kekuatan orang lain dalam integritas sosial. Korelasi melalui bahasa itu memanfaatkan aturan-aturan bahasa yang disepakati sehingga manusia berhasil membaurkan diri dan menyesuaikan diri sebagai anggota suatu masyarakat.
4) Fungsi kontrol sosial
Kontrol sosial sebagai fungsi bahasa bermaksud memengaruhi perilaku dan tindakan orang dalam masyarakat, sehingga seseorang itu terlibat dalam komunikasi dan dapat saling memahami. Perilaku dan tindakan itu berkembang ke arah positif dalam masyarakat.
Hal positif itu terlihat melalui kontribusi dan masukan yang positif. Bahkan, kritikan yang tajam dapat berterima dengan hati yang lapang jika kata-kata dan sikap baik memberikan kesan yang tulus tanpa prasangka.
Dengan kontrol sosial, bahasa mempunyai relasi dengan proses sosial suatu masyarakat seperti keahlian bicara, penerus tradisi tau kebudayaan, pengindentifikasi diri, dan penanam rasa keterlibatan (sense of belonging) pada masyarakat bahasanya.
7. Fungsi membentuk
karakter diri
8. Fungsi membangun dan
mengembangkan profesi diri
9. Fungsi menciptakan
berbagai kreativitas baru (Widiono, 2005: 11-18)
Masih banyak fungsi bahasa
yang lain dalam bahasa Indonesia khususnya, fungsi bahasa dapat dikembangkan
atau dipertegas lagi ke dalam kedudukan atau posisi bahasa Indonesia. Posisi
Bahasa Indonesia diidentifikasikan menjadi bahasa persatuan, bahasa nasional,
bahasa negara, dan Bahasa standar. Keempat posisi bahasa Indonesia itu
mempunyai fungsi masingmasing seperti berikut:
I. Fungsi bahasa persatuan
adalah pemersatu suku bangsa, yaitu pemersatu suku, agama, rasa dan antar
golongan (SARA) bagi suku bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Fungsi
pemersatu ini (heterogenitas/kebhinekaan) sudah dicanangkan dalam Sumpah Pemuda
28 Oktober 1928.
II. Fungsi Bahasa Nasional
adalah fungsi jati diri Bangsa Indonesia bila berkomunikasi pada dunia luar
Indonesia. Fungsi bahasa nasional ini dirinci atas bagian berikut:
1. Fungsi lambang
kebanggaan kebangsaan Indonesia
2. Fungsi Identitas
nasional dimata internasional
3. Fungsi sarana hubungan
antarwarga, antardaerah, dan antar budaya, dan
4. Fungsi pemersatu
lapisan masyarakat: sosial, budaya, suku bangsa, dan bahasa.
III. Fungsi bahasa negara
adalah bahasa yang digunakan dalam administrasi negara untuk berbagai aktivitas
dengan rincian berikut:
1. Fungsi bahasa sebagai
administrasi kenegaraan,
2. Fungsi bahasa sebagai
pengantar resmi belajar di sekolah dan perguruan tinggi,
3. Fungsi bahasa sebagai perencanaan
dan pelaksanaan pembangunan bagai negara Indonesi sebagai negara berkembang,
dan
4. Fungsi bahsa sebagai
bahasa resmi berkebudayaan dan ilmu teknologi (ILTEK)
IV. Fungsi bahasa baku
(bahasa standar) merupakan bahasa yang digunakan dalam pertemuan sangat resmi.
Fungsi bahasa baku itu berfungsi sebagai berikut:
1. Fungsi pemersatu
sosial, budaya, dan bahasa,
2. Fungsi penanda
kepribadian bersuara dan berkomunikasi,
3. Fungsi penambah
kewibawaan sebagai pejabat dan intelektual,
4. Fungsi penanda acuan
ilmiah dan penuisan tulisan ilmiah.
Keempat posisi atau
kedudukan bahasa Indonesia itu mempunyai fungsi keterkaitan antar unsur. Posisi
dan fungsi tersebut merupakan kekuatan bangsa Indonesia dan merupakan jati diri
Bangsa Indonesia yang kokoh dan mandiri. Dengan keempat posisi itu, bahasa
Indonesia sangat dikenal di mata dunia, khususnya tingkat regional ASEAN.
Dengan mengedepankan
posisi dan fungsi bahaasa Indonesia, eksistensi bahasa Indonesia diperkuat
dengan latar belakang sejarah yang runtut dan argumentatif. Sejarah
terbentuknya Bahasa Indonesia dari bahasa melayu.
Ciri-ciri bahasa Indonesia yang khas, legitimasi sebagai interaksi Bahasa Indonesia, dan ragam serta laras Bahasa Indonesia memperkuat konsepsi dan fungsi dikembangkan ke berbagai ilmu, teknologi, bidang, dan budaya sekarang dan nanti.
RAGAM DAN LARAS BAHASA
1. PENDAHULUAN
Ketika bahasa itu berada pada tataran fungsi bahasa ekspresi diri dan fungsi bahasa komunikasi, bahasa yang digunakan masuk ke dalam ragam Bahasa dan laras bahasa. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya.
Di pihak lain, laras bahasa dimaksudnya kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Fungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasanya. Misalnya, laras bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.
2. RAGAM BAHASA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam bahasa diartikan variasi bahasa menurut pemakaiannya, topic yang dibicarakan hubungan pembicara dan teman bicara, dan medium pembicaraannya. (2005:920).
Pengertian ragam bahasa ini dalam berkomunikasi perlu memperhatikan aspek
(1) situasi yang dihadapi,
(2) permasalahan yang hendak disampaikan,
(3) latar belakang pendengar atau pembaca yang dituju, dan
(4) medium atau sarana bahasa yang digunakan. Keempat aspek dalam ragam bahasa tersebut lebih mengutamakan aspek situasi yang dihadapi dan aspek medium bahasa yang digunakan dibandingkan kedua aspek yang lain.
2.1. Ragam Bahasa
Berdasarkan Situasi Pemakaianannya
Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal.
Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahsa lisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal.
Begitu juga laras bahasa manjemen diidentifikasikan sebagi ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi.
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar.
2. Penggunaan fungsi-fungsi
gramatikal secara konsisten dan eksplisit.
3. Penggunaan bentukan
kata secara lengkap dan tidak disingkat.
4. Penggunaan imbuhan
(afiksasi) secara eksplisit dan konsisten
5. Penggunaan ejaan yang
baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan.
Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal, ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut:
1. Pokok masalah yang
sedang dibahas,
2. Hubungan antara
pembicara dan pendengar,
3. Medium bahasa yang
digunakan lisan atau tulis,
4. Area atau lingkungan
pembicaraan terjadi, dan
5. Situasi ketika
pembicaraan berlangsung.
Kelima pembedaan ragam
baasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa formal dan ragam
bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan kata sapaan
dankata ganti,misalnya: Saya dan gue/ogut Anda dan lu/situ/ente
2. Penggunaan imbuhan
(afiksasi), awalan (prefix), akhiran (sufiks), gabungan awalan dan akhiran
(simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks). Misalnya:
Awalan: menyapa - apaan Mengopi – ngopi
Akhiran: laporan - laporin Marahi – marahin
Simulfiks: menemukan - nemuin
Menyerahkan- nyerahin
Konfiks: Kesalahan - nyalahin Pembetulan- betulin
(4) Penggunaan unsur fatik
(persuasi) lebih sering muncul dalam ragam bahasa nonformal, seperti sih, deh,
dong,kok,lho, ya kale, gitu ya.
(5) Penghilangan unsur atau fungsi kalimat (S-P-O-Pel-Ket) dalam ragam bahasa nonformal yang menganggu penyampaian suatu pesan.Misalnya,
Penghilangan subjek:
Kepada hadirin harap berdiri.
Penghilangan predkat:
Laporan itu untuk pimpinan.
Penghilangan objek : RCTI
melaporkan dari Medan.
Penghilangan pelengkap:
Mereka berdiskusi dilantai II.
2.2. Ragam bahasa
berdasarkan mediumnya
Berdasarkan mediumnya
ragambahasa terdiriatas dua ragambahasa,yaitu
(1) ragam bahasa lisan
(2) ragam bahasa tulis.
Ragam bahasa lisan adalah
bahasa yang dilafalkan langsung oleh penuturnya kepada pendengar atau teman
bicaranya. Ragam bahasa lisan ini ditentukan oleh intonasi dalam pemahaman
maknanya.
Misalnya,
(a) Kucing/ makan tikus
mati.
(b) Kucing makan//tikus
mati.
(c) Kucing makan
tikus/mati.
Ragam bahasa tulis adalah ragambahasa yang ditulis atau dicetak dengan memperhatikan penempatan tanda baca dan ejaan secara benar.
Ragam bahasa tulis dapat bersifat formal,semiformal, dan nonformal. Dalam penulisan makalah seminar dan skripsi,penulis harus menggunakan ragambahasa formal sedangkan ragam bahasa semiformal digunakan dalamperkuliahan dan ragam bahasa nonformal digunakan keseharian secara informal.
Berikut ini dideskripsikan perbedaan dan persamaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis dalam bentuk bagan
Penggunaan ragam bahasa
dan laras bahasa dalam penulisan karangan ilmiah harus berupaya pada
(1) ragam bahasa formal,
(2) ragam bahasa tulis,
(3) ragam bahasa lisan ,
(4) laras bahasa ilmiah, dan
(5) berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3. LARAS BAHASA
Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait langsung sung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenallah laras bahasa ilmiah dengan bagian subsublarasnya.
Pembedaan diantara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari
(1) penggunaan kosakata dan bentukan kata,
(2) penyusunan frasa,klausa, dan kalimat,
(3) penggunaan istilah
(4)pembentukan paragraph,
(5) penampilan halteknis,
(6) penampilan kekhasan dalam wacana.
Berdasarkan konsepsi laras bahasa tersebut,laras bahasa ekonomi mempunyai sub-sublaras bahasa manajemen, sublaras akuntansi,sublaras asuransi, sublaras perpajakan, dll.
PENULISAN EJAAN DAN TANDA
BACA
I. Konsepsi Ejaan
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.
Pengertian senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidahkaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalammbnetuk huruf serta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana.
Berdasrkan konsepsiejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan
(1) pemakian huruf vocal dan konsonan,
(2) penggunaan huruf capital dankursif,
(3) penulisan kosakata dan bnetukan kata,
(4) penulisan unsure serapan afiksasi dan
kosakata asing, dan
(5) penempatan dan pemakaian tanda baca.
Ke-5 aspek ejaan tersebut ditata dalamkaidah ejaan yang disebut Ejaan yang Disempurnakan sejak 1972.
II. Kaidah Penempatan
Ejaan dalam Penulisan
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan
penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalamkaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan
yang diatur tersebut di antaranya:
(1) Pemakaian abjad,huruf vocal, huruf
konsonan, dan abjad.
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar,
(4) Penulisan huruf miring,
(5) Penulisan kata dasar, kata ulang, kata
berimbuhan,, gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan,
(7) Penempatan tanda baca atau pungtuasi, di
antaranya
(a) Tandatitik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik dua (:),
(d) Tanda titik koma (;)
(e) Tanda titiktitik/ellipsis(….),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((….)),
(i) Tanda hubung (-),
(j) Tanda pisah (--),
(k) Tanda petik tunggal (‘…’),
(l) Tanda petik ganda (“…”),
(m) Tanda kurung siku ([…]),
(n) Tanda ulang angka dua (…..2),
(p) Tanda apostrof (‘….)
Tanda baca di atas
diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah yang berlaku secara resmi. Kaidah
ejaan itu akan dilampirkan dari buku Pedoman EYD.
Ketiga ejaan yang berlaku
dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui pemerintahan kolonial
Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.
C. Penempatan Ejaan dan
Tanda Baca
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan
(disingkat Pedoman EYD) penulisan ejaan dan tanda baca diatur dalam kaidahnya sebagai
berikut.
(1) Pemakaian abjad berupa huruf vokal, huruf
konsonan,
(2) Persukuan, yaitu pemisahan suku kata,
(3) Penulisan huruf besar (kapital)
(4) Penulisan huruf miring atau digarisbawahi
(kursif),
(5) Penulisan kata dasar,kata ulang, kata berimbuhan,
dan gabungan kata,
(6) Penulisan angka dan lambang bilangan, dan
(7) Penempatan tanda baca (pungtuasi), di
antaranya
(a) Tanda titik (.),
(b) Tanda koma (,),
(c) Tanda titik koma (;),
(d) Tandatitik dua (:),
(e) Tanda titik-titik/ellipsis (…),
(f) Tanda Tanya (?),
(g) Tanda seru (!),
(h) Tanda kurung biasa ((…)),
(i) Tanda kurung siku ([…]),
(j) Tanda hubung (-),
(k) Tanda pisah (--),
(l) Tanda petik tunggal (‘…’),
(m)Tanda petik ganda (“…”),
(n) Tanda garis miring (/),
(o) Tanda ulang angka dua (2), dan
(p) Tanda apostrof/penyingkat (‘).
