YESUS TELADANKU - BAB 7 | PAK DAN BUDI PEKERTI - KELAS 8


Baca dan Renungkan: Markus 1:40-45; Yohanes 4:5-30; Matius 21:12-23; Matius 7:3-5; Lukas 22:39-43

Kita sungguh beruntung karena memiliki teladan dalam diri Tuhan Yesus, bagaimana seharusnya menjalani hidup ini agar dapat diperkenan Allah Bapa. Ada sejumlah sifat Tuhan Yesus yang patut kita teladani: peduli dengan yang menderita, dekat dengan yang dilecehkan, membenci ketidakadilan dan kemunafkan.  Kunci untuk berhasil memiliki sifat ini adalah hubungan yang dekat dan akrab dengan Allah Bapa. 

Yesus Peduli dengan yang Menderita (Markus 1: 40-45)

Pada suatu hari ada seseorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Di masa kini orang tahu bahwa penyakit kusta tidak menular dengan mudah. Pada masa Yesus, orang menganggap penyakit kusta sebagai kutukan dari Allah. Penderita kusta harus menjauhkan diri dari orang banyak. Orang takut menyentuh penderita kusta, karena akan ditulari penyakit itu.

Orang kusta itu memohon kepada Tuhan, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Lalu, apa yang terjadi? Apakah Tuhan Yesus mau menyembuhkan orang itu? Ayat 41 menggambarkan bagaimana perasaan Yesus melihat permohonan orang kusta itu. Di situ dikatakan, “Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Orang kusta itu pun langsung sembuh.

Apa yang terjadi sesudah itu sungguh mengherankan. Tuhan Yesus melarang orang itu menceritakan kesembuhannya kepada siapa pun. Ia hanya diperintahkan menghadap kepada imam untuk menunjukkan bahwa ia sudah sembuh, dan dengan demikian boleh diizinkan kembali hidup di tengah-tengah keluarganya.

Yesus berkata, “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” (Markus 1:44)

Yesus Dekat dengan Mereka yang Dilecehkan (Yohanes 4: 5-30)

Pada suatu hari Yesus pergi ke Sikhar, sebuah kota di Samaria, yang terletak di antara Yerusalem di selatan, dengan Galilea di sebelah utara. Ini adalah sebuah tindakan yang tidak lazim bagi orang Yahudi pada masa itu karena mereka tidak akan mau masuk atau menghindari perjalanan melalui daerah tersebut. Mereka akan lebih suka pergi ke Perea, lalu ke Dekapolis, baru masuk ke Galilea.

Di Sikhar, Yesus pergi ke sebuah sumur yang dinamai Sumur Yakub. Saat sedang kehausan, Yesus meminta minum dari perempuan Samaria yang menimba air di situ. Sikap Yesus yang tidak menghakimi dan tetap membuka diri kepada perempuan yang tak dikenal ini menyebabkan perempuan itu bersuka-cita. Ia bahkan menjadi salah satu “penginjil” yang pertama, yang mengajak sanak keluarga dan teman-temannya untuk menemui Yesus 

Yesus Membenci Ketidakadilan (Matius 21:12-13)

Pada hari Paskah, Yesus pergi ke Bait Suci di Yerusalem. Ia sangat terkejut karena di sana Ia menyaksikan pemandangan yang sungguh tidak layak bagi sebuah Bait Suci. Ia melihat ada banyak pedagang binatang kurban dan penukar uang di sana. Ia menjadi marah

Apakah Yesus marah kalau orang berjualan? Apakah Yesus marah karena Bait Suci dijadikan tempat berjualan? Bukan itu masalahnya. Orang Yahudi pergi ke Bait Suci pada saat masa Paskah untuk membawa kurban Paskah. Orang Yahudi wajib ke Bait Suci setiap tahunnya untuk mempersembahkan kurban. Banyak dari mereka datang dari tempat yang jauh. Mereka akan membawa-bawa sapi, lembu, kambing, burung merpati, dan lain-lain dari jauh-jauh untuk dijadikan kurban Paskah.

Ternak yang akan dijadikan kurban harus sempurna, tidak bercacat. Bila ada ternak yang mengalami cacat dalam perjalanan, tentu usaha membawanya menjadi sia-sia. Untunglah, pihak Bait Suci berbaik hati. Mereka menyediakan para pedagang dengan berbagai jenis hewannya masing-masing, sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Namun, sudah tentu harganya jadi mahal. Itulah salah satu hal yang menyebabkan Yesus menjadi marah.

Selain itu, yang membuat Yesus marah adalah adanya praktik memberikan persembahan di Bait Suci. Karena tanah Bait Suci itu kudus, maka uang Romawi yang berlaku di seluruh tanah jajahan pemerintah Roma tidak berlaku di Bait Suci. Mereka harus menggunakan uang yang khusus dibuat untuk Bait Suci. Karena hal tersebut para penukar uang akan mengenakan nilai tukar yang mahal untuk mereka yang datang beribadah di Bait Suci.

