Hidup
Berpengharapan
Baca dan Renungkan
1. Yesaya 40:1-2 “Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya”
2. Mikha 5: 1-2 “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala. Sebab itu ia akan membiarkan mereka sampai waktu perempuan yang akan melahirkan telah melahirkan; lalu selebihnya dari saudara-saudaranya akan kembali kepada orang Israel.”
Baik nabi Yesaya maupun Mikha memberikan nubuatan bahwa kehidupan yang lebih baik akan tercapai bila saja bangsa Israel tetap memilih untuk taat kepada Tuhan.
Hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunia-Nya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongan diberikan-Nya pada waktu yang tepat.
Pengharapan akan membuat kita mampu bertahan dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Seseorang yang memiliki pengharapan akan selalu tabah dan sabar. Sebab pengharapan akan memberi kita alasan untuk terus bergerak maju dan bukan diam terpaku sambil meratapi keadaan.
Pengharapan seumpama motor yang menggerakkan roda hidup kita melewati jalanan terjal dan berliku. Itulah sebabnya, penulis Kitab Ibrani menggambarkan pengharapan sebagai sauh (jangkar) yang kuat dan aman bagi jiwa.
“Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir.” (Ibrani 6:19). Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.
Apabila sekarang ini hidup kita tengah mengalami bermacam masalah dan kesulitan, entah itu di rumah atau di sekolah, jangan putus asa. Tetaplah berpegang teguh pada pengharapan bahwa semua masalah dan kesulitan itu pada saatnya akan berlalu.
Kehidupan yang lebih baik di masa depan akan kita alami. Dengan demikian, kita akan terus didorong untuk tetap berusaha dan berdoa. Seperti yang dialami Paulus. “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak hancur terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa.” (2 Korintus 4:8).
Dalam segala keadaan sulit yang kita hadapi, jangan berputus asa. Berpeganglah teguh pada pengharapan bahwa akan ada saatnya segala kesulitan itu berlalu. Kuncinya bertekun dalam berdoa dan jangan berhenti berusaha.
Lakukan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan. Selebihnya kita serahkan kepada Tuhan. Itu akan membuahkan hasil yang baik. Tidak saja bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang-orang di sekeliling kita. Tuhan tahu yang terbaik untuk kita, dan Dia tidak akan mengecewakan.
Berharap Akan Kedatangan Mesias
Sejak Salomo wafat, kerajaan Israel terpecah dua. Tidak ada lagi raja yang dapat membawa bangsa itu mencapai masa kejayaan seperti pada zaman raja Daud dan raja Salomo. Mereka bahkan menjadi tawanan dan dibuang ke Babel. Selama itu, umat Israel menanti-nantikan Allah untuk memulihkan mereka kembali menjadi bangsa yang merdeka dan makmur, seperti yang dinubuatkan oleh para nabi (Yesaya 40:1-2, Mikha 5:1-2).
Akan tetapi, harapan mereka tidak juga terwujud. Selepas dari masa pembuangan di Babel, mereka malah mengalami penjajahan dari bangsa Mesir dan Syria, serta Romawi. Tidak kurang dari 500 tahun mereka hidup dalam penjajahan bangsa lain. Kehidupan mereka sangat sulit, perekonomian kacau dan kondisi keamanan juga sangat buruk.
Dalam keadaan demikian, umat Israel terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, mereka yang sudah kehilangan harapan dan kepercayaan terhadap janji Allah. Tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk memberontak atau menjadi penjahat yang mengacau keadaan yang memang sudah kacau. Kedua, mereka yang masih percaya pada janji Allah dan tetap memiliki harapan akan datangnya Sang Mesias yang akan membebaskan mereka dari tangan penjajah.
Dalam kelompok kedua ini, ada seorang bernama Simeon. Lukas menyebut Simeon sebagai “orang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel” (Lukas 2:25). Ia dengan setia terus beribadah kepada Tuhan, berdoa, menyembah, dan melayani Tuhan di Bait Allah. Simeon percaya saatnya akan tiba bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya. Kepercayaan yang terus dipegang dan dipeliharanya sampai masa tuanya.
Tentu tidak mudah bagi Simeon untuk terus mempertahankan keyakinannya itu. Apalagi di tengah ketidakjelasan nasib bangsanya dan juga keadaan fisiknya yang semakin menurun karena usia lanjut. Akan tetapi, Simeon tetap berpengharapan. Ia tetap teguh meyakini bahwa ia akan melihat Sang Mesias yang ditunggu-tunggu itu (Lukas 2: 26).