Ke-16 penempatan tanda baca tersebut dideskrisikan sebagai berikut dari buku Pedoman EYD (Pusat Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).
KALIMAT DAN KALIMAT EFEKTIF
DALAM PENULISAN
A. Pengertian Kalimat dan
Kalimat Efektif
Dalam proses penulisan karya ilmiah ada dua jenis kalimat yang mendapat perhatian penulis, yaitu masalah kalimat dan masalah kalimat efektif. Pernyataan sebuah kalimat bukanlah sebatas rangkaian kata dalam frasa dan klausa.
Rangkaian kata dalamkalimat itu
ditata dalam struktur gramatikal yang benar unsur-unsurnya dalam membentuk
makna yang akan disampaikan secara logis. Kalimat-kalimat dalam penulisan
ilmiah harus lebih cermat lagi menata kalimat yang benar dan efektif karena
kalimat-kalimat
yang tertata itu berada
dalam laras bahasa ilmiah.
Kalimat dalam tataran
sintaksis adalah satuan bahasa yang menyampaikan sebuah gagasan bersifat
predikatif dan berakhir dengan tanda titik sebagai pembatas. Sifat predikatif
dalam kalimat berstruktur yang dibentuk oleh unsure subjek, unsure predikat,dan
unsure objek (S-P+O).
Unsur subjek dan predikat itu harusmewujudkan makna gramatikal kalimat yang logis. Konsepsi kalimat itubelum cukup untuk menampilkan kalimat efektif, sehingga diperlukan factor lain dalam perwujudan kalimat menjadikalimat efektif.
Oleh karena itu, KALIMAT EFEKTIF adalah satuan bahasa (kalimat) yang secara tepat harus mewakili gagasan atau perasaan penulis dan harus pula dimengerti oleh pembaca sebagaimana yang dimaksudkan penulis. Jadi, kalimat efektif merupakan kalimat yang harus tepat sasaran dalam penyampaian dan pemerian bagi pembacanya.
Disamping kaidah yang ada
dalam kalimat,kalimat efektif perlu memperhatikan persyaratasn dan menghindari
hal-hal yang menyalahi kalimat efektif.
B. PERSYARATAN KALIMAT
EFEKTIF
1. FUNGSI GRAMATIKAL DALAM
KALIMAT EFEKTIF ATAU KESATUAN
FUNGSI GRAMATIKAL
Fungsi gramatikalatau unsure struktur dalamkalimat dikenal dengan istilah subjek, predikat, objek,, pelengkap,, dan keterangan yang dirumuskan atau disngkat menjadi
S + P + (O/Pel.) + (Ket)
S : adalah subjek
P : adalah predikat
O : adalah objek
Pel.: adalah pelengkap
Ket. : adalah keterangan.
Fungsi subjek dan fungsi
predikat harus ada dan jelas dalamkalimat dan secara fakultatif diperlukan
fungsi objek, fungsi pelengkap, dan fungsi keterangan.
SUBJEK adalah fungsi
kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis. Posisi subjek dalam
kalimat bebas, yaitu terdapat pada awal, tengah, atau akhir kalimat.
PREDIKAT adalah fungsi kalimat yang menandai apa yang dinyatakan oleh penulis tentang subjek. Posisi predikat dalam kalimat juga bebas,kecuali tidak boleh di belakang objek dan di belakang pelengkap.
OBJEK adalah fungsikalimat
yang melengkapi kata kerja aktif dan kata kerja pasif sebagai hasil perbuatan,
yang dikenai perbuatan, yang menerima, atau yang diuntungkan oleh perbuatan
sebagai predikat. Fungsi objek selalu terletak di belakang predikat berkata
kerja transitif.
PELENGKAP adalah fungsi
yang melengkapi fungsi kata kerja berawalan ber- dalam predikat, sehingga
predikat kalimat menjadi lebih lengkap. Posisi pelengkap dalam kalimat terletak
di belakang predikat berawalan ber-.
KETERANGAN adalah fungsi kalimat yang melengkapi fungsi-fungsi kalimat,yaitu melengkapi fungsi subjek, fungsi predikat, dan fungsi objek, atau fungsi semua unsure dalamkalimat. Posisi keterangan dalam kalimatbebas dan tidakn terbatas. Tidak terbatas dimaksudkan fungsiketerangan dalam dapat lebih dari satu pada posisi bebas yang sesuai dengan kepentingan fungsi-fungsi kalimat.
Perhatikanlah posis ifungsi-fungsi
kalimat berikut.
(1) Setelah bekerja selama
tiga hari,panitia pelaksana seminar lingkungan hidup itu berhasil merumuskan
undang-undang kebersihan tata kota Jakarta di Kantor DPD DKI Jakarta.
(P-Pel-S-P-O-K)
(2) Keputusan hakim perlu
ditinjau kembali.( S – P)
(3) Perlu ditinjau kembali
keputusan hakim. (P – S)
(4) Kelompok Pialang
(broker) berbicara tentang fluktuasi harga sama IHSG. (S – P – Pel.)
(5) Selama tahun 2012
fluktuasi harga saham IHSG mengalami kenaikan yang signifikan sebanyak 12 kali
di Bursa Efek Jakarta (K – S – P – O – K)
(6) Pengacara tersebut
mempelajari undang-undangpencemaran nama baik dan membandingkannya dengan
Undang-undang Dasar RI. (S1 – P1 – O1 – P2 – K)
(7) Evaluasi pembelajaran
mahasiswa meliputi empat komponen, yaitu komponen UTS,komponen UAS, komponen
kehadiran, dan komponen makalah ilmiah. (S1 – P1 – O1 – K1 – K2- K3 – K4)
(8) Jika stabilitas
nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadah
dengan leluasa. (S3- P3 – S1 – P1 – S2 – P2)
Perhatikanlah contoh
kalimat majemuk dalam posisi fungsi yang berbeda berikut.
(9) Bahwa kemerdekaan itu
hak semua bangsa sudahdiketahui semua orang. (S1 (konjungsi + S2 + P2) - P1 -
O1.)
(10) Dosen mengatakan
bahwa komponen nilai UAS berbobot 40%. (S1 - P1 - O1 (S2+P2)
(11) Hasil UAS mahasiswa
dibatalkan jika mahasiswaketahuan mencontek. (S1 – P1 – K1 (S2+P2)).
(12) Kelompok C
berpresentasi dan tim juri menilainya. (S1 – P1 + S2 – P2)
(13) Kinerja bisnis mulai
membaik dan perkembangan ekonomi menjadi stabil setelah pemilu berlangsung
damai. (S1 - P1 + S2 – P2 + (S3 + P3)
2. KEPADUAN (KOHERENSI)
DALAM KALIMAT
Kepaduan atau keherensi dalam kalimat efektif adalah hubungan timbale balik atau hubungan kedua arah di antara kata atau frasa dengan jelas, benar, dan logis.
Hubungan timbal baik
terjad dapat antarkata dalam frasa satu unsure atau dapat terjadi antar frasa
dalam antarfungsi dalam kalimat. Hubungan antarfungsi itu dapat menimbulkan
kekacauan makna gramatikal kalimat. Perhatikanlah contoh kalimat yang
berprasyarat koherensi berikut.
Contoh kalimat yang TIDAK KOHERENSIF
(1) Setiap hari dia pulang
pergi Bogor –Jakarta dengan kereta api.
(2) Oleh panitia seminar
makalah itu dimasukkan ke dalam antologi.
(3) Pelaksanaan seminar
itu karena jalan macet harus ditunda satu jam kemudian.
Pembetulan kalimat yang
KOHERENSIF
(1a) Setiap hari dia pergi
pulang Bogor—Jakarta dengan kereta api
(2b) Makalah seminar itu
dimasukkan ke dalamantologi.
(3a). Karena jalan
macet,pelaksanaan seminar itu ditunda satu jam kemudian.
3 KEHEMATAN KALIMAT ATAU EKONOMI BAHASA KEHEMATAN atau ekonomi bahasa adalah penulisan kalimat yang langsung menyampaikan gagasan ataupesan kalimat secara jelas, lugas, dan logis.
Kalimat yang hemat dalam
penulisan menghindari dan memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Penulis menggunakan
kata bermakna leksikal yang jelas dan lugas dan penenpatan afiksasi yang benar.
(2) Penulis menghindari
subjek yang sama dalam kalimat majemuk.
(3) Penulis menghindari
pemakaian hiponimi dan sinonimi yang tidak perlu.
(4) Penulis menghindari
penggunaan kata depan (preposisi) di depan kalimat dan di depan subjek.
(5) Penulis menghindari
penggunaan kata penghubung (konjungsi) di depan subjek dan di belakang predikat
yang berkata kerja transitif.
(6) Penulis menghindari
kata ulang jika sudah ada kata bilangan tak tentu di depan kata benda.
(7) Penulis
menghindarifungsi tanda baca dan pengulangan kata dalam rincian.
(8) Penulis
menghindariketerangan yang berbelit-belit dan panjang yang seharusnya
ditempatkan dalam catatan kaki (footnotes).
(9) Penulis menghindari
pemborosan kata dan afiksasi yang tidak jelas fungsinya.
Perhatikanlah contoh berikut,yaitu kalimat kurang memperhatikan ekonomi bahasa.
(a) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan
barang-barang, antara lain seperti meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
(b) Karena modal di bank terbatas, sehingga
tidak semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(c) Apabila pada hari itu saya berhalangan
hadir, maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
Perbaikan kalimat yang
memperhatikan ekonomi bahasa berikut.
(a1) Dalam ruangan ini kita dapat menemukan
meja, kursi, buku, lampu, dan lain-lain.
(b1) Karena modal di bank terbatas, tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(b2) Modal di bank terbatas, sehingga tidak
semua pengusaha lemah memperoleh kredit.
(c1) Pada hari itu saya berhalangan hadir,
maka rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
(c2) Apabila pada hariitu saya berhalangan
hadir, rapat akan dipimpin oleh Sdr. Tadjudin.
4. PENEKANAN DALAM KALIMAT
EFEKTIF
Dalam kalimat efektif PENEKANAN ATAU PENONJOLAN adalah upaya penulis untuk memfokuskan kata atau frasa dalamkalimat. Penekanan dalam kalimat dapat berupa kata,frasa,klausa, dalam kalimat yang dapat berpindah-pindah.
Namun, penekanan tidak sama dengan penentuan gagasan
utama dan ekonomi bahasa. Penekanan dapat dilakukan dalamkalimat lisan dan kalimat
tulis. Pada kalimat lisan,penekanan dilakukan dengan intonasi yang dapat
disertai mimik muka dan bentuk nonverbal lainnya. Penekanan dalam kalimat tulis
dapat dilakukan dengan cara-cara berikut.
(1) Mutasi, yaitu mengubah
posisi kalimat dengan menempatkan bagian yang dipenting pada awal kalimat.
Contoh:
Minggu depan akan diadakan
seminar”Pencerahan Pancasila bagi Mahasiswa”
(2) Repetisi, yaitu
mengulang kata yang sama dalam kalimat yang bukan berupa sinonim kata.
Contoh:
Kalau pimpinan sudah
mengatakan tidak tetap tidak.
(3) Kursif, yaitu menulis miring, menghitamkan, atau menggarisbawahi kata yang dipentingkan.
Contoh:
Bab II skripsi ini tidak
membicarakan fluktuasi harga saham.
(4) Pertentangan,yaitu
menempatkan kata yang bertentangan dalam kalimat.
Pertentangan bukan berarti
antonim kata.
Contoh:
Dia sebetulnya pintar
tetapi malas lkuliah.
(5) Partikel, yaitu
menempatkan paretikel (lah,kah, pun,per, tah) sebelum atau sesudah kata yang
dipentingkan dalam kalimat.
Contoh:
Dalam berdemokrasi, apa
pun harus transparan kepada rakyat.
(6) Penekanan dalamkalimat tidak berarti penonjolan gagasan kalimat atau bukan ekonomi bahasa.
