KELUARGA KRISTEN
Baca & Renungkan:
1. Kejadian 2:24
Dalam frman ini diungkapkan bahwa “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya ...”. Ayat ini mengungkapkan bahwa pernikahan sesungguhnya adalah kehendak dan inisiatif dari Allah yang mempunyai dampak cukup luas. Jika Allah yang berinisiatif untuk membangun lembaga pernikahan, tentulah lembaga pernikahan mempunyai tujuan yang agung, tidak hanya sekedar manifestasi dari hukum alam saja, seperti pandangan kebanyakan orang. Dengan kita mengakui bahwa pernikahan adalah inisiatif dari Allah untuk perempuan dan laki-laki, maka pada saat laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, disitu Allah mempunyai tujuan dan rencana yang indah bagi pernikahan. Rencana dan kehendak Allah tersebut perlu di tempatkan dalam konteks keselamatan, yang secara khusus disempurnakan di dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
2. I Korintus 13
Dalam perikop (ayat-ayat ini), Rasul Paulus mengungkapkan tentang kasih (agape) sebagai berikut “kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.” Kasih yang demikian itulah kasih yang juga dikehendaki dalam suatu pernikahan. Memang kita mengenal adanya “kasih birahi” atau eros dan kasih agape yaitu kasih yang tulus, kasih yang tanpa pamrih. Dalam suatu pernikahan kasih birahi, seharusnya dipimpin oleh kasih “agape” yakni kasih yang tanpa pamrih, yang punya kaitan dengan melayani, melindungi, mendukung, yang menolong dan menyangkal diri sendiri. Oleh karena itu, dalam suatu pernikahan kristiani, tidak ada tempat bagi “orang ketiga”, karena pernikahan kristiani adalah pernikahan yang ekslusif dan bersifat monogami, dimana suami-istri menjadi satu, dan memiliki kasih agape.
Kasih dalam Keluarga adalah Gambaran Cinta Kasih Tuhan
Tuhan menciptakan manusia menurut citra-Nya, Ia memanggil manusia untuk saling mengasihi sekaligus untuk mengasihi Allah. Itulah hakikat cinta kasih. Tuhan memberikan kodrat manusiawi kepada laki-laki dan perempuan, dan memanggilnya untuk saling mengasihi dan bertanggung jawab dalam hidup dan persekutuan. Satu-satunya “lingkungan” yang memungkinkan penyerahan diri dalam arti sepenuhnya ialah pernikahan, dimana disitu ada perjanjian cinta kasih antara suami istri yang dipilih secara sadar. Pernikahan Kristen merupakan pernikahan yang eksklusif dan unik, untuk hidup dalam kesetiaan sepenuhnya antara laki-laki dan perempuan sesuai dengan rencana Allah Sang Pencipta.
Keluarga Kristen sesungguhnya menerima dan menjadi pewarta kabar gembira. Hal itu dapat dimulai sejak saat persiapan pernikahan, sebagai suatu perjalanan iman, suatu kesempatan dan peluang dimana para calon pengantin semakin memperdalam imannya dan dengan bebas menerima panggilan Kristus untuk mengikuti-Nya dalam hidup berkeluarga
Pentingnya Komunikasi dalam Keluarga
Melalui komunikasi segala masalah sesungguhnya dapat dihadapi, bahkan dapat diatasi secara bersama. Relasi keluarga yang mengalami permasalahan karena kekecewaan seringkali dapat diselamatkan dan dipulihkan.
Komunikasi adalah suatu proses antara dua orang atau lebih untuk memberi informasi dan menerima informasi, sehingga terjadi kesatuan pemahaman. Agar komunikasi bisa berjalan, perlu diusahakan.
Beberapa aspek pendukung komunikasi, antara lain adalah:
Hubungan keluarga (orang tua - anak) di nomorsatukan di atas segalanya. Hal yang penting menyangkut soal sikap, kepedulian, mementingkan pasangan, mau menyediakan waktu, mau menerima, dan mendengarkan. Dalam konteks ini, hubungan lebih penting daripada prestasi.
a. Hal-hal yang menyangkut masalah keluarga perlu dibicarakan bersama.
Diharapkan pada akhirnya akan tecapai suatu kemufakatan, atau paling tidak saling pengertian. Hal-hal yang perlu dibicarakan misalnya, masalah hubungan dengan orang tua dan sanak saudara, masalah ekonomi keluarga, pekerjaan, pendidikan anak, kegiatan dalam masyarakat, penghayatan tentang agama, hobi, dan lain-lain.
b. Cinta kasih melebihi sekedar perasaan.
Karena perasaan dapat berubahubah, sedang cinta kristiani adalah tetap setia “dalam suka maupun duka, dalam sehat dan sakit”. Meskipun kehangatan mulai menurun, namun tetap saling menerima apa adanya, saling mau membantu untuk berkembang, dan menemukan pribadi pasangan yang sejati, tanpa memaksa yang lain menjadi seperti yang diinginkan.
c. Seharusnya orang tua - anak atau sebaliknya, minimal setiap hari saling mengucapkan atau mengungkapkan kata yang baik atau kata pujian.
