Allah Menolak Diskriminasi
Baca dan Renungkan:
Yohanes 4:4-39
Ternyata Tuhan menciptakan
manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya. Akan tetapi,
manusia merusak ciptaan Tuhan ini dengan membuat dirinya lebih tinggi dari
orang lain. Ada beragam bentuk membeda-bedakan, yaitu stereotip, prasangka,
diskriminasi, dan stigma.
Semuanya ini memiliki
kesamaan, yaitu perilaku yang dengan sengaja membedakan antara diri sendiri
dengan orang lain yang berbeda jenis kelamin, suku, etnis, ras, agama,
golongan, dan sebagainya. Perilaku membedakan ini menjadi pemicu bagi tumbuhnya
konflik antarkelompok yang berbeda jenis kelamin, etnis, agama, atau golongan.
Sebagai murid Kristus,
kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat
semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci
penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
KBBI mengartikan
diskriminasi sebagai pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara
berdasarkan warna kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dan sebagainya.
Beberapa pembedaan
didasarkan pada hal berikut:
• Kelamin, pembedaan sikap
dan perlakuan terhadap sesama manusia berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
• Ras, anggapan segolongan
ras tertentu bahwa rasnya itulah yang paling unggul dibandingkan dengan
golongan ras lain; rasisme,
• Rasial, pembedaan sikap
dan perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan warna
kulit.
• Sosial, pembedaan sikap dan perlakuan
terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya.
Sementara itu,
diskriminasi ras dan etnis adalah segala bentuk pembedaan, pengecualian,
pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan
pencabutan atau pengurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi
manusia dan kebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya (Undangundang Nomor 40 Tahun 2009).
Ragam bentuk membeda-bedakan, yaitu:
1. Stereotip adalah
pembuatan kesimpulan sederhana tentang sekelompok orang berdasarkan ras, etnis,
usia, gender, orientasi seksual, atau karakteristik apa pun.
Apabila dikenakan kepada
in-group atau kelompoknya (termasuk pemberi stereotip itu), sifatnya adalah
positif. Misalnya, orang bersuku Jawa akan mengatakan bahwa orang bersuku Jawa
memiliki perilaku “sabar”, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Akan tetapi,
apabila stereotip ini dikenakan oleh out-group atau kelompok di luar mereka
yang dikenakan stereotip itu, sifatnya menjadi negatif. Tentang tingkah laku
“sabar” yang tadi disebutkan oleh orang dari suku Jawa, oleh orang dari suku
lain, misalnya Batak Toba, akan dikategorikan sebagai “lamban”
2. Prasangka merujuk pada
keyakinan, pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki seseorang terhadap suatu
kelompok. Disebut prasangka karena memang tidak dibentuk berdasarkan pengalaman
pribadi, melainkan karena dugaan semata-mata. Jadi, sifatnya sangatlah
subjektif.
3. Apabila prasangka berbentuk
keyakinan, pikiran, perasaan dan kecenderungan bersikap, maka diskriminasi
adalah tindakan yang membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya.
4. Stigma diartikan
sebagai prasangka yang dikenakan kepada mereka yang memiliki karakteristik
khusus dari etnis yang tergolong minoritas atau dari karakteristik kesehatan
termasuk kesehatan mental
Pesan Alkitab tentang Menolak Diskriminasi
Kisah menarik tentang
stereotip dan diskriminasi dapat kita temukan dalam Yohanes 4 ayat 1-42,
tentang percakapan Tuhan Yesus dengan perempuan Samaria.
Petunjuk Praktis untuk Membangun Kepekaan dan
Berempati terhadap Korban Diskriminasi
Temuan ilmiah tentang
menghilangkan prasangka dan diskriminasi ternyata sejalan dengan prinsip yang
diterapkan Yesus saat berhadapan dengan perempuan Samaria ini.