5. KESEJAJARANDALAM
KALIMAT (PARALELISME)
KESEJAJARAN (PARALELISME) adalah upaya penulis
merinci unsur yang samapenting dan sama fungsi secra kronologis danlogis dalam
kalimat.
Dalam kalimat dan
paragraph, raincian itu harus menggunakan bentuk Bahasa yang sama, yaitu
rincian sesame kata, sesame prasa,sesama kalimat.
Kesamaan bentuk dalam paralelisme menjaga pemahaman yang fokus bagi pembaca dan sekaligus menunjukkan kekonsistenan sebuah kalimat dalam penulisan karya ilmiah.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kesejajaran rincian kalimat efektif adalah sebagai berikut.
(1) Tentukanlah apakah kesejajaran
beradabentuk bahasa kalimat atau paragraf.
(2) Jika urutan rincian dalam bentuk frasa,
rincian uruan berikut harus dalam bentuk frasa juga.
(3) Penomoran dalam rincian harus konsisten.
(4) Perhatikanlah penempatan tanda baca yang
benar.
(5) Hindarilah gejala ekonomi bahasa yang
bermakna sama: seperti……dan lain lain, antara lain…..
Sebagai berikut, yakni:….
Perhatikanlah contoh kesejajaran yang benar berikut. Kami sangat mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudara pada:
hari :…,
tanggal:….,
waktu: ….,
acara: …., dan
Tempat: …..
6. KEVARIASIAN DALAM
KALIMAT EFEKTIF
KEVARIASIAN dalam kalimat efektif adalah upaya penulis menggunakan berbagai pola kalimat dan jenis kalimat untuk menghindari kejenuhan atau kemalasan pembaca terhadapteks karangan ilmiah. Fungsi utamakevariasian ini adalah menjaga perhatian dan minat baca terhadap teks ilmiah berlanjut bagi pembaca.
Pada dasarnya kevariasian adalah Upaya penganekaragaman pola, bentuk, dan jenis kalimat agar pembaca tetap termotivasi membaca dan memahami teks sebuah karangan ilmiah. Agar kevariasi dapat menjaga motivasi pembaca terhadap teks, penulis perlu memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Awal kalimat tidak
selalu dimulai dengan unsure subjek, tetapi kalimat dapat dimulai dengan
predikat dan keterangan sebagai variasi dalam penataan pola kalimat.
(2) Kalimat yang panjang
dapat diselingi dengan kalimat yang pendek.
(3) Kalimat berita dapat
divariasikan dengan kalimat Tanya, kalimat perintah, dan kalimat seruan.
(4) Kalimat aktif dapat
divareiasikan dengan kalimat pasif.
(5) Kalimat tunggal dapat
divariasikan dengankalimat majemuk.
(6) Kalimat taklangsung
dapat divariasikan dengan kalimat langsung.
(7) Kalimat yang diuraikan
dengan kata-kata dapat divariasikan dengan tampilan gambar, bagan, grafik,
kurva, marik, dan lain-lain.
(8) Apa pun bentuk
kevariasian yang dilakukan oleh penulis jangan sampai mengubah atau keluar dari
pokok masalah yang dibicarakan.
Perhatikanlah contoh
kalimat dengan variasinya.
(a) Dari renungan itu
seorang manajer menemukan suatu makna, suatu realitas yang baru, suatu
kebenaran yang menjadi ide sentral yang menjiwai bisnisnya ke depan.
(b) Seorang ahli Inggris
mengemukakan bahwa seharus tidak dibangun Pelabuhan samudera. Namun, pemerintah
tidak memutuskan demikian.
Memang cukup banyak
mengendorkan semangat kalau melihat keadaan di Indonesia belahan Timur meskipun
fasulitas pengangkutan laut dan udara sudah banyak dibangun. (Variasi kalimat
dengan kata berawalan me- dan berawalan di-).
7. PENALARAN DALAM KALIMAT
EFEKTIF
PENALARAN (reasoning) adalah proses mental dalam mengembangkan pikiran logis (nalar) dari beberapa fakta atau prinsip (KBBI,2005:772). Hal yang diutamakan dalam penalaran adalah proses berpikr logis dan bukan dengan perasaan atau bukan pengalaman. Penalaran tidak akan tercapai jika tidak didukung oleh kesatuan dan kepaduan kalimat.
Dalam
penalaran alur berpikirlah ang ditonjolkan agar kalimat dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dipahami dengan benar dan tepat sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman atau salah kaprah. Kesatuan pikiran akan logis jika
didukung atau dikaitkan dari gabungan unsur atau fungsi kalimat.
Hubungan logis dalam kalimat dapat dilihat melalui kaitan antarunsur dan kaitan antarbagian kalimat. Hubungan logis dalam kalimat terdiri atas tiga jenis hubungan berikut.
(1) Hubungan logis
koordinatif adalah hubungan setara di antara bagianbagian kalimat dalam kalimat
majemuk setara. Hubungan logis koordinatif ini ditandai dengan konjungsi dan,
serta, tetapi, atau, melainkan, sedangkan, padahal.
Contoh: Mobil itu kecil
tetapi pajaknya sangat besar.
(2) Hubungan logis
korelatif adalah hubungan saling kait di antara bagian kalimat. Hubungan
korelatif ini ditandai oleh konjungsi berikut.
Hubungan penambahan:
baik….maupun, tidak hanya..., tetapi, juga……..
Hubungan perlawanan:
tidak….., tetapi….., bukan……., melainkan
Hubungan pemilihan:
apakah…., atau….., entah….entah……
Hubungan akibat:
demikian…..sehingga, sedemikian rupa……sehingga
Hubungan penegasan:
jangankan…..,…..pun…..
(3) Hubungan logis
subordinatif adalah hubungan kebergantungan di antara induk kalimat dan anak
kalimat.
Contoh: Dosen itu tidak masuk karena rumahnya
kebanjiran.
Hubungan subordinatif dalam kalimat majemuk tak setara (bertingkat) cukup banyak hubungan antara induk kalimat dan anak kalimat yang ditandai dengan konjungsi-konjungsi berikut.
(a) Hubungan waktu: ketika,setelah, sebelum,
(b) Hubungan syarat: jika, kalau, jikalau,
(c) Hubungan pengandaian: seandainya
andaikan,andai kata,
(d) Hubungan tujuan:
untuk, agar, supaya,
(e) Hubungan perlawanan:
meskipun,walaupun, kendatipun,
(f) Hubungan pembandiungan: seolah-olah, seperti, daripada, alih-alih,
(g) Hubungan sebab:
sebab,karena, oleh sebab,lantaran,
(h) Hubunganhasil/akibat:
sehingga, maka, sampai (sampai)
(i) Hubungan alat:
dengan, tanpa
(j) Hubungan cara: dengan,
tanpa,
(k) Hubungan pelengkap: bahwa, untuk, apakah,
(l) Hubungan keterangan:
yang,
(m) Hubungan perbandingan: sama….dengan, lebih….daripada, berbeda…..dari
Contoh kalimat yang salah
karena tidak logis (salah nalar)
(1) Di antara masalah
nasional yang penting itu mencantumkan masalah MPKT dalam pendidikan (SALAH).
Di antara masalah
pendidikan nasional itu tercantum masalah MPKT dalam pendidikan (BENAR)
(2) Untuk mengetahui baik buruk pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. (SALAH)
Baik buruk pribadi
seseorang dapat dilihat dari pribadinya sehari-hari. (BENAR)
(3) PT Gudang Garam
termasuk lima penghasil terbesar devisa negara tahun 2010. (SALAH)
PT Gudang Garam termasuk
lima besar penghasil devisa negara tahun 2010. (BENAR).
(4) Meskipun dia datang
terlambat, namun dia dapat menyelesaikan masalah itu. (SALAH)
Meskipun datangterlambat,
dia dapat menyelesaikan masalah itu. (BENAR)
Dia datang terlamat, namun
dapat menyelesaikan masalah itu. (BENAR)
(5) Dia membantah bahwa
bukan dia yang korupsi tetapi staf keungan perusahaan. (SALAH)
Dia menyatakan bahwa bukan dia yang korupsi
melainkan staf keuangan perusahaan. (BENAR).
PARAGRAF ATAU ALINEA DALAM
TEKS
A. PENGERTIAN PARAGRAF
Satuan bahasa yang lebih
besar danlebih luas darikalimat adalah paragraph atau aline. Dalam
definisinya, PARAGRAF adalah satuan
Bahasa yang mengemukakan
sebuah pokiok pikiran atau satu gagasan utama
yang disampaikan dalam himpunan kalimat yang koherensif. Setiap paragrafharus menyampaikan sebuah gagasan utama. Gagasan utama tersebut harus dijelaskan oleh gagasan-gagasan bawahan, sehingga dalam paragraph terdapat beberapa kalimat yang saling tekait.
Dalam rangkaian kalimat itu tidak satupun kalimat yang bertentangan dengan kalimat gagasan utama dan kalimat-kalimat gagasan bawahan. Kalimat yang berisi gagasan utama disebut kalimat topik dan kalimat yang bergagasan bawahan adalah kalimat penjelas.
Sebuah paragraf minimal tediri tiga kalimat dalam penulisan karangan
ilmiah. Perhatikanlah contoh paragraph berikut yang berisi gagasan utama atau
kalimat topic dan bergagasan bawahan dalam kalimat penjelas.
(1) Sampah selamanya selalu memusingkan.
(2) Berkali-kali masalahnya
diseminarkan dan berkali-kali pula solusinya dirancang.
(3) Namun, berbagai
keterbatasan tetap menjadikan sampah sebagai masalah yang pelik.
(4) Pada waktu diskusi
atau seminar sampah berlangsung, penimbunan sampah terus terjadi.
(5) Hal ini mendapat
perhatian serius karena masalah sampah berkaitan dengan pencemaran air dan
banjir.
(6) Selama pengumpulan, pengankutan,
pembuangan akhir, dan pengolahan sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik,
selama itu pula sampah menjadi masalah. (Arifin,2011:116)
Keenam kalimat dalam
paragraph di atas membicarakan soal sampah, sehingga topik dalam paragraf
tersebut dalah “masalah sampah”. Kalimatkalimatnya koherensi atau saling
terkait logis sehingga pembaca dapat dengan mudah memahamitopik “masalah sampa”
dalam paragraph itu dengan baik.
B. FUNGSI PARAGRAF
Paragraf yangberupa
himpunan kalimat saling terkait dalam mengemukakan mengemukakan gagasan utama
berfungsi penting bagi penulis paragraph dan bagi pembaca paragraph dalam teks.
Perhatikanlah fungsi-fungsi paragraph tersebut.
Fungsi Paragraph bagi Penulis
(1) Paragraf memudahkan
pengertian dan pemahaman dengan menceraikan satu tema dari tema yang lain dalam teks.
(2) Paragraf merupakan
wadah untuk mengungkapkan sebuah idea tau pokok pikiran secara tertulis.
(3) Paragraf harus
memisahkan setiap unit pikiran yang berupa ide, sehingga tidak terjadi
percampuran di antara unit pikiran penulis.
(4) Penulis tidak cepat
lelah dalammenyelesaikan sebuah karangan dan termotivasi masuk ke dalam
paragraf berikutnya.
(5) Paragraf dapat
dimanfaatkan sebagai pembatas antara bab karangan dalam satu kesatuan yang koherensi:
bab pendahuluan, bab isi, dan bab kesimpulan.
Fungsi Paragraf bagi
Pembaca
(1) Dengan memisahkan atau
menegaskan perhentian secara wajar dan formal, pembaca dengan jelas memahami
gagasan utama paragraph penulis.
(2) Pembaca dengan mudah
“menikmati” karangan secara utuh, sehingga memperoleh informasi penting dan
kesanyang kondusif.
(3) Pembaca sangat
tertarik dan bersemangat membaca paragraph per paragraph karena tidak membosankan
atau tidak melelahkan.
(4) Pembaca dapat belajar
bagimmana cara menarik untuk menyampaikan sebuah gagasan dalam paragraph tulis.
(5) Pembaca merasa tertarik dan termotivasi cara menjelaskan paragraph tidak hnaya dengan kata-kata, tetapi dapat juga dengan gambar,bagan,diagram, grafik, dan kurva.
C. Persyaratan Paragraf
yang Baik dan Benar
Paragraf yang baik dan
efektif harus memenuhi persyaratan berikut.
(1) Kesatuan yang
kompak,yaitu semua kalimat harus mengemukakan satu tema yang jelas.
