SIKAP GEREJA TERHADAP DEMOKRASI DAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA - BAB 4 | PAK DAN BUDI PEKERTI - KELAS 12


Gereja sebagai persekutuan yang telah dipanggil dan dimerdekakan hendaknya turut serta memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan bagi umat manusia tanpa kecuali. 

Gereja tidak boleh sibuk hanya memikirkan dirinya sendiri saja, karena tugasnya di dunia justru untuk menjadi pelayan Allah dan sesama. 

Gereja hadir di dunia justru untuk ikut serta menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Artinya, gereja dipanggil untuk mewujudnyatakan kehendak Allah di tengah-tengah dunia, yakni keadilan, kebenaran, pembelaan kepada kaum tertindas dan teraniaya. 

Untuk maksud tersebut, gereja perlu mendidik warganya agar mengerti dan sadar akan pentingnya perjuangan dalam menegakkan hak asasi manusia sebagai kehendak Tuhan. 

Gereja juga perlu bekerja sama dengan semua pihak, para pemeluk agama lain maupun berbagai LSM yang memiliki kepedulian yang sama, karena ini adalah sebuah perjuangan besar yang tidak akan dapat dilakukan hanya oleh orang Kristen dan gereja saja. 

Keberpihakan dan keterlibatan gereja dalam demokrasi erat kaitannya dengan masalah masalah kemanusiaan dan keadilan. Karena yang diperjuangkan oleh gereja adalah harkat dan martabat manusia baik sebagai personal maupun sosial dan bukan kekuasaan. 

Gereja mendidik dan mendampingi umatnya dalam mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan luhur dan yang perlu dijamin serta tentang hak-hak dan kewajiban moral yang harus diperhatikan. 

Iman Kristen menuntut keberpihakan serta kegigihan gereja sebagai lembaga maupun sebagai persekutuan orang percaya yang berjuang bagi perwujudan keadilan dan kebenaran untuk semua orang tanpa kecuali. 

Jadi perjuangan itu bukan hanya untuk umat Kristen namun bagi semua umat beragama, seluruh bangsa Indonesia tanpa kecuali. Sebab tujuan kita adalah terwujudnya kerajaan Allah dalam suasana yang nyata yaitu dalam kenyataan hidup yang kelihatan. 

Sikap gereja sebagai lembaga keumatan di bidang demokrasi dan hak asasi manusia menyatakan misi Allah di dunia ini, yaitu memberitakan kasih, perdamaian, dan sukacita pada dunia. 

Dalam kaitannya dengan misi tersebut, gereja memiliki tanggung jawab dalam bidang demokrasi dan HAM. Bentuk tanggung jawab itu antara lain dengan memperdengarkan suara kenabian melalui pemberitaan dan pengajaran serta menunjukkan keberpihakan bagi mereka yang menjadi korban pelanggaran demokrasi dan HAM. 

Hak Asasi Manusia Menurut Alkitab 

Dalam Injil Matius 22:34-40 dikisahkan tentang seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus tentang apakah hukum yang paling utama. Dia berharap bahwa hanya ada satu hukum yang perlu dia lakukan agar hidupnya menjadi sempurna. 

Namun Yesus ternyata menjawab lain. Ada dua hukum yang paling penting dan paling utama, yaitu mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita dan mengasihi sesama kita seperti diri sendiri. 

Lalu Yesus mengatakan bahwa kedua hukum itu sama pentingnya, walaupun hukum yang pertama itu disebut-Nya sebagai “ hukum yang terutama dan yang pertama”. Artinya, tidak mungkin orang hanya mengasihi Allah tetapi tidak mengasihi sesamanya sendiri. Hubungan yang baik dengan Allah harus terwujud dalam hubungan yang baik dengan sesama. Masalahnya, banyak orang yang tidak memahami perintah ini. 

Bagi mereka sudah cukup bila mereka mencintai Allah atau Tuhan mereka sementara orang lain tidak mereka cintai. Ada juga orang yang merasa dapat bertindak apa saja karena cinta kasihnya kepada Tuhan. 

Alkitab mengajarkan hal ini tidak mungkin terjadi. Hubungan vertikal antara manusia dengan Allah harus terwujud pula dalam hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. 

Dalam 1 Yohanes 2:9 dan 4:20 dikatakan: 2:9 Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang. 4:20 Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Mengasihi sesama berarti menunjukkan kepedulian kepada sesama, kesediaan untuk menolong, bahkan juga berkorban demi orang lain. 

Kepedulian kepada sesama ini mestinya terwujud dalam upaya untuk menegakkan keadilan dan kebenaran. Itulah sebabnya kitab para nabi penuh dengan perintah dari Allah sendiri agar Israel menegakkan keadilan dan kebenaran. Amos 5:21-24 misalnya, menyatakan: 21”Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. 22 Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepadaKu korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. 23 Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. 24 Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir.” 

