Relasi
Manusia dengan Alam
Baca dan Renungkan: Kejadian
1:26-28
Allah sebagai sang
pencipta menempatkan manusia sebagai ciptaan-Nya yang hidup bersama makhluk
ciptaannya yang lain. Manusia beriman harus mampu menyadari, mengontrol dan
membatasi diri dalam tindakan menyangkut lingkungan hidup.
Tugas utama manusia adalah
menjaga, melindungi, memelihara dan menyelamatkan alam semesta dan lingkungan
hidup. Ini harus menjadi tindakan nyata manusia sebagai orang beriman.
Dapat dimulai dari hal-hal
sederhana, misalnya tidak membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan
lingkungan sekitar. Alkitab memberikan penegasan bahwa manusia diberi mandat
oleh Allah untuk menjaga, memelihara dan melestarikan alam, dan lingkungan
hidup
Pada masyarakat tradisional, ada yang membagi hutan atas tiga bagian:
1. Ada hutan yang
boleh digarap,
2. Ada hutan yang boleh
diambil hasilnya tapi harus disediakan pengganti, misalnya: menebang harus
diikuti dengan menanam kembali.
3. Tetapi ada juga hutan
larangan di mana manusia dilarang memasuki apalagi mengambil hasil hutan
ataupun menggarapnya. Hutan itu dianggap suci, sehingga tidak boleh didatangi
manusia.
Keseimbangan ekosistem dijaga dengan baik dalam tatanan masyarakat adat (masyarakat tradisional), hingga kini di berbagai daerah masih hidup sistem ini.
Sayang sekali di masa kini kebutuhan manusia semakin besar seiring dengan pertambahan jumlah pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan akan bahan pangan dan hasil produksi semakin besar. Dari mana hasil produksi diambil? Tentu saja dari hutan.
Betapa
pentingnya alam bagi manusia, hidup manusia bergantung pada alam, sebaliknya
alampun bergantung pada manusia untuk menjaga dan memeliharanya.
Hubungan timbal balik antara manusia, alam, dan Tuhan,
de Groot dan van den Born menentukan empat klasifikasi dasar untuk
menggambarkan hubungan antara manusia dan alam:
a. Klasifikasi pertama yang
mereka usulkan adalah gagasan tentang manusia sebagai penguasa atas ciptaan.
Kitab Kejadian 1:26-28, di mana manusia diciptakan untuk “menguasai” ciptaan
lainnya. Dengan demikian, manusia dapat melakukan berbagai tindakan terhadap
alam karena ia berkuasa atas alam.
b. Klasifikasi kedua yang
dikemukakan oleh de Groot dan van den Born menggambarkan gagasan tentang
manusia sebagai Penatalayan atau yang mengatur alam. Ini menempatkan manusia di
atas alam, meskipun dalam cara yang sedikit lebih baik. Gagasan tersebut agak
dipengaruhi oleh pemahaman hierarkis bahwa, meskipun manusia berada di atas
alam, Tuhan berada di atas manusia. Alam dipandang sebagai anugerah Allah bagi
manusia, dan umat manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaganya dengan baik,
baik untuk Tuhan maupun untuk generasi mendatang. Bumi dipercayakan kepada umat
manusia bak taman yang dikelola tapi tidak dimiliki.
c. Dalam klasifikasi
ketiga, hubungan kemitraan, manusia berdiri berdampingan dalam kemitraan dengan
alam. Ini termasuk pergeseran penting dari metafora Penatalayan, karena di sini
alam memiliki status dan nilai independennya sendiri. Manusia dan alam bekerja
sama dalam proses interaksi dan perkembangan timbal balik yang dinamis,
menunjukkan rasa kesetaraan atau keseimbangan kekuasaan di antara manusia
dengan alam.
d. Manusia sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari alam. Di sini pemisahan dari alam yang ditentukan
oleh klasifikasi lain runtuh, karena sebagai Peserta, manusia adalah bagian
integral dari alam, tidak hanya secara biologis tetapi juga secara spiritual,
dan hubungan ini adalah aspek sentral dari identitas manusia.
Bertolak dari Kitab
Kejadian 2:15 maka tugas utama manusia adalah melindungi dan menyelamatkan alam
semesta dan lingkungan hidup. Paradigma ini bukan lagi rumusan-rumusan,
norma-norma, atau teori- teori abstrak, melainkan harus menjadi tindakan nyata
manusia sebagai orang beriman. Alkitab memberikan penegasan bahwa manusia
diberi mandat oleh Allah untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan
hidup. Dalam kisah penciptaan, alam diciptakan sedemikian rupa sempurna dan
ditata oleh Allah, tujuannya supaya manusia dapat hidup dengan sebaik-baiknya
Kitab Kejadian 1:26-28
menulis manusia sebagai gambar Allah diberi tugas mulia untuk yaitu menjaga,
memelihara, serta melestarikan bumi, dan alam ciptaan Allah. Jadi, jika kita
memahami bahagian Alkitab ini rangka power atau kekuasaan manusia semata-mata
maka pemahaman tersebut harus direvisi, bahwa perintah tersebut merupakan
amanat, tanggung jawab, sekaligus tantangan bagi manusia untuk membuktikan
harkat dan martabatnya dengan menjaga apa yang telah Allah anugerahkan baginya.
Bahwa keselamatan bumi dan seluruh ciptaan ada dalam tanggung jawab manusia
sebagai makhluk yang berharkat. Karena sesungguhnya tanggung jawab itu hanya
diberikan pada manusia. Diatas segalanya, Allah adalah penguasa atas seluruh
ciptaan, termasuk manusia.
Pertanyaan:
1. Jelaskan bentuk-bentuk
relasi antara manusia dengan alam!
2. Jabarkan relasi ideal
antara manusia dan alam sesuai dengan pemahaman baru terhadap teks Alkitab
Kejadian 1:26-28 dan Kejadian 2:15
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus1.hubungan antara manusia dan alam sering kali dilihat sebagai sebuah tanggung jawab pemberian Tuhan kepada manusia untuk merawat dan menjaga ciptaan-Nya.
BalasHapus2.Dalam Kejadian 1:26-28, manusia diberikan kuasa atas seluruh ciptaan Tuhan, untuk memerintah atasnya dan merawatnya. Sementara dalam Kejadian 2:15, manusia ditempatkan di Taman Eden untuk merawatnya dan menjaganya
Alasan saya senang ke gereja:
BalasHapus•dapat mendengarkan fireman Tuhan.
•memuji nama Tuhan.
•mendapatkan pengampunan dari Tuhan.
•kewajiban kita sebagai orang Kristen.
•memuliakan nama Tuhan.
Alasan saya senang ke gereja:
BalasHapus•dapat mendengarkan fireman Tuhan.
•memuji nama Tuhan.
•mendapatkan pengampunan dari Tuhan.
•kewajiban kita sebagai orang Kristen.
•memuliakan nama Tuhan.