(2) Koherensi yang padu, yaitu antar kalimat dalam paragraf saling terkait dalam paragraf.
Cara mengaitkan antar kalimat
dalam paragraph dapat dilakukan dengan cara berikut.
(a) Pengulangan kata kunci (repetisi) yang
terdapat dalamsetiapkalimat.
(b) Penggunaan kata penghubung (konjungsi)
setiap awalkalimat dengan tepat dan benar.
(c) Penggunaan kata ganti orang atau kata
ganti penunjuk sebagai pengganti gagasan utama dengan kata-kata seperti: dia,
mereka,nya, itu, tersebut, ini.
(3) Penggunaan metode
pengembangan paragraph sebagai penjels gagasan utama paragraph. Metode yang digunakan dari metode proses
sampai dengan metode definisi.
(4) Setiap paragraph harus
mempunyai satu gagasan utama yang ditulis dalam kalimat topik.
Posisi kalimat topik dalam
paragraph ditempatkan pada
(a) Kalimat topik pada awal paragraf
(deduktif),
(b) Kalimat topik pada akhir paragraf
(induktif)
(c) Kalimat topik pada awal dan akhir
paragraph (deduktif—induktif)
(d) Kalimat topik pada temgah paragraph
(ineratif)
(e) Kalimat topik pada semua kalimat
dalamparagraf (deskriptif).
Kalimat topik dalam paragraph ditulis dalam
klalimat tunggalatau kalimat majemuk bertingkat karena kedua kalimat itu hanya
menyampaikan satu gagasan utama.
(5)Penulis paragraph tetap
memmerhatikan kaidah satuan bahasayang lain, seperti ejaan, tanda baca,
kalimat, diksi, dan bentukan kata.
(6) Dalamm penulisan
karangan ilmiah,penulisan paragraph harus diperhatikan hal-hal teknis penulisan
seperti kutipan, sumber rujukan, tata latak grafik, kurva, gambar.
(7) Penulis pun memperhatikan jenis-jenis paragraph pada posisi bagian karanagan pendahuluan, isi,dan bagian kesimpulan.
(8) Penulisan paragraph
yang menjorok ke dalam, sejajar, atau menekuk.
(9) Penulis juga
memperhatikan jumlah kata atau jumlah kalimat dalam sebuah paragraf, yaitu
jumlah kosa kata paragraph antara 30—100 kata dan jumlah kalimat minimal tiga
(10) Jika uraian paragraf melebihi 100 kata sebaiknya dibuat menjadi dua paragraph.
D. JENIS-JENIS PARAGRAF
Dalam karangan terdapat bermacam-macam jenis paragraph. Macam jenis paragraph tersebut jika diperhatikan dari berbagai sudut pandang. Berikut ini ditampilkan berbagai jenis paragaraf.
(1) Jenis paragraph
diperhatikan dari satuan karangan, di antaranya
(a) Paragraf pembuka yangterdapat
padaawalkarangan sebagai pengantar pokok pikiran penulis yang ditempatkan pada
bagian pendahuluan.
(b) Paragraf isi adalah paragraph
yangmenguraikan pokok masalah dalam karangan, yaitu bagian isi atau uraian karangan.
(c) Paragrafpenutup adalah paragraph yang
menyimpulkan atau mengakhiri sebuah karangan,yaitu bagian penutup atau
kesimpulan.
(2) Jenis paragraph
diperhatikan dari sudut pandang sifat tujuan karangan, di antaranya
(a) Paragraf eksposisi adalah paragraf yang
menginformasikan atau memaparkan pokok masalah.
(b) Paragraf argumentative adalah paragaraf
yang mengemukan suatu pikiran dngan alasan logis.
(c) Paragraf deskriptif adalah jenis paragraph
yang memerikan suatu suasana, area, dan benda.
(d) Paragraf naratif adalah jenis paragraf
yang menceritakan suatu masalah.
(e) Paragraf persuasive adalah jenis paragraf
yang memengaruhi atau merajuk orang tentang sesuatu .
(3) Jenis paragraph
diperhatikan dari posisi kalimat topic dalam paragraf, diantaranya
(a) Paragraf deduktif
adalah jenis paragraf yang menempatkan kalimat topik pada awal paragraph.
(b) Paragraf induktif
adalahjenis paragraph yang menempatkan kalimat topik pada akhir paragraph.
(c) Paragraf
deduktif-induktif adalah jenis paragraph yang menempatkan kalimat topik pada
awal dan akhir paragraph.
(d) Paragraf ineratif adalah jenis paragraph yang meletakkan kalimat topik pada tengah paragraph.
(e) Paragraf tanpa kalimat
topic adalah paragraph yang menyembangkan paragraph yang melebihi satu
paragraph.
(4) Jenis paragraph
diperhatikan dari cara atau metode pengambangan paragraf, di antaranya
(a) Paragraf menerangkan,
(b) Paragraf merinci,
(c) Paragraf contoh,
(d) Paragraf buktian,
(e) ParagrafPertanyaan,
(f) Paragraf perbandingan,
(g) Paragraf sebab akiba.
Dari ke-4 sudut paragraph di atas, paragraph darisudut pandang satuan karangan dan paragraph sudut pandang sifat tujuan karangan yang perlu dipahami lanjut.
Setelah memerhatikan
jenis-jenis paragrafdari berbagai sudut pandang, berikut ini akan dijelaskan
Janis paragraph dari sudut pandang satuan karangan, yaitu paragraph pembuka ,
paragraph isi, dan paragraph penutup.
PARAGRAF PEMBUKA
Paragraf pembuka adalah
paragraph yang mengawali sebuahpenulisan karangan dengan mengantarkan pokok
masalah dalambagian pendahuluan karangan. Hall-halyang harus diperhatikan dalam
menyusun paragraph pembuka karangan.
(1) Paragraf itu berfungsi
mengantar pokokmasalah karangan.
(2) Paragraf ini sanggup
menyiapkan pikiran pembaca pada pokok masalah yang akan dijelaskan.
(3) Kata-kata dalamparagraf
ini hendaknya menarik perhatian pembaca, sehingga mudah memahami
Pokok masalah yang akan diuraikan.
(4) Kalimat dan paragraph
dalambagian ini tidak terlalupanjangkarena paragraf belum menguraikan.
PARAGRAF ISI
Paragraf isi atauparagraf
pengembang adalah jenis paragraph yang berfungsi menuraikan atau memperjelas
pokok masalah yang akan diuraikan dalam karangan.Uraian pokok masalah
dalamparagraf ini dapat disampaikan dengan berbagaimetode pengembangan dan
menbampilkan hal-hal teknis uraian dalamkarangan ilmiah. Hal-halyang
diperhatikan dalam jenis paragraph ini di antaranya:
(1) mengemukakan pokok
masalah dengan jelas dan eksplisit.
(2) Perlu dijaga
keserasian dan kelogisan antarparagraf.
(3) pengambangan paragraph
dapat menggunakan jenis paragraph ekspositoris, argumentative,
Deskriptif, dan naratif.
(4) memperhatikanhalteknis
penulisan seperti kutipan, sumberkutipan, penggunaan bagan diagram grafik
kurfa.
(5) menyiapkan uraian
pokok masalah yang disentesiskan sebagai bahan paragraf kesimpulan.
PARAGRAF PENUTUP
Paragraf penutup merupakan
pernyataan kembali gagasan yang diuraikan atau merupakan jawaban pertanyaan
yang terdapat pada paragrapf pembuka. Paragraf ini merupakan akhir sebuah
karangan yang dapat disampai secara horisontaldan vertical dalam rincian.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan paragraph penutup ini, antara
lain
1) Paragraf ini tidak boleh terlalu panjang dan tidak begitu saja memutuskannya.
2) Paragraf ini
ditampilkan sebagai cerminan sebuah kesimpulan.
3) Paragraf ini harus
mendapat kesan positif dan informasi
4) pengetahuan yang logis
dan kondusif.
5) Paragraf ini dapat
berupa jawaban singkat dariuraian atau pertanyaan yang terdapat pada paragraph
Pembuka.
6) Paragraf ini jangan
lagimenguraikan, mengutip,dan mengemukakan masalah baru.
7) Berdasarkan apa yang
disimpulkan dalam paragraf, penulis dapat mengajukan rekomendasi atau
8) Usulan yang berupa
saran karena keterbatasan waktu dan dana yang penulis dapatkan.
1. JENIS TULISAN
Sebelum mengarang, apalagi karangan ilmiah, seseorang harus paham terlebih dahulu mengenai apa itu karangan dan jenis-jenisnya. Dengan begitu, seorang penulis dapat menentukan jenis karangan yang akan dibuatnya dan memudahkan yang bersangkutan menyusun kerangkanya sehingga tujuan ia menulis dapat tercapai.
Pada dasarnya, mengarang adalah pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan atau menguas topik tertentu guna memperoleh hasil akhir berupa karangan.
Selain itu, harus pula dipahami bahwa karangan dapat bersifat nonilmiah, semiilmiah atau ilmiah populer, dan ilmiah. Ketiganya memiliki sejumlah perbedaan seperti terlihat pada tabel berikut ini.
Sifat Karangan Ciri Contoh Non ilmiah
(1) Tidak terikat oleh aturan bahasa yang baku, Cerita pendek, anekdot, dan puisi
(2) Struktur tidak baku walaupun tetap sistematis,
(3) Nonfaktual atau rekaan
(4) Subjektif,
(5) Biasanya berbentuk narasi,
deskripsi, dan campuran semi ilmiah
(1) Menghindari
istilah-istilah teknis dan menggantinya dengan istilah umum,
(2) Struktur tidak baku
walaupun tetap sistematis,
(3) Pengamatan bersifat
faktual,
(4) Bersifat campuran
objektif dan subjektif,
(5) Biasanya berbentuk eksposisi,
persuasi, deskripsi, dan campuran
Berita, opini, dan artikel
Ilmiah
(1)Sumber bersifat
faktual,
(2)Bersifat objektif
(3)Menggunakan kaidah Bahasa
yang baku,
(4) Terikat oleh aturan
yang lazim digunakan dalam ranah penulisan ilmiah bidang-bidang ilmu,
(5)Struktur bersifat baku,
(6)Argumentasi dan
campuran.
Makalah, skripsi, tesis, dan
disertasi
a. Eksposisi
Karangan eksposisi merupakan wacana yang bertujuan memberikan panjelasan, informasi, keterangan, dan pemahaman kepada pembaca atau pendengar tentang suatu hal. Tulisan jenis ini biasanya menguraikan sebuah proses atau suatu hal yang belum diketahu oleh pembaca atau proses kerja suatu benda
Sebuah tulisan ekspositoris semata-mata hanya memberikan informasi dan tidak bertujuan lain, seperi misalnya berpromosi atau menggiring pembaca agar setuju dengan apa yang dijelaskan di dalamnya. Jenis karangan ini dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di media massa, seperti berita politik, berita kriminal, atau lainnya.
Karena sifatnya yang memaparkan, karangan eksposisi dapat juga disebut paparan. Teks di bawah ini merupakan contoh eksposisi di media massa.
Kilau Batu Berharga
Bebatuan berharga muncul mempercantik aksesori. Kenali jenis bebatuan yang mayoritas terbuat dari kandungan mineral ini, yuk!
Berlian
Berasal dari atom karbon yang dibentuk di bawah tekanan sangat tinggi dan terkubur amat sangat dalam di bawah tanah. Berlian berharga mahal karena selain cantik, batu ini juga sangat sulit ditemukan di dunia dan melalui proses pengolahan yang sulit.
Permukaan berlian tidak bisa basah oleh air, namun sangat rentan terhadap minyak. Berlian dinilai dari kejelasan (clarity), warna (color), dan potongannya (cut). Indonesia adalah salah satu penghasil berlian yang terbaik!
Amethyst
Amethyst adalah jenis batuan yang paling berharga dan mudah dikenali. Amethyst memiliki nuansa warna ungu, dari ungu tua hingga merah pucat keunguan. Amethyst dapat ditemukan di berbagai benua. Amethyst paling langka dan sangat berharga adalah jenis Deep Russian.
Sapphire
Batu berharga ini terbuat dari jenis mineral corundum, lebih tepatnya aluminium oxide. Pengaruh elemen lain, yaitu zat besi, titanium, chromium, copper, atau magnesium membuat Sapphire memiliki banyak warna, dari biru, kuning, pink, ungu, orange, atau hijau. Batu ini dapat ditemukan di lapisan sedimen.
