Ras, Etnis, Dan Gender
Baca dan Renungkan: Kejadian
1-2; Keluaran 22:21; Lukas 10:25-36; Roma 10:12
Mengenal Ras, Etnis dan Gender
Betapapun juga
pembedaan-pembedaan yang dibuat, kita harus memahami bahwa tidak ada satu ras
pun yang lebih tinggi atau unggul daripada yang lainnya, sementara ras tertentu
lainnya dianggap lebih rendah di dunia. Semua ras memiliki kedudukan yang
sederajat.
Suku bangsa,
adalah penyebutan yang diberikan kepada sekelompok manusia yang mendiami daerah
tertentu serta memiliki adat kebiasaan sendiri. Berbagai kebiasaan dan
adat-istiadat ini merupakan ciri khas yang dapat membedakan satu kelompok etnis
dengan kelompok lainnya. Di dunia dan di Indonesia terdapat banyak suku bangsa
yang berbeda-beda.
Ada perbedaan yang kecil, seperti misalnya
suku Jawa dengan suku Bali. Ada pula suku-suku yang sangat berbeda, seperti
misalnya suku Aceh dengan suku Papua. Namun, pada dasarnya semua suku sama dan
sederajat. Adat-istiadat mereka semuanya unik dan tidak ada yang lebih luhur
ataupun lebih rendah daripada yang lain.
Setiap suku mengembangkan
kebudayaannya masing-masing, berbahasa dengan logatnya sendiri, dan
mengembangkan adat-istiadatnya sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain ciri-ciri
kebudayaannya, suku bangsa juga kadangkadang dapat dibedakan berdasarkan
ciri-ciri fisik anggotanya.
Gender,
adalah perbedaan fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat
terhadap laki-laki dan perempuan. Gender belum tentu sama di tempat yang
berbeda, dan dapat berubah dari waktu ke waktu.
Gender tidak sama dengan
seks atau jenis kelamin. Jenis kelamin terdiri dari perempuan dan laki-laki
yang telah ditentukan oleh Tuhan ketika manusia dilahirkan. Sementara itu,
gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan.
Gender berkaitan dengan
pandangan atau pemahaman tentang bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan
berperan dan bertindak sesuai dengan tata nilai yang terstruktur, ketentuan
sosial dan budaya ditempat mereka berada.
Dengan demikian definisi gender dapat dikatakan sebagai pembedaan peran, fungsi, dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang dibentuk atau dikonstruksikan secara sosial-budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya, dahulu orang menganggap memasak dan menjahit sebagai pekerjaan perempuan. Namun sekarang ada banyak laki-laki yang menjadi juru masak atau perancang busana.
Diskriminasi rasial dan
etnis
Rasialisme bertentangan
dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. Rasialisme menimbulkan penderitaan
yang luar biasa bagi bangsa dan ras tertentu. Misalnya: penderitaan orang-orang
Indian dan kaum kulit hitam di Amerika Serikat yang kehilangan hak-haknya
sebagai warga negara.
Di Afrika Selatan
orang-orang kulit hitam dan kulit berwarna juga kehilangan hak-haknya karena
politik rasial yang disebut apartheid, yaitu pembedaan manusia berdasarkan ras
dengan cara mendiskriminasikan mereka yang berkulit hitam, berkulit berwarna
dan orang-orang Asia (India).
Mereka yang bukan kulit
putih dibatasi ruang geraknya dan hampir tidak memeroleh hak sebagai warga
negara. Namun aneh sekali, dalam praktik apartheid negara Afrika Selatan, bangsa
Jepang diakui berkulit putih. Mengapa? Tidak lain karena negara Jepang sudah
tergolong maju dan kaya, dan rezim apartheid Afrika Selatan ingin memetik
keuntungan ekonomi dengan memperlakukan bangsa Jepang dengan baik di sana.
Nelson Mandela adalah pejuang
kulit hitam Afrika Selatan yang terkenal. Ia berhasil memperjuangkan hak orang
kulit hitam di Afrika Selatan untuk memeroleh hak yang sama dengan kaum kulit
putih. Karena usahanya selama puluhan tahun, pada 5 Juni 1991 diskriminasi
hukum di Afrika Selatan terhadap orang kulit hitam dicabut.
Masih banyak contoh yang dapat diangkat dalam kaitannya dengan ketidakadilan ras dan etnis. Di Amerika Serikat tokoh yang terkenal melawan diskriminasi rasial adalah Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. Ia memimpin demonstrasi dan pemogokan damai dalam rangka memperjuangkan hak-hak orang kulit hitam di Amerika, hingga akhirnya ia tewas dibunuh.
