MENGENAL GEREJAKU - BAB 2 | PAK DAN BUDI PEKERTI - KELAS 9



Mengenal Gerejaku


Baca dan Renugkan: 

1. Yohanes 17: 18–21 

Ini adalah bagian dari doa Tuhan Yesus kepada Bapa-Nya di surga. Dalam doa-Nya Yesus sangat prihatin dengan kemungkinan terjadinya perpecahan di antara para murid-Nya kelak. 

Doa inilah yang menjadi dasar bagi gerakan oikumene, gerakan penyatuan gereja-gereja di seluruh dunia. Penyatuan yang seperti apa? Banyak gereja dan orang Kristen. 

2. Kisah 15 

Latar belakang Kisah 15 ini adalah perbedaan pendapat di antara para rasul, terutama di antara Petrus bersama Yakobus dan teman-temannya di satu pihak, Paulus dan Barnabas dan teman-temannya di pihak lain. Paulus dan Barnabas melaporkan keberhasilan mereka dalam memberitakan injil kepada orang-orang non-Yahudi. 

Pengajaran mereka ternyata lebih mudah diterima ketika Paulus dan Barnabas tidak mengharuskan orang-orang Kristen baru itu untuk mengikuti hukum Taurat Yahudi. Hal ini tentu saja mengagetkan banyak orang pada waktu itu. Namun Paulus dan Barnabas mempunyai dasar argument yang kuat. Bukankah Taurat tidak menyelamatkan? Bukankah keselamatan hanya diperoleh melalui Yesus Kristus? Itu berarti menjadi Kristen tidak harus melalui jalan menjadi Yahudi terlebih dahulu. 

Para Rasul menyepakati peraturan minimal yang dituntut dari orang-orang Kristen non-Yahudi, yaitu pertama, menjauhkan diri dari makanan yang telah dicemarkan berhala; kedua, menjauhkan diri dari percabulan; ketiga, tidak memakan daging binatang yang mati dicekik; dan keempat, tidak makan darah. Inilah konferensi pertama para rasul yang disebut juga sebagai ”Konferensi Yerusalem” atau ”Konsili Yerusalem”. 

3. 1 Korintus 1: 10–13 

Surat 1 Korintus dikirim oleh Paulus kepada jemaat di Korintus yang saat itu sedang terpecah-pecah karena persaingan sesama anggota dan pemimpin gereja. Masing-masing mengklaim dirinya sebagai yang paling hebat. Namun Paulus mengingatkan kepada mereka semua, siapakah yang disalibkan bagi seluruh umat manusia? Bukankah itu Kristus sendiri? Jadi, bagaimana mungkin mereka mengklaim diri sebagai ”pengikut Apolos”, ”pengikut Kefas”, ”pengikut Paulus”, dst.? Tidak! Kita semua seharusnya mengklaim diri sebagai pengikut Kristus. Itu saja sudah cukup! 

4. 1 Korintus 12: 9–27 

Bagian surat ini merujuk kepada perpecahan di jemaat Korintus. Kali ini perpecahan itu didasarkan pada perbedaan-perbedaan karunia yang masing-masing orang miliki. Dan yang menjadi parah, masing-masing mengklaim karunianya lebih hebat dan lebih unggul daripada yang lain. Misalnya, ada orang yang mengaku mampu berkata-kata dalam bahasa roh. Namun Paulus mengingatkan karunia seperti itu tidak berguna apabila tidak ada yang dapat menafsirkannya. 

Selanjutnya, Paulus mengingatkan bahwa kesatuan jemaat itu mirip dengan kesatuan tubuh dengan anggota-anggota badan yang berbeda-beda. Masing-masing mempunyai tempat dan fungsinya sendiri-sendiri. Tidak ada satupun yang boleh dan dapat menyebut yang lainnya tidak berguna atau lebih rendah nilainya. Apabila jemaat menyadari hal ini, perpecahan tidak perlu terjadi. Sama seperti satu tubuh, bila salah satu anggotanya menderita, tentu yang lainnya menderita. Ini sungguh sebuah pemahaman yang sangat menarik dan bijaksana. 

5. Yeremia 29: 4–7 

Ini adalah surat yang dikirim oleh Nabi Yeremia kepada orang Yahudi yang saat itu tinggal di pembuangan di Babel. Orang-orang Yahudi tinggal di ghetto, daerah-daerah tersegregasi dan dibatasi karena tekanan sosial, hukum, dan ekonomi masyarakat mayoritas. Karena keterasingan itu, maka orang-orang Yahudi pun terpencil dari masyarakat luas. Hal itu justru membuat mereka gagal untuk menjadi berkat bagi sesama. Padahal itulah salah satu alasan Tuhan ketika memanggil Abraham keluar dari keluarganya dan kota tempat tinggalnya (Kej. 12: 2). 


 Gereja yang Terpecah-Pecah: 

Perpecahan-perpecahan berikutnya terjadi antara Gereja Timur (Gereja Katolik Timur atau Gereja Ortodoks) dengan Gereja Barat (Gereja Katolik Roma) pada tahun 1054. Perpecahan itu terjadi ketika gereja-gereja di Timur merasa bahwa Gereja Barat telah menambahkan kata fi lioque dalam pengakuan Iman Nicea Konstantinopel sehingga kata-kata ”Kami percaya kepada Roh Kudus yang keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak”. Kata-kata ”dan Sang Anak” dirasakan oleh Gereja Timur sebagai pelecehan terhadap Roh Kudus dan menjadikan-Nya lebih rendah dan tidak lagi sejajar dengan Sang Anak. 

Hal inilah yang menyebabkan Gereja Timur yang belakangan dinamai sebagai Gereja Ortodoks kemudian memisahkan diri dari Gereja Barat yang menjadi Gereja Katolik Roma. 