Hal-hal inilah yang membuat Yesus marah. Yesus murka menyaksikan bagaimana para peziarah dan orang-orang yang ingin membawa kurban diperas habis-habisan. Karena itulah, Tuhan Yesus menjadi marah dan berkata, “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.” (Matius 21:13)

Yesus Membenci Kemunafkan (Matius 7:3-5)

Salah satu kelompok yang penting di masa Yesus adalah kaum Farisi. Mereka meyakini bahwa ketaatan kepada peraturan-peraturan keagamaan sangatlah penting. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yakin bahwa ketidaktaatan dan pelanggaran-pelanggaran Taurat telah menyebabkan nenek moyang mereka dibuang ke Babel oleh Allah. Karena itulah mereka berusaha taat kepada Taurat.

Orang-orang Farisi suka mengamati orang-orang yang melanggar hukum Taurat untuk menegur mereka. Kepada orang-orang inilah, Tuhan Yesus berkata, Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkat kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

Hai orang munafk, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Matius 7:3-5)

Selain itu, orang-orang Farisi suka sekali memamerkan diri mereka sebagai orang-orang yang saleh. Karena itu, mereka suka berdoa di tikungan-tikungan jalan supaya orang memuji kesalehan mereka. Selain itu, mereka juga suka memamerkan kepada orang lain bahwa mereka sedang berpuasa. Mengapa?

Supaya orang memuji kesalehan mereka. Karena hal tersebut Tuhan Yesus berkata, “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafk. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang” …. 16“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafk. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa.” (Matius 6:5;16)

Yesus tidak menyukai kemunafkan, karena orang munafk biasanya suka menghakimi orang lain yang dianggapnya tidak cukup saleh seperti mereka. Selain itu, orang munafk biasanya tidak melakukan apa yang mereka tuntut supaya orang lain lakukan. Dengan kata lain, di satu sisi mereka tampil saleh, akan tetapi di sisi lain mereka ternyata tidak saleh. Tuhan Yesus menibaratkan orangorang munafk dengan kuburan. Ia berkata, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orangorang munafk, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. (Matius 23:27)

Yesus Berdoa kepada Bapa-Nya (Lukas 22:39-43)

Kita sudah cukup banyak membahas sifat-sifat positif Yesus yang dapat diteladani dan dijadikan bagian dari kehidupan kita. Barangkali masih ada satu pertanyaan yang penting direnungkan: dari mana Tuhan Yesus memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan hidup seperti itu, hidup berprinsip dan rela berbagi dengan orang lain?

Jawabannya akan kita temukan dalam bagian ini. Dalam Markus 1:35 dikatakan: Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tuhan Yesus selalu menyisihkan waktu untuk berdoa kepada Bapa-Nya di surga. Menjelang kematian-Nya, ketika Tuhan Yesus tahu bahwa Ia akan menghadapi sebuah perjuangan yang mahaberat, Ia pun kembali berdoa kepada Bapa-Nya di surga (Lukas 22:39-43). Dalam ayat 43 Lukas memberikan catatan yang menarik, “Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya” (Lukas 22:43).

Apakah kita juga mau memiliki sumber kekuatan yang sama dalam menghadapi hidup? Keteladanan Yesus adalah hal-hal yang dapat ditiru dan seharusnya dapat dilakukan oleh kita semua sebagai pengikut Tuhan Yesus. Apakah kita sudah meneladani Tuhan Yesus ?

Pertanyaan:

1.  Sebutkan dan jelaskan sifat Tuhan Yesus yang patut kita teladani?

2. Munafk berarti suka menilai orang lain dan menganggap orang lain tidak sebaik dirinya. Pernahkah kamu bersikap seperti itu terhadap orang lain? Kemunafkan apakah yang sering kamu temukan dalam hidup sehari-hari?

Komentar

  1. 1. sifat Tuhan Yesus yang patut kita teladani: peduli dengan yang menderita, dekat dengan yang dilecehkan, membenci ketidakadilan dan kemunafkan. Kunci untuk berhasil memiliki sifat ini adalah hubungan yang dekat dan akrab dengan Allah Bapa.

    2. Tidak
    menilai orang lain sedangkan dirinya sendiri seperti itu juga.

    BalasHapus
  2. 1. sifat Tuhan Yesus yang patut kita teladani: peduli dengan yang menderita, dekat dengan yang dilecehkan, membenci ketidakadilan dan kemunafkan. Kunci untuk berhasil memiliki sifat ini adalah hubungan yang dekat dan akrab dengan Allah Bapa.

    2. Tidak
    menilai orang lain sedangkan dirinya sendiri seperti itu juga.(Dimitrio Federiko Hutasoit)

    BalasHapus

Posting Komentar