PEMIMPIN
YANG MELAYANI
Shalom,
Kisah Para
Rasul 20:22-24 Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan
aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ selain dari pada yang
dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara
menunggu aku. Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku
dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh
Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.
Suka atau
tidak suka, kita memimpin orang lain. Entah itu memimpin adik atau kakak, suami
atau istri, rekan-rekan pelayanan di gereja, atau setidaknya kita memimpin diri
kita sendiri. Dan sikap hati kita selalu mendahului apa yang kita lakukan?
Karena kepemimpinan selalu dimulai dari hati yang mau melayani dan mau
dibentuk.
Mari kita
belajar sikap hati yang dimiliki Paulus (nilai-nilai) tentang kepemimpinan:
1. Konsisten.
Paulus konsisten mengerjakan visi yang TUHAN berikan. Dia tidak berubah-ubah
mengikuti kondisi atau perasaannya.
2. Rendah hati.
Sikap rendah hati, yaitu mau belajar dari orang lain, mau ditegur, dan mau
mengakui kekurangan/kelemahan, adalah sikap yang dapat membuat kita menjadi
semakin besar.
3. Berani.
Tidak takut mengambil risiko, sekalipun itu merugikan dirinya.
4. Totalitas.
Paulus tidak pernah setengah-setengah memberikan dirinya kepada TUHAN. Dia
menyerahkannya secara total.
5. Rela
berkorban. Tidak sedikit pun Paulus ragu untuk mengorbankan uang, waktu,
tenaga, pikiran, bahwa nyawanya bagi Injil Kristus.
Matius 20:28
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang
Kata
“pemimpin” seringkali diidentikkan dengan “penguasa” atau “pengendali”. Tidak
terkecuali, gereja pun terkena imbasnya.
Beberapa
orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut
adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain.
Akibatnya, perang ego, emosi, dan kepentingan terjadi. Jemaat tidak lagi merasa
digembalakan, tetapi dikuasai dan dikendalikan.
Mari kita
melihat kebenaran mengenai hal dalam kehidupan Yesus.
Tidak
diragukan lagi bahwa Yesus adalah pemimpin terhebat yang pernah ada. Kita
mengakui-Nya adalah pemimpin dari para pemimpin, raja di atas segala raja. Namun,
selama keberadaan-Nya di Bumi, tidak pernah sekalipun Sang Pemimpin terhebat
ini menyebut diri-Nya pemimpin. Malah, Yesus mengklaim diri-Nya datang untuk
melayani.
Yesus mengidentikkan kata “pemimpin” dengan kata “pelayan”. Tujuan dari penguasa atau pengendali selalu kepentingan pribadi, tetapi tujuan dari pelayan adalah kepentingan orang lain.
Tuhan
menciptakan kita untuk menjadi pemimpin. Yang artinya setiap kita memiliki
potensi untuk memimpin. Sekali lagi, bukan menjadi pemimpin dalam arti berkuasa
atau mengendalikan, tetapi melayani. Ya, kita memiliki potensi untuk melayani.
Menjadi
pemimpin yang melayani kepentingan orang lain bukan masalah talenta, kemampuan,
keahlian, atau jabatan, melainkan masalah kemauan untuk berkorban bagi orang
lain.
Di saat kita
dapat mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi,
sesungguhnya, kita telah menjadi pemimpin sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan
Yohanes
13:4-5 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai
kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke
dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya
dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
Jika kita
berpikir tentang pelayanan, apa yang kita bayangkan? Pelayan bukan merupakan
kedudukan atau keahlian. Pelayanan adalah sikap. Kita pasti pernah bertemu
dengan orang-orang yang mempunyai kedudukan dalam pelayanan, namun memiliki
sikap yang buruk. Sebaliknya, kita juga pasti bisa dengan mudah mendeteksi
seorang pemimpin yang mempunyai hati seorang pelayan. Sebenarnya, para pemimpin
terbaik adalah orang-orang yang ingin melayani orang lain, bukan dirinya
sendiri.
Beberapa hal
yang dimiliki seorang pemimpin sejati:
1.
Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri
2. Mempunyai
rasa percaya diri untuk melayani
3. Memiliki
hati melayani orang lain, bukan dirinya
4. Tidak
mempedulikan kedudukan
5. Melayani
karena kasih
Kepemimpinan
yang melayani tidak pernah disebabkan oleh manipulasi atau kepentingan diri
sendiri. Pada akhirnya, besarnya pengaruh kita dalam sebuah kepemimpinan
tergantung kepada kepedulian kita terhadap orang lain. Itulah sebabnya penting
bagi para pemimpin untuk memiliki hati seorang pelayan
Firman Tuhan
katakan untuk setia pada perkara yang kecil, sebelum ke perkara yang besar.
Kita percaya rencana Tuhan atas hidup setiap orang adalah rencana yang besar.
Mari kita mulai dari nilai-nilai yang sederhana di atas, sampai suatu hari kita
melihat perkara yang besar terjadi di dalam hidup kita.
Selamat Hari Minggu Tuhan Yesus memberkati kita semua, Salam dan doa kami
PEMIMPIN YANG MELAYANI
BalasHapusAminnn
BalasHapusPEMIMPIN YANG MELAYANI - NEHEMIA PASARIBU | GPI PONDOK DAUD | RUMAH DOA KELUARGA
BalasHapusKonsisten. Paulus konsisten mengerjakan visi yang TUHAN berikan. Dia tidak berubah-ubah mengikuti kondisi atau perasaannya.
BalasHapusTuhan menciptakan kita untuk menjadi pemimpin. Yang artinya setiap kita memiliki potensi untuk memimpin. Sekali lagi, bukan menjadi pemimpin dalam arti berkuasa atau mengendalikan, tetapi melayani. Ya, kita memiliki potensi untuk melayani.
BalasHapusGbu🙏
HapusGbu
BalasHapusGbu
BalasHapusGbu👏
BalasHapusGbu 🙏
BalasHapusGbu👏
BalasHapusMatius 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang
BalasHapus(Aryo Hutasoit)
Gbu Aryo
HapusTidak diragukan lagi bahwa Yesus adalah pemimpin terhebat yang pernah ada. Kita mengakui-Nya adalah pemimpin dari para pemimpin, raja di atas segala raja.
BalasHapusGood Luck Gbu
HapusBeberapa orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain.
BalasHapusGbu Ervan
HapusYohanes 13:4-5 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
BalasHapusJoice anggun l.s
Joice Anggun di sayang Tuhan
HapusYohanes 13:4-5 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
BalasHapusGbu Ferdinan
HapusYohanes 13:4-5: Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.
BalasHapusAmen, memiliki sifat Rendah Hati
BalasHapusGood Abang Gbu
HapusBerani. Tidak takut mengambil risiko, sekalipun itu merugikan dirinya.
BalasHapusTotal. Paulus tidak pernah setengah-setengah memberikan dirinya kepada TUHAN. Dia menyerahkannya secara total.
BalasHapusRela berkorban. Tidak sedikit pun Paulus ragu untuk mengorbankan uang, waktu, tenaga, pikiran, bahwa nyawanya bagi Injil Kristus.
BalasHapusMatius 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang
BalasHapusMari kita belajar sikap hati yang dimiliki Paulus (nilai-nilai) tentang kepemimpinan
BalasHapusMendahulukan orang lain daripada diri sendiri
BalasHapusMempunyai rasa percaya diri untuk melayani
BalasHapusMemiliki hati melayani orang lain, bukan dirinya
BalasHapusBeberapa orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain. Akibatnya, perang ego, emosi, dan kepentingan terjadi. Jemaat tidak lagi merasa digembalakan, tetapi dikuasai dan dikendalikan.
BalasHapusTuhan Yesus mengidentikkan kata “pemimpin” dengan kata “pelayan”. Tujuan dari penguasa atau pengendali selalu kepentingan pribadi, tetapi tujuan dari pelayan adalah kepentingan orang lain.