Ini tentu menguatkan
keyakinan kita bahwa Alkitab betul-betul menyajikan bekal bagaimana kita
menjalani hidup seperti yang Tuhan inginkan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Berinteraksilah dengan
mereka yang berbeda dan buktikan sendiri bahwa prasangka dan stereotip yang
kita miliki tentang mereka ternyata salah. Sayangnya, belum tentu usaha ini
berhasil menghilangkan prasangka sepenuhnya karena memang tidak mudah untuk
membuang konsep-konsep yang sudah terlanjur terbentuk dalam benak kita dan
benak mereka yang berbeda dengan kita.
2. Melihat individu
sebagai pribadi yang unik, yang berdiri utuh, bukan sekadar sebagai bagian dari
kategori sosial tempat ia tergabung. Misalnya, ketika melihat seorang berkulit
hitam, kita tidak menganggap orang itu pencuri, penipu (seperti biasanya
stereotip yang dikenakan oleh orang kulit putih kepada orang hitam), melainkan
sebagai pribadi yang perlu kita kenali sifat dan kecenderungannya.
3. Memiliki pandangan
bahwa semua orang adalah sama di hadapan Tuhan, tidak ada yang dianggap lebih
istimewa daripada yang lainnya. Sejumlah hasil penelitian menemukan bahwa
pandangan seperti ini justru harus ditanamkan sejak dini di dalam lingkungan
keluarga (oleh orang tua kepada anak) dan lingkungan sekolah (pendidik dan
seluruh perangkat pendidikan termasuk kurikulum dan pendekatan yang dilakukan).
Cara ini dianggap merupakan cara yang paling
jitu karena sejak kecil, anak sudah dibiasakan untuk berpikir bahwa semua orang
adalah sama dan dengan demikian mereka akan memperlakukan setiap orang tanpa
membeda-bedakan etnis, agama, status, dan jenis kelamin.
Kita juga mendapatkan pesan Alkitab tentang memperlakukan semua orang secara sama. Di dalam Matius 7 ayat 12 Yesus mengatakan, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Teks ini disebut sebagai golden rule, yaitu pepatah atau prinsip yang menekankan bagaimana kita harus memperlakukan semua orang sebagai sama tinggi, sama rendah, alias sederajat.
Dalam hal ini, kita
dituntut untuk proaktif melakukan kepada orang lain terlebih dulu apa yang kita
ingin orang itu lakukan terhadap kita. Tentu saja, tidak ada orang yang
menginginkan orang lain melakukan hal yang buruk pada dirinya. Ketika kita
mengharapkan yang baik terjadi pada orang lain, sebetulnya hal baik itu kita
harapkan terjadi juga pada diri kita sendiri. Jadi ini berperan sebagai suatu
etika yang timbal balik.
Pesan utama
dari pelajaran kali ini adalah tentang memperlakukan semua orang secara sama,
tidak membeda-bedakan orang berdasarkan status ekonomi, pendidikan, gender,
etnis, maupun agama
Pertanyaan:
NKRI dikenal
sebagai negara yang memiliki begitu banyak keragaman; suku, adat istiadat, dan
budaya. Pernahkah kalian bersyukur untuk semua keragaman yang dimiliki ini?
1. Tuliskan 10
hal, apa saja yang kalian kagumi dari keberagaman!
2. Jelaskan
juga mengapa hal itu kalian kagumi!
Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus1.10 hal yang dikagumi dari keberagaman
BalasHapus> Tuhan menciptakan perbedaan
diantara manusia tetapi tuhan tidak
pernah membeda"kan antar manusia
> adanya toleransi, harmonis rukun atau
solidaritas antar manusia
> memiliki berbagai keberagaman
ada keberagaman Suku Bangsa,
Adat Istiadat,agama dan kepercayaan,dan budaya
> memiliki pribadi yang unik
> Memiliki berbagai keberagaman suku.
yang berbeda beda
> mengagumi atas slalu menghormati dan menghargai sesama manusia walaupun kita mempunyai warna kulit berbeda dan rambut yang berbeda
> meningkatnya kreativitas
> meningkatnya manusia berinovasi
> terciptanya integrasi nasional
> memajukan pergaulan antar suku, budaya, golongan, dan agama.