Di Jerman, Adolf Hitler membunuh enam juta orang Yahudi karena
kebencian ras dan etnis serta kebanggaannya akan ras Aria yang dianggapnya
sebagai ras paling unggul.
Pada Januari 2001, Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengumumkan Tahun Baru China (Imlek) menjadi hari libur pilihan, yang kemudian diubah oleh Presiden Megawati menjadi hari libur nasional.
Tindakan Gus Dur ini diikuti dengan pencabutan larangan
penggunaan huruf Tionghoa. Gus Dur juga memulihkan hak-hak etnis Tionghoa di
Indonesia. Di Indonesia kini hakhak setiap warga negara dari semua etnis dan
ras dijamin oleh UU. Jadi, jika ada yang melakukan tindakan pelecehan terhadap
ras atau etnis tertentu, maka yang bersangkutan dapat dituntut secara hukum.
Diskriminasi Gender
Menurut definisi yang ada
dalam buku “Kesetaraan Gender” yang diterbitkan oleh ELSAM, sebuah LSM yang
bergerak di bidang pemberdayaan perempuan, istilah “kesetaraan gender” berarti
kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta
hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, serta kesamaan
dalam menikmati hasil pembangunan tersebut.
Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Jadi, diskriminasi gender adalah perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan.
Diskriminasi terjadi terhadap perempuan dan dipengaruhi oleh budaya. Umumnya budaya di Indonesia lebih berpihak pada kaum laki-laki dibandingkan kepada kaum perempuan. Misalnya, orang biasa bertanya, “Putra Bapak berapa?” Mengapa tidak bertanya, “Berapa putra dan putri Bapak?” Pertanyaan yang pertama menyiratkan bahwa anak laki-laki lebih berharga sehingga merekalah yang ditanyakan keberadaan dan jumlahnya dalam sebuah keluarga.
Orang seringkali begitu saja menyamakan gender dengan jenis kelamin. Misalnya, orang tua sering mengajarkan kepada anak laki-lakinya, “Jangan menangis. Kamu ‘kan laki-laki! Laki-laki tidak boleh menangis.” Atau, seorang ibu berkata kepada anak perempuannya, “Kamu harus membantu Ibu di dapur, karena itu adalah tugas seorang anak perempuan.” Anak laki-laki yang menangis dianggap banci. Anak perempuan yang lebih suka bermain di luar ketimbang membantu ibunya di dapur dianggap tomboy atau kelelakilelakian.
Kenyataannya, menangis adalah sebuah ungkapan emosi yang wajar bagi manusia laki-laki mapun perempuan. Membantu ibu memasak di dapur pun bisa dilakukan oleh seorang anak laki-laki. Di atas sudah disinggung betapa banyak juru masak dan perancang mode laki-laki sekarang. Karya mereka ternyata dihargai tinggi oleh masyarakat kita. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki.
Dengan adanya keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi terhadap kelompok yang dianggap lebih lemah, dan kekerasan terhadap perempuan maupun lakilaki.
Terwujudnya kesetaran
(persamaan) dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi
(pembedaan) antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian, mereka memiliki
akses pada berbagai bidang kehidupan. Memiliki akses dan partisipasi berarti
memiliki peluang atau kesempatan untuk memperoleh keadilan di berbagai bidang
kehidupan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan
ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Ras dan Etnis Dalam Alkitab
Kitab Perjanjian Lama memberi ruang pada kepelbagaian. Anak-anak keturunan Abraham dan Yakub diminta untuk memberi tumpangan bagi orang asing di rumah mereka. Hak-hak orang asing juga diperhatikan.
Kitab Keluaran 22:21; janganlah kautindas atau kautekan
orang asing sebab kamu pun dahulu orang asing di tanah Mesir. Kemungkinan orang
asing yang dimaksudkan adalah orang yang berasal dari daerah yang berbeda atau
dari suku bangsa yang berbeda
Dalam Perjanjian Baru, sikap dua orang tokoh sentral, yaitu Yesus dan Rasul Paulus jelas mengisyaratkan solidaritas dan tidak membeda-bedakan ras dan suku bangsa. Para pengikut Rasul Paulus terdiri dari orang Yahudi helenis, orang Yunani bahkan orang-orang dari Asia kecil. Yesus menceritakan sebuah perumpamaan yang menarik tentang “Orang Samaria yang murah hati” (Lukas 10: 25-37).