Batu Sapphire sangat kuat sehingga tidak hanya digunakan di dunia aksesori saja namun juga alat-alat high-tech seperti komponen optik infrared.
Emerald
Emerald adalah jenis batuan beryl yang paling berharga. Emerald memiliki warna hijau yang kuat dan memendarkan cahaya yang begitu cantik. Batu emerald yang paling baik bahkan memiliki harga melebihi harga berlian, namun sangat tidak mudah menemukan emerald yang sempurna.
Aquamarine
Aquamarine artinya air dan lautan. Batuan ini termasuk ke dalam jenis batuan baryl yang memiliki warna semburat biru; dari biru pucat hingga biru kehijauan. Aquamarine termahal adalah yang berwarna biru aqua yang pekat yang biasa ditemukan di Brazil.
Rubi
Batu ini terbentuk dari mineral yang disebut korundum, terdiri dari oksida aluminium. Warna merah disebabkan oleh jejak kromium, sementara semburat cokelat terjadi karena pengaruh zat besi.
Rubi paling berharga adalah yang berwarna merah dengan semburat biru. (disunting dari “Kilau Batu Berharga” dalam Nova, 24—30 September 2012)
b. Argumentasi (Bahasan)
Tulisan ini bertujuan untuk meyakinkan atau mengubah pendapat pembaca atas suatu pendapat, ideologi, doktrin, sikap, atau tingkah laku tertentu.
Dalam tulisan yang bersifat ilmiah, jenis karangan ini biasanya digunakan oleh penulis karena sebuah karya ilmiah harus dapat meyakinkan pembaca atas topik yang diuraian penulisnya.
Dengan demikian, penulis harus menyusun karangannya secara logis dengan alasan atau data yang mampu meyakinkan pembaca. Di bawah ini adalah contoh karangan argumentasi.
Terkini
Salah satu kosa kata sangat aneh dalam bahasa Indonesia yang banyak digunakan oleh media elektronik, terutama televisi, adalah ‘terkini’. Sejumlah stasiun televisi menggunakan kata itu dengan berbagai variasi ‘Kabar Terkini’, ‘Terdepan dan Terkini’, ‘Indonesia Terkini’, dan lain-lain.
Adakah yang lebih kini sehingga ada yang terkini? Adakah waktu bisa kita tangkap, kita bekukan, menjadi kini yang berhenti, statis, membeku, kemudian kita bikin yang lebih kini bernama terkini? Kini, kemarin, ataupun esok adalah momen yang tak mungkin kita tangkap. Begitulah absurditas waktu. Hanya tubuh kita yang menjadi bukti dan saksi yang menangkap jejak waktu.
Bayi bertumbuh remaja, muda, berangsur matang. Setelah itu, tua, kusut, menopause, renta, surut.
Bukan karena bahasa Indonesia tak mengenal tenses lalu kita boleh memakai kosakata dengan logika sembarangan. Melath logika, melatih otak, bahkan melatih tubuh-tangan kita pun sebenarnya bisa mengingat apa yang tak diingat oleh otak kita-adalah bagian-bagian dari melatih kesadaran. Tiadanya kesadaran membuat jagat kecil, yaitu dari kita, menjadi morat-marit. Korupsi dan segala kejahatan turunannya adalah parihal diri manusia yang kacau.
c. Persuasi (Ajakan)
Karangan persuasi adalah karangan yang tertujuan meyakinkan pembaca, membuat pembaca percaya, atau membujuk pembaca atas apa yang dikemukakan oleh penulis. Yang dikemukakan itu dapat saja berupa fakta, produk, pendapat, hingga ideologi tertentu.
Bidang yang paling banyak menggunakan jenis karngan ini adalah dunia periklanan. Kata ‘persuasi’ berasal dari kata Inggris ‘to persuade’ yang bararti ‘membujuk’ atau ‘meyakinkan’. Bentuk nominanya adalah ‘persuation’ yang kemudian dipungut ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘persuasi’.
Karangan persuasi dapat dogolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu
(1) persuasi politik,
(2) persuasi pendidikan,
(3) persuasi advertensi, dan
(4) persuasi propaganda.
Di bawah ini adalah contoh persuasi dalam iklan.
Energhi (untuk Perlindungan Kulit Anda di Tanah Suci)
Persiapkan perawatan khusus kulit, wajah dan tubuh Anda saat menuju tanah suci dengan Energhi. Sehingga kondisi cuaca, suhu dan udara yang ekstrim tidak mengganggu kekhusuan ibadah haji Anda. Energhi Skin Care package akan menjaga dan melindungi kulit Anda tetap lembab, sehat dan alami.
d. Narasi (Kisahan)
Narasi atau kisahan adalah karangan yang menceritakan sesuatu baik berdasarkan pengamatan maupun pengalaman secara runtut. Sebuah karangan narasi akan berusaha mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis.
Penulisan narasi yang bak membutuhkan tiga hal, yaitu kalimat pertama dalam paragraf harus menggugah minat pembaca, kejadian disusun secara kronlogis, dan memiliki fokus pada tujuan akhir yang jelas
Selanjutnya, karangan narasi akan tersusun dengan baik apabila menggunakan:
(1) keterangan waktu,
(2) keterangan yang
berkaitan dengan pekerjaan atau peristiwa, dan
(3) kata-kata peralihan yang mengungkapkan kaitan pikiran, kaitan waktu, dan kaitan hasil, dan pertentangan.
Ditinjau dari sifatnya, narasi terdiri atas dua jenis, yaitu (1) narasi ekspositoris atau narasi faktual, dan (2) narasi sugesti atau narasi berplot
Yang dimaksud dengan narasi ekspositoris adalah yang bertujuan memberikan informasi kepada pembaca agar pengetahuan yang bersangkutan bertambah luas, sedangkan narasi sugesti adalah narasi yang ditujukan memberikan makna kepada pembaca melalui imajinasinya.
Di bawah ini adalah contoh narasi sugestif.
Dulu, musim hujan pertama itu, ketika anakku dan aku baru pindah kemari, Nanang masih rajin datang. Setiap hari raya—Natal, Paskah—dan tentu hari ulang tahunku.
Ya, artinya ia selalu datang sehari sesudahnya. Mungkin ia malu bertemu dengan keluargaku. Jadi selalu diusahakannya agar datang sesudah mereka pergi. Mengelakkan senyum dingin yang terarah kepadanya, yang lebih melukai dari seribu tuduhan. Melarikan diri dari pandangan penuh arti, yang lebih keras memukul daripada tinju kepal.
Keluargaku tak pernah memaafkkannya. Barangkali mereka tak sanggup menerima bahwa aku sendiri sudah lama mengampuninya. Mereka tidak bisa mengerti bahwa aku sanggup tetap mengasihi orang yang telah mengucilkanku kemari.
Kalau bukan karena Nanang, tentu aku pun sudah menjadi tokoh masyarakat sekarang. Namaku dan potretku tentu sering muncul di surat kabar. Perbuatanku dan pemikiranku tentu dianggap turut membangun masyarakat, turut mengarahkan terlaksananya cita-cita mereka.
Sekarang... teman-temanku pun sudah lupa padaku. Karena perbuatan Nanang aku menjadi begini... . Tetapi aku sudah lama mengampuninya.
Keampunan dosa—bukankah itu inti sari agamaku? Kuyakinkan bahwa Allah Maha Pemurah, mengampuni dosa sekeji apapun. Ia sudah mengampuni aku. Aku yakin betul bahwa dosaku diampuni olehNya. Dan kalau begitu, siapakah aku—yang gegabah menolak penyesalan sesamaku?
Hukumammu sudah cukup berat, Nanang. Aku takkan menambah sekerikil pun atas bebanmu. Karena pernah kita begitu berbahagia bersama-sama. Menghayati bersama-sama kecerahan hari hidup kita. Lalu badai menyambar
kita—sehingga kita terpisah kini. Tetapi itu bukan cuma salahmu, Nanang. “Badai meniupkan kapal-kapal ke mana nakhodanya tak berhasrat pergi,” kata suatu pepatah kuno. Kapalku kandas, sedangkan kapalmu berlayar terus tanpa harapan. Ya, sekalipun kau tak pernah mengunjungiku akhir-akhir ini, Nanang, sedikit-dikitnya itu kuketahui betul: kau hidup tanpa harapan.
Kasihan Nanang... Dari rumahku yang kecil di luar kota, kukirimkan rasa ibaku kepadamu di rumahmu yang mewah di tengah kota. Bagaikan burung pipit yang hinggap di jendela, memandang bangkai cenderawasih yang kau pajang d atas lemarimu.
Dan kalau sampai kau lihat burung pipit itu, Nanang, ingatkah kaupadaku? Pada Raumanen, cinta pertamamu?
e. Deskripsi (Lukisan)
Deskripsi merupakan jenis karangan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan dari aspek rupa, sifat, rasa, atau corak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya selain menggambarkan perasaan bahagia, takut, sepi, sedih, atau genbira. Tujuan karangan ini adalah membantu pembaca membayangkan apa yang digambarkan tersebut
Seorang penulis yang hendak menulis karangan deskriptif haruslah teliti, cermat, dan kreatif memilih kata-kata sehingga pembaca dapat membayangkan objek yang dilukiskan tersebut.
Agar sampai pada tujuan tadi, seorang penulis harus mengambil sikap tertentu terhadap objek yang akan dilukiskannya. Ada dua pendekatan yang bisa diambil oleh penulis dalam mendeskripsikan sesuatu, yaitu pendekatan realistis dan pendekatan impresionalistis.
1. Pendekatan Realistis
Dalam pendekatan ini, penulis seolah bertindak sebagai tukang potret yang memotret sebuah objek melalui kameranya. Dengan kata lain, penulis harus bersifat objektif, tidak dibuat-buat, atau apa adanya. Perhatikan contoh berikut.
Orang Bugis berbagai ciri khas yang sangat menarik. Mereka mampu mendirikan kerajaan-kerajaan yang sama sekali tidak mengandung pengaruh India, dan tanpa mendirikan kota sebagai pusat aktivitas mereka. Orang Bugis juga memiliki tradisi kesusastraan, baik lisan maupun tulisan.
Berbagai karya sastra tulis yang berkembang seiring dengan tradisi lisan, hingga kini masih dibaca dan disalin ulang. Perpadun antara tradisi lisan dan tulis ini kemudian menghasilkan salah satu epos sastra terbesar di dunia, yakni La Galigo yang lebih panjang dari Mahabharata.
2. Pendekatan
Impresionistis
Sesuai dengan namanya, pendekatan impresionistis bertujuan menimbulkan kesan dalam diri pembaca sesuai dengan impresi penulis karena pelukisan bertolak dari sudut pandang penulis.
Jadi, sifat pendekatan ini subjektif. Perhatikan cuplikan cerita di bawah ini.
Sepasang burung bangau melayang meniti angin, berputar-putar di langit. Tanpa sekalipun mengepakan sayap, mereka mengapung berjam-jam lamanya. Suaranya melengking seperti keluhan panjang. Air. Kedua unggas ini telah melayang beratus-ratus kilometer mencari genangan air. Telah lama mereka merindukan amparan lumpur tempat mereka mencari mangsa: latak, ikan, udang, atau serangga lainnya.
Namun kemarau belum usai. Ribuan hektar sawah yang mengelilingi Dukuh Paruk telah tujuh bulan kerontang. Sepasang burung bangau itu takkan menemukan genangan air mesi sebesar telapak kaki. Sawah berubah menjadi padang kering berarna kelabu.
Segala jenis rumput mati. Yang menjadi bercak-bercak hijau di sana-sini adalah kerokot, sajian alam bagi sejala jenis belalang dan jangkrik. Tumbuhan jenis kaktus ini justru hanya muncul di sawah justru sewaktu kemarau berjaya.
Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia terbang bagai batu lepas dari ketepel. Sambil menjerit sejadi-jadinya. Di belakangnya seekor alap-alap mengejer dengan kecepatan berlebih.
Udara yang ditempuh kedua binatang itu membuat udara desau. Jerit pipit kecil itu terdengar ketika paruh alap-alap menggigit kepalanya. Bulu-bulu halus beterbangan. Pembunuhan terjadi di udara yang lengang, di atas Dukuh Paruk.
2. Ringkasan, Abstrak, dan Sintesis
Ketiga istilah di atas pada intinya merujuk pada pekerjaan yang sama, yaitu meringkas. Namun, masing-masing memiliki perbedaan yang harus dipahami agar tidak menimbulkan salah paham.
a. Ringkasan
Menyajikan kembali sebuah tulisan yang panjang ke dalam bentuk yang pendek disebut meringkas. Tindakan meringkas dapat dilakukan terhadap berbagai jenis teks, di antaranya ringkasan atas novel, ringkasan atas buku laporan tahunan, dan ringkasan atas sebuah bab sebuah buku.