Sebaliknya kritik, ejekan, tuduhan, celaan, maupun sindiran sebaiknya dihindari. Apabila timbul perasaan negatif, sebaiknya jangan dipendam atau didiamkan saja, jauh lebih baik apabila dibicarakan secara terbuka.
Keluarga sebagai “Gereja Domestik”
Sejak suatu keluarga dibangun secara kristiani, seharusnya orang tua - anak menyadari bahwa pada akhirnya keluarga yang dihadirkan merupakan suatu “gereja keluarga” atau “gereja domestik” (ecclesia domestica).
Pada hakekatnya, gereja merupakan kumpulan dari para keluarga dan pribadi Kristen. Bila keluarga-keluarga Kristen cukup kuat dalam kehidupan kristiani yang mereka usahakan, maka tentu gereja juga akan kuat keberadaannya. Sebaliknya, bila keluarga Kristen tidak melakukan fungsi-fungsi gereja dengan baik, bahkan melupakan identitasnya sebagai keluarga Kristen, maka tentu saja gereja akan menjadi lemah.
Terdapat persamaan antara gereja dan keluarga
• Keluarga dan gereja merupakan suatu institusi atau lembaga yang bertumbuh
• Semua fungsi dan panggilan gereja, juga menjadi fungsi dan panggilan keluarga Kristen, yaitu panggilan untuk melayani (diakonia), bersekutu (koinonia), dan bersaksi (marturia)
Beberapa fungsi dan tugas panggilan gereja di dalam keluarga sebagai “gereja
keluarga” atau “gereja domestik”, adalah sama dengan tugas panggilan gereja,
brikut ini.
a. Panggilan untuk Melayani
Komunitas keluarga sebagai gereja domestik terpanggil untuk saling melayani dan berkorban antaranggota keluarga, yang akhirnya berdampak kepada masyarakat. Semangat melayani ini menuntut adanya keterbukaan, saling menerima, saling pengertian, kesabaran, dan pengampunan. Keluarga merupakan sekolah pertama untuk mengajarkan nilai-nilai pelayanan yang menjadi prinsip keberadaan, serta perkembangan gereja dan masyarakat. Keluarga menjadi tempat yag paling efektif untuk memanusiakan manusia, secara khusus menjaga dan mewariskan nilai-nilai etis. Salah satu contoh praktis dapat dibaca dalam 1 Petrus 4 ayat 9-10, yang berisi ajakan untuk melayani satu sama lain berdasar karunia yang dimiliki.
b. Panggilan untuk Bersekutu
Keluarga Kristen pada dasarnya merupakan persekutuan antarpribadi. Oleh karena itu, keluarga adalah sekolah hidup bersama dan utama. Keluarga Kristen seharusnya menjadi contoh dan stimulus bagi pengembangan relasi, bahkan persekutuan yang lebih luas. Hal ini ditandai dengan adanya dialog, penghargaan, persekutuan bersama, kebaktian bersama, dan doa bersama.
Dalam 1 Timotius 4: 7b-8 berisi nasihat untuk melatih diri dalam beribadah yang akan berguna dan menyentuh berbagai aspek kehidupan. Keluarga Kristen seharusnya menjadi sekolah persekutuan dan doa bersama yang sejati untuk berjumpa dengan Yesus Kristus, bukan hanya sekedar untuk memohon dan mengadu, tapi terutama untuk mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan, memuji, menyembah, serta bersyukur. Para orang tua bertanggung jawab untuk mengajarkan hal berbakti dan berdoa dengan sungguh-sungguh kepada anak-anak sesuai dengan iman yang telah dinyatakan di dalam pembaptisan maupun pengakuan percaya, agar dapat menyembah Tuhan dan mengasihi sesamanya.
c. Panggilan untuk Bersaksi
Tugas pokok keluarga Kristen adalah dipanggil untuk membangun Kerajaan Allah di bumi, dengan ikut serta dalam hidup dan misi gereja. Oleh karena itu, keluarga harus menampilkan jati diri maupun misinya sebagai suatu persekutuan hidup di dalam kasih. Keluarga sebagai pusat untuk menghadirkan kabar baik atau injil bagi lingkungannya, sebagai usaha untuk menghadirkan Kristus yang memberikan dirinya bagi dunia. Keluarga perlu solider dan setia kepada kebutuhan lingkungannya. Dengan demikian, keluarga sudah menampilkan dan melaksanakan panggilan bagi lingkungannya.
Pertanyaan:
1. Apa pendapatmu tentang “Keluarga Kristen”
2. Bagaimana cara membangun komunikasi yang baik dalam keluarga?
3. Hal-hal apa saja yang kamu inginkan dalam keluargamu agar bahagia?
Komentar
Posting Komentar