Dalam ayat-ayat di atas jelas bahwa ibadah dan penyembahan kepada Allah harus berjalan berdampingan dengan kehidupan yang adil dan benar kepada sesama manusia. Lalu, bagaimana dengan demokrasi? Membahas mengenai demokrasi erat kaitannya dengan politik dan kekuasaan. Oleh karena itu, pembahasan mengenai sikap Yesus terhadap politik dan kekuasaan dapat kamu pelajari berikut ini. 

Bagaimana Sikap Yesus Menyangkut Politik dan Kekuasaan 

Meskipun Yesus tidak berbicara secara khusus mengenai politik dan kekuasaan, namun sikapnya terhadap politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan. Ketika kepada-Nya diajukan pertanyaan ini oleh orang-orang farisi: “Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisaratau tidak?” (Matius 22:17). Maka jawab Yesus: “Berikanlah kepada Kaisar apa yangwajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21). 

Ketika itu orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus dengan mengajukan pertanyaan tersebut kepada-Nya. Yesus pun menjawab bahwa mereka memberikan kepada kaisar apa yang wajib mereka berikan kepada kaisar. Artinya, setiap orang harus mempunyai keprihatinan tertentu terhadap kesejahteraan sosial-politik negaranya dan harus taat sebagai seorang warga negara, sedangkan pemerintah harus melaksanakan suatu tanggung-jawab yang berasal dari Allah. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar” juga berarti kesetiaan kepada Allah, karena Allah berkehendak agar kita menaruh perhatian pada masyarakat. Pada gilirannya hal ini merupakan suatu pemenuhan sebagian dari tugas mendasar kita, yaitu untuk memberikan kepada Allah apa yang menjadi hak-Nya. 

Jadi, partisipasi orang beriman dalam politik tidak terlepas dari ketaatannya kepada perintah Allah. Paulus memperkuat sikap Yesus ini dalam Kitab Roma 13:1- 7 yang menyatakan orang Kristen harus taat kepada pemerintah namun hanya mereka yang layak dihormati dan ditaati saja. Artinya, jika mereka yang berkuasa tidak menjalankan kekuasaannya dengan benar maka mereka tidak patut dihormati. Ketaatan dan hormat diberikan bersamaan dengan sikap kritis, objektif, dan rasional.


Pertanyaan: 

1. Jelaskan hak asasi manusia menurut alkitab! 

2. Bagaimana sikap Yesus menyangkut politik dan kekuasaan? 

3. Cobalah baca Matius 20:1-16, pesan apa yang ingin disampaikan Yesus lewat perumpamaan ini!

Komentar

  1. 1. Dalam Injil Matius 22:34-40 dikisahkan tentang seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus tentang apakah hukum yang paling utama. Dia berharap bahwa hanya ada satu hukum yang perlu dia lakukan agar hidupnya menjadi sempurna. Namun Yesus ternyata menjawab lain. Ada dua hukum yang paling penting dan paling utama, yaitu mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita dan mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.
    2. Meskipun Yesus tidak berbicara secara khusus mengenai politik dan kekuasaan, namun sikapnya terhadap politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan.
    3. Yesus memperingati murid-muridNya supaya tidak iri hati, karena pengampunan dan keselamatan adalah karunia yang diberikan Allah - dengan kata lain merupakan hak prerogatif Allah - dan manusia tidak dapat mengharapkan lebih daripada yang Tuhan mau berikan.

    BalasHapus
  2. 1. Dalam Injil Matius 22:34-40 dikisahkan tentang seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus tentang apakah hukum yang paling utama. Dia berharap bahwa hanya ada satu hukum yang perlu dia lakukan agar hidupnya menjadi sempurna. Namun Yesus ternyata menjawab lain. Ada dua hukum yang paling penting dan paling utama, yaitu mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita dan mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.
    2. Meskipun Yesus tidak berbicara secara khusus mengenai politik dan kekuasaan, namun sikapnya terhadap politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan.
    3. Yesus mengatakan supaya kita tidak iri hati, karena Tuhan tidak menginginkan kita menjadi orang iri hati, mangkanya disebut lah di dalam (Matius 20 : 16) Demikianlah orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir.
    God Bless You🙏(¬‿¬)

    BalasHapus
  3. PM
    1. Dalam Injil Matius 22:34-40 dikisahkan tentang seorang Farisi yang bertanya kepada Yesus tentang apakah hukum yang paling utama. Dia berharap bahwa hanya ada satu hukum yang perlu dia lakukan agar hidupnya menjadi sempurna. Namun Yesus ternyata menjawab lain. Ada dua hukum yang paling penting dan paling utama, yaitu mengasihi Allah dengan seluruh keberadaan kita dan mengasihi sesama kita seperti diri sendiri.
    2. Meskipun Yesus tidak berbicara secara khusus mengenai politik dan kekuasaan, namun sikapnya terhadap politik dan kekuasaan nyata melalui praktik kehidupan.
    3. Yesus memperingati murid-muridNya supaya tidak iri hati, karena pengampunan dan keselamatan adalah karunia yang diberikan Allah - dengan kata lain merupakan hak prerogatif Allah - dan manusia tidak dapat mengharapkan lebih daripada yang Tuhan mau berikan.
    (Ferdinan duanten simanullang)

    BalasHapus

Posting Komentar