Untuk sampai pada ringkasan yang baik, cara yang dapat dilakukan oleh penulis adalah menghilangkan segala macam ‘hiasan’ dalam teks yang akan diringkas.
Yang dimaksud dengan ‘hiasan’ di sini dapat berupa (1) ilustrasi atau contoh, (2) keindahan gaya bahasa, dan (3) penjelasan yang terperinci.
Sebuah ringkasan memiliki beberapa ciri.
Pertama, penulis haruslah mempertahankan urutan pikiran dan cara pandang penulis asli.
Kedua, penulis harus bersifat netral, dalam arti tidak memasukan pikiran, ide, maupun opininya ke dalam ringkasa yang dibuatnya. Ketiga, ringkasan yang dibuat haruslah mewakili gaya asli penulisnya, bukan gaya pembuat singkasan.
Dengan membaca teks asli secara berulang-ulang, menandai kalimat topik setiap paragraf, dan menghilangkan segala macam hiasan, penulis akan dapat membuat sebuah ringkasan yang baik
b. Abstrak
Abstrak adalah karangan ringkas berupa rangkuman. Istilah ini lazim digunakan dalam penulisan ilmiah. Oleh karena itu, abastark terikat dengan aturan penulisan ilmiah. Dalam sebuah abstrak setidaknya ada hal-hal berkut:
(1) latar belakang atau
alasan atas topik yang dipilih,
(2) tujuan penelitian yang
dilakukan oleh penulis,
(3) metode atau bahan yang
digunakan dalam penelitian,
(4) keluaran atau
kesimpulan atas penelitian.
Panjang-pendek sebuah abstrak amat ditentukan oleh tujuannya. Apabila abstrak tersebut ditulis untuk keperluan Jurnal, maka panjangnya antara 75 sampai dengan 100 kata, sedangkan untuk skripsi 200 sampai dengan 250 kata.
Perhatikan contoh abstrak di bawah ini untuk keperluan jurnal.
Abstrak
Tradisi lisan Indonesia mengalami ancaman kepunahan karena berbagai sebab sehingga diperlukan usaha-usaha yang komprehensif untuk memeliharanya. Makalah ini akan membicarakan berbagai cara perekaman tradisi lisan di Provinsi Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua dan tantangan yang dihadapinya.
Tujuannya adalah menjelaskan perlunya usaha inventarisasi sebagai tahap awal penyelamatan tradisi tersebut. Dengan metode observasi langsung yang ditunjang oleh kepustakaan, penelitian diharapkan mampu merekam secara akurat berbagai tradisi lisan yang ada dalam masyarakat Indonesia secara akurat.
Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa kesepakatan umum dalam dunia ilmu bahwa abstrak ditulis bahasa Inggris. Misalnya, apabila sebuah artikel untuk jurnal atau skripsi ditulis dalam bahasa Indonesia, maka abstraknya ditulis dalam bahasa Inggris.
c. Sintesis
Berbeda dengan ringkasan dan abstrak yang merupakan ringkasan atas satu sumber saja, sintesis dibuat atas beberapa sumber. Pada dasarnya sintesis adalah merangkum intisari bacaan yang berasal dari beberapa sumber.
Kegiatan ini harus memperhatikan data publikasi atas sumber-sumber yang digunakan. Dalam tulisan laras ilmiah, data publikasi atas sumber-sumber tadi kemudian dimasukan dalam daftar pustaka.
Ada sejumlah syarat yang harus diperhatikan oleh penulis dalam membuat sintesis, di antaranya:
(1) penulis harus bersikap objektif dan kritis atas teks yang digunakannya,
(2) bersikap kritis atas sumber yang dibacanya,
(3) sudut pandang penulis harus tajam,
(4) penulis harus dapat mencari kaitan antara satu sumber dengan sumber lainnya, dan
(5) penulis harus menekankan pada bagian sumber yang diperlukannya.
3. Kutipan dan Sistem
Rujukan
3.1 Kutipan
Dalam menulis karya ilmiah, kadangkala kita mengutip pendapat orang lain. Kutipan itu kita gunakan sebagai alat untuk memperkuat argumentasi kita. Dalam upaya tersebut, perlu diperhatikan kebiasaan-kebiasan yang lazim berlaku dalam dunia ilmu.
Kutipan terdiri atas dua jenis, yaitu (1) kutipan langsung dan (2) kutipan tidak langsung. Dalam mengutip secara langsung kita tidak melakukan perubahan apa pun terhadap teks atau bagian teks yang kita kutip tersebut sedangkan dalam mengutip tidak secara langsung kita diperkenankan untuk menggunakan kata-kata kita sendiri tetapi tidak mengubah makna pada teks aslinya.
Keduanya jenis kutipan ini bertujuan sama, yaitu meminjam pemikiran orang lain untuk melengkapi tulisan kita tanpa menghilangkan penghargaan kita kepada orang yang pikirannya kita pinjam tersebut.
Kutipan langsung dan kutipan tidak langsung memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri kutipan langsung adalah
(1) Tidak boleh ada
perubahan terhadap teks asli,
(2) Tanda (sic!) digunakan
apabila ditemukan kesalahan pada teks asli,
(3) Tanda tiga titik tiga berspasi (. . .) digunakan apabila ada bagian kutipan yang dihilangkan, dan
(4) Menggunakan sumber
kutipan yang berlaku dalam bidang selingkung.
Dalam proses ini, kadang kita mengutip teks yang panjang dan kadang mengutip teks yang pendek.
Sebuah kutipan disebut kutipan pendek apabila tidak lebih dari empat baris sedangkan kutipan panjang lebih dari empat baris.
Kutipan pendek
(1) diintegrasikan langsung dengan tulisan kita,
(2) diapit oleh tanda kutip, dan,
(3) jangan lupa, sumber kutipan.
Kutipan langsung panjang
(1) dipisahkan dari teks kita dengan dengan spasi dan besaran huruf yang lebih kecil,
(2) boleh diapit oleh tanda kutip oleh tidak, dan (3) jangan lupa, sumber kutipan harus ada. Kutipan langsung, baik yang pendek maupun yang panjang, juga dapat dilakukan pada catatan kaki dengan tatacara: spasi rapat, diapit tanda kutip, dan tidak boleh mengadakan perubahan terhadap teks asli.
Kutipan tidak langsung disebut juga inti sari pendapat memiliki ciri-ciri
(1) diintegrasikan dengan teks,
(2) tidak diapit oleh tanpa kutip, dan (3) harus menyertakan sumber kutipan.
Mengenai sumber kutipan, hal tersebut mutlak harus ditulis jika kita tidak ingin digolongkan sebagai orang yang melakukan plagiarisme karena plagiarisme merupakan tindakan pencurian terhadap hak cipta seseorang yang dilindungi oleh hukum. Selain terhindar dari tuduhan plagiarisme, menyertakan data atas sumber kutipan juga berarti menghargai pikiran orang yang tulisannya kita kutip selain sebagai etika dalam dunia ilmu dan aspek legalitasnya.
3.2 Sistem Rujukan
Dalam upaya menjaga etika ilmiah dalam hal penggunaan sumber lain dalam sebuah tulisan, kita mengenal sistem catatan. Sistem ini dikembangkan dalam tiap bidang ilmu selingkung sehingga muncul variasi dalam penulisannya.
Tidak heran apabila sistem yang digunakan oleh bidang ilmu tertentu berbeda dengan sistem yang dikembangkan oleh bidang ilmu lainnya. Walaupun demikian, kita mengenal dua sistem perujukan yang sering digunakan, yaitu
(1) catatan kaki, dan
(2) catatan belakang.
Catatan Kaki adalah catatan yang diletakkan di bagian bawah halaman sedangkan Catatan Belakang ada di akhir bab (dalam sebuah buku) atau bagian akhir sebuah tulisan (dalam sebuah makalah).
Sistem catatan dapat dibagi dalam dua jenis: referensi dan informasi tambahan. Yang dimaksud dengan referensi adalah data semua sumber yang dijadikan rujukan dengan ditandai oleh angka Arab.
Teks di bawah ini akan menjelaskan bagaimana catatan dibuat. Sebuah tulisan mengenai hubungan pribadi seseorang dengan lingkungannya mengutip pendapat seorang tokoh psikologi Amerika bernama Donald B. Calne. Tokoh ini menulis buku berjudul Batas Nalar yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia di Jakarta. Di halaman 159, penulis buku membuat pernyataan yang cukup penting mengenai mentalitas para pedagang sehingga perlu dikutip dan diberi catatan (bagian yang dikutip ditebalkan).
Setiap orang akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Demikian pula dengan profesi seseorang. Orang yang sukses berniaga punya kecenderugan bertindak dan menantang risiko di mana perlu.1 Seperti dikatakan oleh John Maynard Keynes, dst._______________ 1 Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm. 159.
Informasi Tambahan pada sistem catatan digunakan apabila penulis memandang perlu menjelaskan sebuah istilah, menjelaskan bagian dari uraian tertentu, memberikan informasikan adanya sumber lain yang membahas kasus yang sama.
Tujuan informasi tambahan ini adalah agar pembaca mendapatkan informasi yang lebih lengkap atas istilah atau bagian dari uraian tersebut. Contoh berikut diambil dari tulisan Maman S. Mahayana yang berjudul “Gerakan Budaya Menjelang Kemerdekan Indonesia— Malaysia” yang terbit Jurnal Makara Vol. 11, No. 2 Desember 2007, hlm. 48— 57. Di halaman 52,
Maman menguraikan mengenai usaha seorang tokoh Melayu bernama Ibrahim Yaakob. Kesimpulan atas usaha tokoh itu secara singkat dimasukan dalam catatan kaki.
Sementara itu, tahun-tahun awal selepas berakhir perang Pasifik, bagi Malaysia persoalannya lain lagi. Bagi Malaysia, kemerdekaan yang dicapai Indonesia tanpa melibatkan Tanah Melayu, seolah-olah merupakan sebuah rangkaian perjalanan yang berakhir dengan kegagalan. Sungguhpun demikian, semangat untuk mencapai cita-cita menjadikan Malaysia sebagai negara yang merdeka, tidak sama sekali pudar; perjuangan mesti dilanjutkan. Ibrahim Yaakob dan beberapa pemimpin KRIS lainnya kemudian terbang ke Indonesia dan selanjutnya melakukan perjuanganmya dari Indonesia.17_________________ Perjuangan Ibrahim Haji Yaakob untuk menyatukan Malaysia dengan Indonesia ternyata tidak pernah terwujud sampai akhirnya ia meninggal tanggal 9 Maret 1979.
Sebagai penghargaan atas perjuangannya membantu Indonesia, Yaakob dimakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, 10 Maret 1979.
Dalam hal catatan kaki yang berisi referensi, seorang penulis hampir dapat dipastikan menggunakan beberapa sumber. Apabila sumber-sumber itu dirujuk beberapa kali dengan halaman yang sama atau berbeda-beda, maka tiga istilah, yaitu Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit, harus diketahui dan dipergunakan dengan benar.
Ibid, Op.Cit, dan Loc.Cit. ketiganya berasal dari bahasa Latin. Ibid berasal dari kata ibidem yang artinya ‘pada tempat yang sama’. Istilah ini digunakan untuk rujukan apa saja yang digunakan berturut-turut tanpa disela oleh sumber yang lain. Op.Cit. berasal dari kata opere citato yang berarti ‘pada karya yang telah dikutip’.
Istilah ini digunakan apabila seorang penulis mengacu sumber berupa sebuah buku yang diacu beberapa kali namun sumber tersebut telah disela oleh sumber yang lain. Loc.Cit. berasal dari kata loco citato yang artnya ‘pada tempat yang telah dikutip’. Istilah ini mengacu kepada artikel dalam bunga rampai, jurnal, majalah, koran, ansiklopedi.
Istlah ini dipergunakan apabila artikel tersebut dirujuk beberapa kali dan telah disela oleh sumber yang lain. Perhatikan contoh di bawah ini.