2.Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
Apabila dikenakan kepada in-group atau kelompoknya (termasuk pemberi stereotip itu), sifatnya adalah positif. Misalnya, orang bersuku Jawa akan mengatakan bahwa orang bersuku Jawa memiliki perilaku “sabar”, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Akan tetapi, apabila stereotip ini dikenakan oleh out-group atau kelompok di luar mereka yang dikenakan stereotip itu, sifatnya menjadi negatif. Tentang tingkah laku “sabar” yang tadi disebutkan oleh orang dari suku Jawa, oleh orang dari suku lain, misalnya Batak Toba, akan dikategorikan sebagai “lamban”
BalasHapus1. 10 hal yang dikagumi dari beragama
BalasHapus- tuha ms ciptakan perbedaan diantar manusia tetapi Tuhan tidak pernah memebda bedakan antar manusia
-keberagaman budaya
-keberagaman adat istiadat
-keberagaman agama
Keberagaman alat musik
-keberagaman makanan
-keberagaman flora/fauna
-keberagaman pulau
-keberagaman lagu daerah
-keberagaman tarian daerah
2. Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
1. 10 hal yang dikagumi dari beragama
BalasHapus- tuhan menciptakan perbedaan diantar manusia tetapi Tuhan tidak pernah memebda bedakan antar manusia.
-keberagaman budaya
-keberagaman adat istiadat
-keberagaman agama
Keberagaman alat musik
-keberagaman makanan
-keberagaman flora/fauna
-keberagaman pulau
-keberagaman lagu daerah
-keberagaman tarian daerah
2.Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
1. 10 hal yang dikagumi dari beragama
BalasHapus- tuhan menciptakan perbedaan diantar manusia tetapi Tuhan tidak pernah memebda bedakan antar manusia.
-keberagaman budaya
-keberagaman adat istiadat
-keberagaman agama
Keberagaman alat musik
-keberagaman makanan
-keberagaman flora/fauna
-keberagaman pulau
-keberagaman lagu daerah
-keberagaman tarian daerah
2.Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
1. 10 hal yang dikagumi dari beragama
BalasHapus- Tuhan ms ciptakan perbedaan diantar manusia tetapi Tuhan tidak pernah memebda bedakan antar manusia
-keberagaman budaya
-keberagaman adat istiadat
-keberagaman agama
Keberagaman alat musik
-keberagaman makanan
-keberagaman flora/fauna
-keberagaman pulau
-keberagaman lagu daerah
-keberagaman tarian daerah
2. Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.
solidaritas antar manusia
BalasHapus> memiliki berbagai keberagaman
ada keberagaman Suku Bangsa,
Adat Istiadat,agama dan kepercayaan,dan budaya
> memiliki pribadi yang unik
> Memiliki berbagai keberagaman suku.
yang berbeda beda
> mengagumi atas slalu menghormati dan menghargai sesama manusia walaupun kita mempunyai warna kulit berbeda dan rambut yang berbeda
> meningkatnya kreativitas
> meningkatnya manusia berinovasi
> terciptanya integrasi nasional
> memajukan pergaulan antar suku, budaya, golongan, dan agama.
2.Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil
1.- tuhan menciptakan perbedaan diantar manusia tetapi Tuhan tidak pernah memebda bedakan antar manusia.
BalasHapus-keberagaman budaya
-keberagaman adat istiadat
-keberagaman agama
Keberagaman alat musik
-keberagaman makanan
-keberagaman flora/fauna
-keberagaman pulau
-keberagaman lagu daerah
-keberagaman tarian daerah
2.Tuhan menciptakan manusia tanpa membeda-bedakan mana yang lebih tinggi derajatnya.Sebagai murid Kristus, kita semua terpanggil untuk mengikis perbedaan yang ada, dan harus melihat semua manusia adalah sama berharganya di hadapan Allah. Ini menjadi satu kunci penting bagi tercapainya kedamaian di dunia ini.