Pengharapan Simeon tidak sia-sia. Suatu hari, Roh Kudus menggerakkan hatinya untuk datang ke Bait Suci. Di sana, ia bertemu dengan Maria dan Yusuf yang sedang membawa bayi Yesus. Sebagaimana aturan dalam hukum Taurat, beberapa hari setelah dilahirkan, setiap bayi laki-laki harus dibawa ke Bait Suci untuk dipersembahkan kepada Allah.
Begitu melihat bayi Yesus, Simeon segera menggendong-Nya. Sambil memuji Allah ia pun berseru, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Lukas 2:29-32).
Pujian ini adalah ungkapan sukacita Simeon bahwa ia boleh mengalami bagaimana janji Allah digenapi, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh umat Israel.
Kitab Yesaya dan Mikha adalah kitab yang berisi nubuatan tentang kehidupan bangsa Israel paska pembuangan. Mengapa demikian? Karena ketika mengalami pembuangan, bangsa Israel memiliki mental yang terpuruk.
Sungguh-sungguh mereka merasa diri tidak berharga untuk bangkit menjadi bangsa yang berjaya seperti sebelumnya. Selain itu, pengalaman sebagai bangsa buangan juga membuat mereka bisa kehilangan harapan untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Kondisi inilah yang dikomentari oleh nabi Yesaya maupun nabi Mikha.
Penggenapan
nubuatan nabi Yesasa dan Mikha bisa diikuti di Perjanjian Baru dengan peristiwa
kelahiran Yesus Kristus yang sudah dinanti-nanti oleh umat yang percaya
kepada-Nya. Hal yang menarik adalah, kelahiran Kristus juga sudah dinanti oleh
Simeon (Lukas 2: 25 - 32) yang memilih untuk hidup benar dan saleh dan
sungguh-sungguh menunggu penggenapan janji Allah tentang kedatangan Juruselamat
bagi umat manusia.
Pertanyaan (Jawaban di kolom komentar)
1. Jelaskan apa arti hidup orang percaya?
2. Tuliskan pengertian pengharapan menurut Ibrani 6:19
1.Hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunia-Nya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongan diberikan-Nya pada waktu yang tepat.
BalasHapus2.Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.
1.Hidup orang percaya kepada Tuhan adalah hidup percaya ada anugrah dan karunianya. Karena orang percaya akan di kasih kebahagian , karena sebab itu kita tidak boleh putus asa, kita harus percaya akan di kasih kebahagian oleh Tuhan yesus, pertolonganya akan selalu ada bagi kita .
BalasHapus2.Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.
1. Hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunia-Nya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongan diberikan-Nya pada waktu yang tepat.
BalasHapus2. Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.
(Debora Natalia)
1 .Hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunianya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongannya akan selalu ada untuk kita orang orang yang percaya
BalasHapus2. (Ibrani 6:19). Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus
1.Hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunia-Nya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongan diberikan-Nya pada waktu yang tepat.
BalasHapus2.Hidup kita bila tidak ada pengharapan akan mudah terbawa sesuatu yang tidak baik
1.Hidup orang percaya kepada Tuhan adalah hidup percaya ada anugrah dan karunianya. Karena orang percaya akan di kasih kebahagian , karena sebab itu kita tidak boleh putus asa, kita harus percaya akan di kasih kebahagian oleh Tuhan yesus, pertolonganya akan selalu ada bagi kita .
BalasHapus2.Sebuah kapal tanpa sauh akan mudah lepas terbawa ombak. Begitu juga bila kita hidup tanpa pengharapan, akan sangat rapuh dan mudah terbawa arus dunia yang menyeret.(Dimitrio Federiko Hutasoit)
1. Hidup orang percaya adalah hidup di bawah kasih karunia-Nya. Tidak ada alasan bagi anak-anak Tuhan untuk berputus asa, karena pertolongan diberikan-Nya pada waktu yang tepat.
BalasHapus2. Pengharapan akan membuat kita mampu bertahan dalam situasi yang sangat sulit sekalipun. Seseorang yang memiliki pengharapan akan selalu tabah dan sabar. Sebab pengharapan akan memberi kita alasan untuk terus bergerak maju dan bukan diam terpaku sambil meratapi keadaan.