Spirit Perdamaian dalam Budaya Indonesia - Bab 9 | PAK Kelas 11 - 2024

 


Spirit Perdamaian dalam Budaya Indonesia

Baca dan Renungkan: Mazmur 145

Kekayaan budaya Indonesia lahir dari semangat kebersamaan dan perdamaian. Pela Gandong di Maluku, Dalihan na Tolu di Tapanuli Utara, juga Seren Taun di Jawa Barat merupakan contoh dari spirit perdamaian dan kebersamaan dalam budaya Indonesia.

Spirit perdamaian dan kebersamaan itu ditampilkan juga oleh pemazmur yang memperlihatkan Allah yang pengasih dan penyayang, panjang sabar, dan berlimpah kasih setia-Nya.

Mazmur 145 mengungkapkan hal tersebut dan mengumandangkan sebuah syair pujian dengan penegasan bahwa Allah adalah Allah bagi semua, dan bukan Allah sekelompok komunitas yang terkungkung dan terkurung dalam ruang terbatas. Allah adalah Allah bagi semua dan karenanya Allah itu bebas dan harus diagungkan oleh semua orang di seluruh bangsa.

Di Indonesia yang sangat beragam pun terdapat filosofi kemanusiaan. Berikut ini adalah beberapa contoh yang dapat kalian dalami.

1. Pela Gandong 

Salah satu kearifan lokal yang ada di Maluku adalah Pela Gandong yang menekankan aspek kekerabatan dan kebersamaan. Relasi yang terjalin dalam Pela Gandong dibangun sedemikian rupa yang mengembangkan pola kekerabatan yang sangat kuat. 

Pela Gandong terjadi karena beberapa hal, di antaranya karena ikatan persaudaraan antarnegeri yang diterima oleh keturunan anakcucu dari para orang tua mereka. 

Pela merupakan suatu relasi perjanjian persaudaraan antara satu negeri dengan negeri lain yang berada di pulau lain atau dalam satu pulau dan terkadang juga di antara penduduk negeri yang menganut agama yang berbeda. Istilah gandong memiliki makna saudara’. 

Perjanjian ini kemudian diangkat dalam sumpah yang tidak boleh dilanggar. Pemahaman ini muncul karena konsep berpikir bahwa mereka satu keluarga dan harus terus-menerus menjaga dan merawat kehidupan bersama. 

Ikatan ini demikian kuatnya sampai terjadi prosesi pembangunan bersama tanpa memandang latar belakang agama, suku, maupun ekonomi. Prinsipnya hanya satu, “Kita semua bersaudara, satu hati, satu gandong.”

2. Dalihan na Tolu

Kearifan lokal lain adalah Dalihan na Tolu dari Sumatera Utara (Tapanuli Utara, Batak Toba). Dalihan na Tolu adalah sebuah filosofi kekerabatan yang menekankan hubungan-hubungan kekerabatan itu. Ikatan sedarah dan hubungan perkawinan membuat terbentuknya kekerabatan dimaksud. 

Dalihan na Tolu merupakan sebuah penjabaran dan penjelasan dari tungku yang terbuat dari tiga batu yang digunakan untuk memasak. Ketiganya memberi makna yang sangat kuat, yakni sikap hormat kepada keluarga semarga, sikap hormat kepada pihak pemberi istri, dan kasih sayang kepada anak perempuan Pada kondisi ini, 

Dalihan na Tolu mengedepankan kesetaraan, kesederajatan, sama pentingnya satu sama lain. Pada satu kesempatan, marga tertentu menjadi raja, tetapi pada kesempatan lain menjadi pelayan juga, bergantung pada kondisi apa yang sedang berlangsung.

3. Seren Taun

Kearifan lokal lainnya adalah acara dan pesta Seren Taun yang diselenggarakan pada 22 Rayagung penanggalan Jawa. Budaya ini muncul di Jawa Barat dan dikembangkan oleh Kiai Madrais Alibasya. 

Acara ini merupakan sebuah pesta panen (terutama padi) masyarakat Sunda. Upacara atau pesta ini dilaksanakan di desa Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang dipusatkan di pendopo Paseban Tri Panca Tunggal. Tempat ini dikenal sebagai keraton sebagai tempat tinggal Kiai Madrais, dan sekarang ditinggali oleh keturunannya, yakni Pangeran Djatikusuma.

Spirit dari Seren Taun adalah sebuah ungkapan syukur atas hasil panen yang dikerjakan bersama seluruh masyarakat. Pada acara itu berlangsung gotong royong masyarakat yang membawa hasil panen ke paseban dan dibagikan kembali untuk masyarakat. Rangkaian acara ini dimeriahkan dengan berbagai pementasan tarian remaja-pemuda yang turut bersyukur atas panen tersebut. 

Akhir-akhir ini, acara Seren Taun diisi juga dengan dialog antarumat beragama yang semangatnya membangun kebersamaan dan toleransi di antara pemeluk agama yang bermacam-macam itu.

Ketiga contoh kearifan lokal di atas menunjukkan kemajemukan Indonesia dari sisi budaya serta filosofi kehidupannya. Kemajemukan Indonesia merupakan realitas yang Tuhan anugerahkan. Berbagai suku, agama, dan budaya yang ada di Indonesia merupakan kemajemukan yang harus dirayakan dan disyukuri. Ini adalah kekayaan yang sangat besar.

Benarlah ungkapan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan kehidupan Indonesia, sekalipun kita berbeda-beda, kita tetap harus memiliki kesatuan. Berbeda bukan berarti bersikap saling menjauhkan. Berbeda justru memberi peluang pada tumbuhnya sikap toleransi serta memberi diri diperkaya oleh kekayaan yang dimiliki budaya lain.

Pertanyaan:

1. Apa yang kalian pahami terkait dengan masyarakat majemuk dalam konteks budaya Indonesia?

2. Apa korelasi kemajemukan tersebut dengan perdamaian?

Komentar

  1. 1. Masyarakat majemuk dalam konteks budaya Indonesia mengacu pada keberagaman etnis, agama, bahasa, dan budaya yang ada di Indonesia. Ini mencakup berbagai kelompok seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, Batak, Tionghoa, Kristen, Islam, Hindu, dan banyak lagi, yang hidup berdampingan dan saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

    2. Korelasi antara kemajemukan dengan perdamaian adalah bahwa masyarakat majemuk yang menghargai dan menghormati keberagaman akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk perdamaian. Ketika berbagai kelompok masyarakat dapat hidup bersama dengan damai tanpa diskriminasi atau konflik, maka perdamaian dapat terwujud.

    BalasHapus
  2. 1. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Disebut masyarakat majemuk karena masyarakat Indonesia berasal dari berbagai macam suku, agama, ras, dan budaya. Masyarakat menjadi beragam karena orang-orang dari berbagai daerah di Indonesia datang dan menetap di suatu tempat.

    2. Kemajemukan masyarakat Indonesia sendiri berarti bahwa adanya perbedaan warga masyarakat ke dalam kelompok-kelompok secara horizontal. Walaupun adanya masyarakat yang majemuk ini, sesuai dengan semboyan negara Indonesia yaitu “ Bhinneka Tunggal Ika “ yang artinya walaupun berbeda beda tetapi tetap satu jua.

    BalasHapus

Posting Komentar