BalasHapusTidak mempedulikan kedudukan
BalasHapusMelayani karena kasih
BalasHapusMenjadi pemimpin yang melayani kepentingan orang lain bukan masalah talenta, kemampuan, keahlian, atau jabatan, melainkan masalah kemauan untuk berkorban bagi orang lain.
BalasHapusAmen, rencana Tuhan adalah rencana yang besar
BalasHapusAmen
BalasHapusPemimpin yang mau melayani yang selalu rendah hati
Selamat Hari Minggu< Tuhan Yesus memberkati
BalasHapusSelamat Hari Minggu
BalasHapusBeberapa orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain. Akibatnya, perang ego, emosi, dan kepentingan terjadi. Jemaat tidak lagi merasa digembalakan, tetapi dikuasai dan dikendalikan.
BalasHapusMenjadi pemimpin yang melayani kepentingan orang lain bukan masalah talenta, kemampuan, keahlian, atau jabatan, melainkan masalah kemauan untuk berkorban bagi orang lain.
BalasHapusFirman Tuhan katakan untuk setia pada perkara yang kecil, sebelum ke perkara yang besar. Kita percaya rencana Tuhan atas hidup setiap orang adalah rencana yang besar.
BalasHapusFirman Tuhan katakan untuk setia pada perkara yang kecil, sebelum ke perkara yang besar. Kita percaya rencana Tuhan atas hidup setiap orang adalah rencana yang besar.
BalasHapusKata “pemimpin” seringkali diidentikkan dengan “penguasa” atau “pengendali”. Tidak terkecuali, gereja pun terkena imbasnya.
BalasHapusBeberapa orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain. Akibatnya, perang ego, emosi, dan kepentingan terjadi. Jemaat tidak lagi merasa digembalakan, tetapi dikuasai dan dikendalikan.
Kata “pemimpin” seringkali diidentikkan dengan “penguasa” atau “pengendali”. Tidak terkecuali, gereja pun terkena imbasnya.
BalasHapusBeberapa orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain. Akibatnya, perang ego, emosi, dan kepentingan terjadi. Jemaat tidak lagi merasa digembalakan, tetapi dikuasai dan dikendalikan.
Kata “pemimpin” seringkali diidentikkan dengan “penguasa” atau “pengendali”. Tidak terkecuali, gereja pun terkena imbasnya.
BalasHapusBeberapa orang yang menyandang gelar pemimpin gereja sering mengira gelar tersebut adalah sebuah pengukuhan untuk berkuasa dan mengendalikan hidup orang lain. Akibatnya, perang ego, emosi, dan kepentingan terjadi. Jemaat tidak lagi merasa digembalakan, tetapi dikuasai dan dikendalikan.
Kita percaya rencana Tuhan atas hidup setiap orang adalah rencana yang besar. Mari kita mulai dari nilai-nilai yang sederhana di atas, sampai suatu hari kita melihat perkara yang besar terjadi di dalam hidup kita.
BalasHapusKita percaya rencana Tuhan atas hidup setiap orang adalah rencana yang besar. Mari kita mulai dari nilai-nilai yang sederhana di atas, sampai suatu hari kita melihat perkara yang besar terjadi di dalam hidup kita.
BalasHapusDi saat kita dapat mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, sesungguhnya, kita telah menjadi pemimpin sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan
BalasHapusFirman Tuhan katakan untuk setia pada perkara yang kecil, sebelum ke perkara yang besar. Kita percaya rencana Tuhan atas hidup setiap orang adalah rencana yang besar. Mari kita mulai dari nilai-nilai yang sederhana di atas, sampai suatu hari kita melihat perkara yang besar terjadi di dalam hidup kita.
BalasHapusMari kita mulai dari nilai-nilai yang sederhana di atas, sampai suatu hari kita melihat perkara yang besar terjadi di dalam hidup kita.
BalasHapusKeisya di sayang Tuhan
HapusGbu Amelya
BalasHapusYohanes 13:4-5 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.(Dimitrio Federiko Hutasoit)
BalasHapusDi saat kita dapat mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, sesungguhnya, kita telah menjadi pemimpin sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan.
BalasHapus