Orang Israel memandang rendah orang Samaria dan mereka tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Ibadah orang Samaria juga dipandang sebagai ibadah yang tidak murni lagi karena bercampur dengan sistim ibadah etnis lain yang ada di sekitar Samaria. Perumpamaan ini menarik karena Yesus memakainya untuk menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi tentang siapakah sesama manusia. Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa sesama manusia adalah semua manusia ciptaan Allah. Sesama manusia adalah mereka yang peduli serta menunjukkan solidaritasnya bagi sesama melewati batas-batas agama dan suku bangsa.
Sejajar dengan itu, Rasul Paulus juga mengatakan tidak ada orang Yunani atau bukan Yunani, semua orang dikasihi Allah (Roma 10:12). Tuhan Allah itu adalah Allah yang Esa dan yang menciptakan manusia dalam kepelbagaian. Ternyata, sikap diskriminatif terhadap ras dan etnis bukan hanya ada di zaman kini saja, tetapi sejak zaman Perjanjian Baru pun hal itu terjadi.
Yesus menangkap hal tersebut, karena itu Ia selalu memperingatkan para pengikutNya untuk menghargai sesama manusia. Murid-murid Yesus pun berasal dari berbagai tempat dan tidak ada seleksi suku atau etnis dan daerah geografis tempat tinggal. Yesus memilih mereka dan menanyakan kesediaannya untuk mengikuti-Nya.
Komitmen dan hati manusia
lebih utama dibandingkan dengan tempat asal, suku bangsa maupun warna kulit.
Pernyataan tersebut di atas diperkuat dengan Injil Matius 22:37-39, Markus
12:28-34, dan Lukas 10:25-28. Bagian kitab tersebut berisi tentang kasih kepada
Allah dan kepada sesama manusia. Perintah kasih itu bersifat universal artinya
berlaku untuk semua manusia di semua tempat.
Kesetaraan Gender Menurut Alkitab
Ada beberapa contoh di Alkitab tentang Yesus yang memperhatikan kaum perempuan sebagai orang yang seringkali dinomorduakan bahkan direndahkan di kalangan orang-orang Israel.
Misalnya: Yesus menerima seorang perempuan yang meminyaki kakinya. Ia juga berteman dengan Martha dan Maria. Yesus mendobrak struktur budaya masyarakat Yahudi yang merendahkan perempuan dan memang sangat diskriminatif.
Misalnya, perempuan tidak boleh tampil di depan umum dan memperoleh pendidikan. Yesus malah bergaul dengan Martha dan Maria, saudari-saudari Lazarus. Ia berkunjung ke rumah mereka dan mengajar Maria. Ia juga makan bersama mereka.
Yesus mengampuni seorang perempuan yang berzinah, padahal menurut hukum Yahudi, perempuan yang berzinah harus dihukum dengan cara dilempari batu sampai meninggal. Sedangkan laki-laki yang berselingkuh dengannya bebas Sungguh ironis sikap Yesus, ketika perempuan yang berzinah (berselingkuh) itu dihadapkan kepada-Nya untuk dihukum,
Yesus bertanya kepada orang banyak yang ada di sana, kata-Nya, ”Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, silakan melempari perempuan ini!” Semua orang bubar dan tidak jadi melempari perempuan itu dengan batu.
Karena mereka semua sadar bahwa semua manusia berdosa. Kemudian Yesus berkata kepada perempuan itu, ”Aku pun tidak menghukum kamu, pergilah dan jangan berbuat dosa lagi.” Sikap tersebut merupakan salah satu cara Yesus mendobrak adat, norma, kebiasaan yang telah terbentuk (terstruktur) dalam masyarakat Yahudi yang merugikan dan menindas perempuan
Sikap Remaja Kristen Terhadap Perbedaan Ras
Remaja masa kini memiliki pandangan yang lebih terbuka terhadap perbedaan ras, etnis dan gender. Menurut mereka, tidak ada seorangpun yang layak untuk didiskriminasai karena perbedaan ras, etnis dan gender bahkan agama. Bahwa semua manusia sama dihadapan Allah.
Perubahan sikap ini amat menggembirakan karena sebagai generasi muda kelak
merekalah yang akan memimpin negara ini dengan memiliki pandanngan yang terbuka
maka mereka akan memimpin dengan adil dan objektif tanpa memandang berbagai
perbedaan yang ada.
Pertanyaan:
Ceritakan bagaimana
pendidikan yang diperoleh di lingkungan keluarga mu menyangkut Ras, Etnis dan
Gender.
1. Apakah ada
batasan-batasan tertentu?
2. Adakah perbedaan tugas
dan asuhan terhadap anak laki-laki dengan anak perempuan?
3. Apakah ada
batasan-batasan berkaitan dengan suku, warna kulit, dan lain-lain?
Komentar
Posting Komentar