1 Donald B. Calne. 2005. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Hlm.159.
2 Ibid.
3 Ibid, hlm. 40.
4 Ibid, hlm. 46.
5 Boen S. Oemarjati. 2012. “Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press. Hlm. 121.
6 Arnold Van Gennep. 1992. The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press. Hlm. 35.
7 Donald B. Calne, Op.Cit., hlm. 170.
8 Boen S. Oemarjati, Loc.Cit., hlm. 125.
9 Arnold Van Gennep, Op.Cit., hlm. 42.
4. Daftar Pustaka
Daftar pustaka atau bibliografi adalah semua sumber yang menjadi rujukan seorang penulis dalam kegiatannya menulis sebuah karya ilmiah. Sumber-sumber tersebut harus dihimpun dalam sebuah daftar yang lazim disebut sebagai Daftar Pustaka atau Bibliografi atau Kepustakaan dengan fungsi sebagai berikut.
1. Membantu pembaca
mengetahui ruang lingkup studi penulis.
2. Memberikan petunjuk kepada pembaca yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai tulisan yang dibacanya serta hubungannya dengan tulisan lain yang berkaitan.
3. Membantu pembaca memilih referensi yang sesuai dengan bidang studinya.
4. Sebagai bentuk
keterbukaan dan kejujuran penulis mengenai sumbersumber yang dipergunakannya.
Ada beberapa variasi penulisan Daftar Pustaka. Variasi ini terjadi akibat polapola penulisan yang dikembangkan oleh selingkung bidang, misalnya format MLA (The Modern Language Association) dan format APA (American Psycologycal Association). Namun demikian, unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah daftar pustaka pada dasarnya sama. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
(1) nama penulis,
(2) tahun terbitan sumber
yang bersangkutan,
(3) judul sumber yang
dipakai sebagai referensi, dan
(4) data publikasi (nama
tempat terbit, nama penerbit).
Dalam menyusun Daftar
Pustaka, beberapa hal perlu diperhatikan, yaitu:
(1) baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3--5 ketukan ke dalam,
(2) jarak antarbaris 1
spasi,
(3) jarak antarsumber 1,5
atau 2 spasi,
(4) diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga penulis (bergantung pada gaya selingkung bidang)
Untuk nama penulis, penulisannya dalam daftar pustaka berbeda dengan penuisan dalam Catatan kaki. Pada Catatan Kaki, nama penulis tidak dibalik tetapi Daftar Pustaka dibalik, yakni dengan mendahulukan nama belakang karena dianggap sebagai nama keluarga dan dibatasi oleh koma untuk kata selanjutnya yang dianggap sebagai nama diri seperti contoh berikut.
Format MLA Caine, Donald B. Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2005.
Gennep, Arnold Van. The
Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press, 1992.
Oemarjati, Boen S.
“Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam Memaknai
Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K.
Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press, 2012.
Format APA Caine, Donald B. (2005). Batas Nalar. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Gennep, Arnold Van.
(1992). The Ritus of Passage. Chicago: Chicago University Press.
Oemarjati, Boen S. (2012).
“Tanggung Jawab dalam Koeksistensi Berbudaya” dalam
Memaknai Kembara Bahasa dan Budaya (ed. Riris K. Toha-Sarumpaet). Jakarta: UI Press.
Apabila pengarang dalam sumber lebih dari satu orang, maka nama penulis pertama saja yang dibalik sedangkan nama pengarang kedua tidak. Apabila penulisnya empat orang atau lebih, maka setelah nama penulis pertama cukup ditulis kata dan ‘dkk’ yang artinya ‘dan kawan-kawan’ yang dalam istilah Latin adalah et.al. Contoh:
Dua Penulis:
Gustianti, Rina dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Tiga Penulis:
Gustianti, Rina, Syahrial, dan Yulia Nazaruddin. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
Empat Penulis:
Gustianti, Rina, dkk. (2005). 2012: Kiamat Tak Jadi Datang. Jakarta: CV. Tiga Pena Mandiri.
5. Topik, Tujuan, Tesis,
dan Kerangka Karangan
Sebuah karya ilmiah haruslah direncananan dan disusun dengan cara yang sistematis dan terukur. Untuk itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu hal yang paling penting yang hendak diuraikan. Hal yang paling penting itu disebut sebagai topik.
Topik tidak sama dengan judul. Namun banyak orang mengartikannya sama. Topik, seperti telah dikemukakan di atas, haruslah yang pertama ditentukan oleh penulis, sedangkan judul paling akhir karena judul hanyalah kepala karangan.
Dalam memilih perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu
(1) harus menarik perhatian penulis,
(2) diketahui dan dikuasai oleh penulis,
(3) harus sempit dan terbatas, dan
(4) untuk penulis pemula hindari topik yang kontroversial dan baru.
Mengapa demikian? Sebab, bagaimana mungkin mengerjakan sesuatu tulisan yang kita sendiri tidak tertarik. Bagaimana pula dapat memberikan uraian yang berbobot apabila bidang atau pengetahuan yang disyaratkan oleh topik yang dipilih tidak kita kuasai.
Misalnya, seorang yang tidak mengetahui atau tidak menguasai ilmu sastra bagaimana mungkin menulis makalah yang berisi tinjauan ilmiah karya-karya Mochtar Lubis yang demikian kompleks dengan bobot yang tinggi. Selain itu, sebuah tulisan ilmiah haruslah fokus pada satu masalah dan selesai dibicarakan dalam format tertentu, misalnya untuk jurnal. Jika terlalu luas, maka tulisan itu tidak akan selesai atau melebar ke mana-mana.
Demikian pula topik untuk tujuan penulisan skripsi, tesis, atau disertasi. Semuanya harus disesuaikan dengan yang disyaratkan oleh jenis-jenis karya ilmiah tersebut.
Bagi seorang penulis pemula, membicarakan sebuah topik yang kontrovesial dan baru akan menyulitkan yang bersangkutan dalam mencari rujukan penunjang. Apabila si penulis ingin melakukan penelitian lapangan mengenai masalah itu, yang bersangkutan akan sulit mempertanggungjawabkan tulisannya. Selain, topik yang terlalu teknis bagi pemula akan menyulitkannya juga karena seorang penulis pemula tidak menguasai istilah-istilah teknis bidang yang digarapnya.
Secara sepintas, menentukan topik sebuah tulisan tampaknya merupakan langkah yang agak sulit dilakukan. Namun demikian, dengan mempertimbangkan posisi penulis dalam bidang ilmu tertentu dan horizon pengetahuannya di bidang tersebut, seorang calon penulis dapat menentukan sebuah topik yang dapat dia garap dengan baik.
Apabila sebuah topik telah
selesai dirumuskan, akan diapakan topik itu? Untuk itu, langkah selanjutnya
adalah menentukan tujuan. Tujuan adalah sasaran yang hendak dicapai penulis berdasarkan
topik sehingga tujuan itu mempersempit atau membatasi topik.
Tesis dan Kerangka
Karangan
TESIS dalam penulisan karangan ilmiah merupakan langkah awal penulisan. Tesis dibentuk berdasarkan topik dan tujuan. Perlu diketahui dulu topik dan tujuan barulah dirumuskan tesis karangan. Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dalam karangan ilmiah. Tanpa mengetahui pokok masalah yang akan dibicarakan penulis tidak dapat menetukan permasalah serta sasaran apa yang akan dicapai dalam penulisan.
Supaya topik itu dapat ditetapkan dengan jelas dan menarik, penulis menentukan topik berdasarkan penguasaan permasalahan. Setelah topik ditetapkan, penulis menentukan tujuan dari topik yang telah ditetapkan. Tujuan dari topik itu adalah sasaran yang akan dicapai penulis berdasrkan topiknya.
Tujuan semacam pembatasan topik agar tidak menyimpang dari permasalahan. Pada dasarnya tujuan mempersempit permasalahan yang akan dibicarakan dalam karangan. Oleh karena itu, tujuan harus lebih terbatas atau lebih sempit dari topiknya.
Setelah topik dan tujuan ditetapkan dengan jelas, penulis merumuskan topik dan tujuan itu ke dalam tesis. Degan demikian, TESIS adalah perumusan topik dan tujuan dalam bentuk kalimat dengan menonjolkan topiknya sebagai pokok bahasan. Tesis lebih menonjolkan topik daripada tujuan dengan maksud penulis karangan ilmiah melakukan analisis, intrpretasi, dan sintesis.
Dalam proses penulilasan karangan ilmiah, tesis merupakan “payung” bagi tahapan penulisan ilmiah. Misalnya, dalam menyusun kerangka karangan penulis berpedoman pada tesis. Jadi, tesis semacam rambu-rambu pedoman dalam penulisan. Namun, penentuan sebuah tesis juga dapat dilakukan berdasarkan karangan yang sudah jadi (publikasi ilmiah).
Dengan demikian, tesis mampu meramalkan, mengendalikan, dan mengarahkan penulis pada proses lanjut penulisan, yaitu penyusunan kerangka karangan (outline).
Dalam penulisan karangan ilmih, penulis tidak langsung menulis setelah mengetahui tesis karangannya, tetapi harus menata pokok-pokok bahasan itu ke dalam kerangka karangan.
KERANGKA KARANGAN adalah suatu rencana kerja ilmiah yang teratur untuk mendeskripsikan penyusunan pokok-pokok bahasan ke dalam bab dan subbab dengan menampilkan acuan berupa sumber rujukan (referensi) yang digunakan.
Tahapan penyusunan kerangka karangan itu perlu dimanfaatkan oleh penulis karena kerangka mempunyai beberapa fungsi penting dalam proses penulisn, di antaranya;
(1) Tidak mengolah ide
sampai dua kali sehingga penulisan tidak keluar dari pokok masalahnya.
(2) Menciptakan klimaks
yang berbeda setiap bab sehingga ada variasi dalam penyajian materi karangan,
(3) Mengingatkan penulis
pada bahan/materi sebagai sumber rujukan dan bahan.
(4) Membaca ulang karangan
yang sudah selesai dapat menciptakan Kembali reproduksi yang sama dari pembaca.
(5) Dapat dilihat dengan
jelas wujud, ide, nilai umum, dan spesifikasi karangan, dan
(6) Berarti setengan
karang sudah selesai dilakukan atau merupakan tahapan akhir dari prapenulisan.
Setelah mengetahui fungsi
kerangka karangan bagi penulis, penulis perlu memperhatikan hal-hal berikut.
(1) Perumusan tesis dan
pngungkapan maksud dengan jelas dan benar.
(2) Penginventarisan topik
ke dalam sub-subtopik secara maksimal.
(3) Pengevaluasian semua
topik yang telah dirinci ke dalam tahapan:
(a) semua bab topik relevan dengan tesisi,
(b) jangan ada topik yang sama, dan
(c) semua topik dan subtopik sudah disusun
secara paralel,
(4) Tahapan (3a) dan (3b)
dilakukan secara berulang untuk mendapatkan subtopik yang terinci secara
maksimal,
(5) Penetapan pola susun
ragangan yang tepat: pola alamaiah atau pola logis.
(6) Sadarilah ragangan
tidak sekali buat.
(7) Ragangan ini sebagai
pedoman penyusunan daftar isi karangan.
Melalui tahapan penulisan
kerangka karangan, penulis perlu memerhatikan persyaratan penyusunan kerangka
karangan berikut.
(1) Tesis sudah jelas dan
benar,
(2) Data primer dan data
sekunder sudah terkumpul, dibaca, dan dikutip dalam catatan.
(3) Tiap unit dalam
kerangka karangan mempunyai satu gagasan.
(4) Pokok-pokok kerangka
karangan disusun secra logis, di antaranya
(a) unit pokok terinci
secara maksimal,
(b) tiap rincian ada
kaitannya dengan unit atasan langsung, dan
(c) urutan rincian baik
dan teratur
(5) Pilihlah pola kerangka
karangan yang diterapkan
(a) pola alamiah spasial,
(b) pola alamiah kronologis,
(c) pola alamaiah topik yang ada
(6) Pola logis yang
digunakan,
(7) Pasangan simbol
disusun secara taat asas dengan menggunakan sistem
(a) sistem lekuk,
(b) sistem lurus, dan
(c) sistem gabungan.
1. Bahasa Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat pesat sebagai dampak kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Penggunaanya pun senakin luas dalam beragam
ranah pemakaian, baik secara lisan maupun tulisan. Mengapa kita harus belajar
bahasa Indonesia?
2. Jelaskan mengapa keterampilan
berbahasa Indonesia merupakan syarat mutlak bagi mahasiswa Indonesia agar mampu
mengutarakan pikirannya kepada pihak lain secara efektif.
3. Jelaslan pengertian bahasa
Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar!
4. Sebutkan dan jelaskan 4
aspek dalam ragam bahasa Indonesia
5. Apa yang dimaksud
dengan Fungsi gramatikal atau unsur struktur dalam kalimat?
Anonim
BalasHapusAnonim
BalasHapusMantap
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus(Bahasa Nias)Saugel6:Terimakasih
HapusYahobu:Shaloom
Manga:Makan
Le'e:Sudah
Mangabuli:Pulang
Talifuse:saudara
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMarternuwon: terimakasih
BalasHapusKulonuwon: permisi
Sallom: sallom
Dahar: makan
Xuất sắc: mantap
BalasHapushùng vĩ: mengagumkan
Como siervo de Dios, es muy importante aprender indonesio, porque somos futuros líderes que hablaremos frente a muchas personas. Para que cuando hablemos frente a muchas personas podamos usar un lenguaje bueno y correcto. (Sebagai hamba Tuhan, sangat penting mempelajari bahasa Indonesia, karena kita adalah calon pemimpin masa depan yang akan berbicara di depan banyak orang. Sehingga pada saat kita berbicara di depan banyak orang kita dapzat menggunakan bahasa yang baik dan benar.)
BalasHapusDanke:Terimkasih
BalasHapusGuten morgen:selamat pagi
Guten tag:Selamat siang
das Wort Gottes:Firman Tuhan
Deuteronomium 31:8 (TB) Denn der HERR wird vor dir hergehen, er selbst wird mit dir sein, er wird dich nicht verlassen und dich nicht verlassen; Haben Sie keine Angst und lassen Sie sich nicht entmutigen.
BalasHapusUlangan 31:8 (TB) Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati."
HapusDongo: doa
BalasHapusPercoyo kaleh gusti: percaya sama tuhan
Dolan: main
Geh: iya
Sinten: siapa
Muleh: pulang
Proverbs 17:22
BalasHapusA joyful heart is good medicine, but a broken spirit dries up the bones.
A beautiful smile can be a blessing for us.
Don't forget to smile ❤️
(Irlandia)
BalasHapusCantik:Go hálainn
rendah hati:humhal
berdoa:guí
Luar biasa:Urghnách
Psalm 46:9 (TB) (46-10) who stops wars to the ends of the earth, who breaks bows, dulls spears, burns chariots with fire!
BalasHapusPsalm 46:10 (TB) (46-11) "Be still and know that I am God! I am exalted among the nations, exalted in the earth!"
(Mazmur 46:9 (TB) (46-10) yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api!
Mazmur 46:10 (TB) (46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" )
(Vietnam)shalom
BalasHapustên tôi là zipora Kristin Daely Tôi 19 tuổi hiện tôi sống ở Stapin Majalengka. Khi có thời gian tôi sẽ chơi nhạc và hát
(nama saya zipora Kristin Daely umur saya 19 tahun sekarang saya tinggal di Stapin Majalengka. Ketika saya punya waktu, saya akan bermain musik dan bernyanyi)
Kalau ada seorang di antara kamu
BalasHapusYang menderita, baiklah ia berdoa!
Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi!
YAKOBUS 5 : 13
[IF any of you suffers
Well he prays
If someone is happy well he sings
1 perbedan rajin dan malas.
BalasHapusKalau orang yang rajin tidak muda mengeluh dan ia tau waktu orang yang rajin kebanyakan org nya di siplin. Kalau orang malas mau ini itu nanti² akhir² nya tidak jadi melakukan nya
Rajin:
BalasHapus- Memiliki antusias/inisiatif yang tinggi
-Rendah hati dan mau dinasehati
-melakukan pekerjaan dengan tepat waktu
-banyak bergerak/melakukan kegiatan yang baik
-Sikap memberi teladan dan rapi
-Terbiasa melakukan pekerjaan yang apapun
Perbedaan rajin dan malas adlah Rajin :-orang yang mempunyai antusias
BalasHapus-orang yang sungguh-sungguh melakukan sesuatu tanpa paksaan orang lain
-memiliki kebiasaan yang cepat cermat
Sedangkan
-malas
Orang yang memperlambat kesuksesan,
-suka menunda-nunda
-tidak mau mengerjakan dan tidak mau bergerak
-tidak memiliki semangat dalam diri
-bodoh amat d
Perbedaan rajin dan malas adalah
BalasHapusMenurut saya rajin itu mau berkerja atau tanpa harus di suruh mau melakukan kegiatan kalau malas itu bekerja harus di suruh baru mau bekerja
Perbedaan Rajin dan Malas adalah
BalasHapusRajin itu lebih banyak bergerak dan tidak menunda-nunda pekerjaannya tetapi malas sedikit bergerak dan selalu menunda-nunda pekerjaannya
1. Perbedaan rajin dan malas
BalasHapusrajin itu melakukan sesuatu dengan sunggu-sungguh sedangkan malas yaitu mengerjakan sesuatu dengan tidak ikhlas atau tidak ada keinginan untu melakukan pekerjaan tersebut
2. Orang rajin cenderung lebih berpotensi dari pada orang malas, karena orang rajin akan selalu berusaha menunjukkan passionnya di bandingkan dengan orang malas cenderung lebih berdiam diri dan tidak ingin mengembangkan apa yg ia punya
3. Orang rajin adalah orang yg punya tingkat antusias yang tinggi berbeda dengan orang malas
4. orang malas lebih suka malas gerak
5. banyak orang malas yang sering tidak di sukai oleh orang di sekitar mereka karena kemalasan mereka berbeda dengan orang yang rajin kemana pun dia dan di situasi apapun tak jarang orang lebih akrab dan suka terhadap orang yang memiliki sifat rajin
perbedaan rajin dan malas
BalasHapus- rajin : orang yang sungguh sungguh melakukan sesuatu
- malas : orang yang melakukan hal dengan setengah'
- rajin : memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu
- malas : tidak punya inisiatif
- rajin : melakukan sesuatu tanpa harus disuruh
- malas: disuruh untuk melakukan sesuatu pun dia tidak mau
- rajin : orang yang antusias melakukan segala hal
- malas : orang yang merasa bodoamat
- rajin : orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan
- malas :suka menunda-nunda dalam segala hal
Malas:
BalasHapus-Tidak memiliki inisiatif
-malas bergerak
-Tidak suka disuruh
-bersungut sungut melakukan pekerjaan
-suka mengatur
-tidak rendah hati
Buku yang baik untuk dibaca adalah ALKITAB
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPerbedaan rajin dan malas Adalah:
BalasHapus_#_ Rajin adalah orang yang mau menjalani tugas² yang diberikan pemimpin_Nya.
_#_Malas adalah orang yang tidak mau di atur² dan gak mau menjalankan tugas² yang diberikan pemimpin_Nya.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKenapa orang bisa berkata kepada kita kalau kitia tidak setia padahal kita sendiri sudah membuktikan bawa kita setia ?
BalasHapusApa yang di maksud dengan Karunia Roh?
BalasHapusuntuk menerima bimbingan serta ilham berkelanjutan dari Roh Kudus.
HapusBagaimana cara kita mengasihi musuh kita, yang telah melukai hati, bahkan meng fitnah serta menjatuhkan kita?
BalasHapusAda rencana Tuhan yang dasyat, pakailah cara Tuhan, jngan meminta pembelaan kepada manusia, kita berharga di mata Tuhan. Lihat dengan apa kata Tuhan dalam dirimu jngan dengan apa yang manusia lihat
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusapa yang di maksud dengan penalaran dan apa contoh dari penalaran tersebut
BalasHapusKenapa kita harus belajar bahasa Indonesia?
BalasHapusfungsi bahasa Indonesia apa saja?
Tujuannya untuk mengasah kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian mahasiswa. Sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita selaku Warga Negara Indonesia (WNI) untuk menguasai dan menerapkan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari–hari dengan baik dan benar, sehingga bahasa Indonesia dapat terjaga keaslianny
HapusApa bentuk bentuk pelayanan yang dilakukan pendeta?
BalasHapus1. Berdoa
Hapus2. Kita harus rajin bersaksi
3. Pemuridan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMengapa kanaan dijadikan sebagai tanah perjanjian?
BalasHapusitu janji Tuhan
HapusApa hal yg harus kami pelajari atau langkah awal yg harus kami tahu dan kami lakukan selama kami di tingkat 1?
BalasHapusKita harus punya rasa hormat.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusApa yang kita persiap kan saat ingin berkotbah?
BalasHapusBagimana kita bisa² benar lepas dari obat² an yang sering kita komsupsi di masa lalu?
BalasHapusDan bagimana kita menghilangkan rasa setres tanpa roko miras obat?
Mengapa orang berbahasa roh berhari hari?karena BELAJAR rendah hati dan lemah lembut
BalasHapusFirman Tuhan kepada Abram keturunanmu akan menjadi orang asing dan mereka akan di perbudak dan aniaya empat ratus tahun lamanya sedang orang Israel keluar dari tanah Mesir adalah empat ratus tiga puluh tahun lamanya. Mengapa hal itu jauh dari yang di Firmankan Tuhan?
BalasHapusMahasiswa teologi harus punya jam baca Alkitab 1,5 jam, Alkitab jangan di coret-coret, target baca Alkitab 3 bulan kalau sehari 10 pasal
BalasHapus1. Baca Alkitab 1,5 jam
BalasHapus2. Alkitab tidak perlu di coret-coret
3. Baca buku besar dan tebal
-Baca Alkitab: 1,5 jam
BalasHapus-Alkitab tidak perlu dicoret"
-Memiliki catatan
-Baca buku tebal(Judul,Pengarang,Pengantar,Isi,dll)
buku yang saya sukai adalah Alkitab
BalasHapusBuku yang paling saya sukai Dan yang menjadi pedoman saya adalah "ALKITAB"
BalasHapusMembaca Alkitab
BalasHapusBuku yang paling saya sukai adalah:
BalasHapusAlkitab
Buku yang saya sukai adalah ALKITAB 🤗✝️
BalasHapusBuku yang saya sukai Alkitab
BalasHapusYang saya suka membaca buku
BalasHapus1. Alkitab
2. Kesembuhan Illahi Yang di Terima oleh Betty Baxter
Buku yang paling saya sukai adalah ALKITAB
BalasHapusBuku yang telah saya baca dalam keseharian saya adalah. ALKITAB DAN RENUNGAN ALTAR
BalasHapusBuku yang saya sering baca alkitab
BalasHapusBuku yang saya suka baca berjudul: manfaat 9 karunia penyatan
BalasHapusBuku yang saya sukai adalah
BalasHapus•Alkitab
• berkorban demi Kristus
• komik
Jadi ada 3 buku yang saya sukai, yaitu:
BalasHapus1. Alkitab
2. Buku-buku kesaksian, salah satunya berjudul Harapan Masa Depan oleh Mark Finley
3. Novel
1. membuat video otobiografi
BalasHapusa. pribadi
b. dosen/staf/pengurus
c. sekolah
d. gereja
Tugas
BalasHapus1. Membuat vidio otobiografi
a. Pribadi
b. Dosen/staf/pengurus
c. Sekolah
d. Gereja
Tugas Bahasa Indonesia
BalasHapus•Membuat tugas otobiografi pribadi
•Dosen staf pengurus
•Sekolah
•Gereja
1 membuat video fotobiografi
BalasHapusA pribadi
B dosen /staf
C sekolah
D Greja
Membuat vidio foto biografi
BalasHapusa. Pribadi
B. Dosen/staf/pengurus
C. Sekolah
D. Greja
1 membuat vidio foto frofil
BalasHapusA. pribadi
B. dosen/setaf/pengurus
C. sekolah
D. gereja
TUGAS ! Bahasa indonesia
BalasHapusMembuat video profil..?
A.Pribadi
B.Dosen/Staf
C.Sekolah
D.Gereja
1.Tugas bahasa Indonesia membuat tugas
BalasHapusA.pribadi
B.dosen/staf/pengurus
C.sekolah
D.gereja
1.)Membuat Vidio profil
BalasHapusA.Pribadi
B.Dosen/Staf/pengurus
C.Sekolah
D.Gereja
Tugas Bahasa Indonesia
BalasHapus1. Membuat Video profil
a. Pribadi
b. Dosen/staf/pengurus
c. Sekolah
d. Gereja
1. Membuat Video profil
BalasHapusa. Pribadi
b. Dosen/staf/pengurus
c. Sekolah
d. Gereja
Harapan saya di pelajaran ini, untuk saya bisa ada perubahan dari dalam diri saya melalui materi yg akan saya pelajari, sehingga saya memiliki upgrade diri dan terus menjadi lebih baik.
BalasHapus