Perpecahan lebih lanjut terjadi pada tahun 1517 ketika Martin Luther memakukan 95 dalilnya di pintu gereja di Wittenberg yang isinya mengkritik praktik-praktik yang dilakukan oleh Gereja Katolik saat itu, seperti penjualan surat-surat pengampunan dosa, pengumpulan relikui-relikui orang-orang kudus untuk meningkatkan kesempatan lepas dari api penyucian, dan lain-lain. 


Gereja di Indonesia 

Setelah Konsili Khalsedon terbentuk Gereja Oriental (Miafi sit) yang menerima dan mengakui hanya ketiga konsili ekumenis pertama, yaitu Konsili Nicea I, Konsili Konstantinopel I, dan Konsili Efesus I. Mereka menolak defi nisi-defi nisi Konsili Khalsedon pada tahun 451 Masehi. Gereja-gereja ini disebut pula gerejagereja Oriental Tua, gereja-gereja Maifi sit, atau gereja-gereja non-Khalsedon atau dikenal sebagai gereja-gereja Monofi sit. 

Gereja-gereja ini menolak rumusan teologis Konsili Khalsedon yang menyatakan bahwa Yesus Kristus memiliki dua substansi atau hakikat, yaitu sepenuhnya ilahi dan sepenuhnya manusia. Monosifi t berasal dari kata mono (satu) dan fusis (hakikat, substansi). Menurut pemahaman mereka, setelah menjelma menjadi manusia Yesus memiliki satu hakikat atau sifat saja, yaitu ilahi saja atau percampuran antara ilahi dan manusia, seperti manusia setengah dewa. 

Gereja-gereja ini terdiri dari Gereja Koptik Mesir, Gereja Koptik Ethiopia, Gereja Eritrea, Gereja Siria, Gereja Suriah Malankara (Gereja Ortodoks India), dan Gereja Armenia. Gereja-gereja ini menjalin persekutuan yang erat, namun kepemimpinan mereka terpisah-pisah, tidak seperti Gereja Katolik Roma yang dipimpin satu orang paus. 

Pada Skisma Besar tahun 1054, terjadi perpecahan antara Gereja Barat (Gereja Katolik) yang berpusat di Roma yang kini dikenal sebagai Gereja Katolik Roma dengan Gereja Ortodoks Timur yang berpusat di Konstantinopel. Gereja Ortodoks Timur dipersatukan oleh iman yang didasarkan pada Tradisi Suci yang diilhami oleh pekerjaan Roh Kudus. Iman itu diungkapkan terutama sekali di dalam peribadahan, dan yang paling mendasar dalam baptisan dan liturgi suci. Dalam tradisi Gereja Ortodoks di Rusia, ibadah dilakukan sambil berdiri di sepanjang kebaktian. 

 Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks Timur sama-sama mengakui tujuh sakramen, yaitu baptisan, krisma (sidi), pengakuan dosa, ekaristi (perjamuan kudus), pernikahan, pengurapan orang sakit, dan imamat (penahbisan). Namun demikian, Gereja Ortodoks Timur memberikan keleluasaan kepada setiap gereja untuk menambahkan sendiri apabila dirasa perlu sakramen-sakramen yang lainnya sehingga jumlahnya tidak harus tujuh. 

Upaya penyatuan gereja antara Gereja Katolik Roma dengan Gereja-gereja Ortodoks Timur terjadi sekitar tahun 1438, pada Konsili di Florens, Italia. Pada konsili itu muncul upaya-upaya untuk mengatasi perbedaan-perbedaan teologis antara gereja-gereja Timur dengan Barat dengan harapan bahwa Gereja Katolik Roma dapat dipersatukan kembali dengan Gereja-gereja Ortodoks. 

Beberapa gereja Ortodoks bersatu kembali dan membentuk Gereja Katolik Timur. Roma menerima mereka tanpa menuntut mereka menggunakan tradisi-tradisi Gereja Latin (Roma) sehingga mereka mempunyai warisan liturgis, teologis, spiritual, dan disiplinnya sendiri. Gereja-gereja yang terbentuk dari penyatuan ini sering juga disebut Gereja Ritus Timur, meskipun istilah ini sekarang dianggap kurang tepat karena seolah-olah mereka hanya berbeda dengan Gereja Katolik Roma dalam ritualnya saja. 

Beberapa gereja yang tergolong dalam kelompok ini adalah Gereja Katolik Bizantium Albania, Gereja Katolik Armenia, Gereja Katolik Yunani Belarusia, Gereja Katolik Khaldea, Gereja Katolik Koptik, Gereja Katolik Ethiopia, Gereja Bizantium di Kroasia, Serbia dan Montenegro, Gereja Maronit, Gereja Katolik Yunani Melkit, serta Gereja Katolik Siro-Malabar. 

Pada tahun 1517 muncul gerakan reformasi yang melahirkan Gereja-gereja Protestan. Beberapa ciri utama gerakan reformasi adalah pengakuan terhadap ketujuh konsili gereja yang pertama yang diadakan hingga 1517. Selain itu, juga muncul doktrin tentang ketiga sola. 

Pertama, sola gratia yang menyatakan bahwa keselamatan adalah anugerah dari Tuhan. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. 

Kedua, sola fi de yang mengakui bahwa keselamatan hanya diperoleh melalui iman kepada Yesus Kristus, dan bukan karena amal atau perbuatan baik. 

Dan yang ketiga, sola sciptura yang mengakui bahwa otoritas yang tertinggi adalah Alkitab, bukan tradisi gereja atau magisterium, yakni pihak yang dianggap memiliki wewenang untuk menetapkan ajaran gereja, seperti yang terdapat dalam Gereja Katolik Roma. Oleh karena itulah, gereja-gereja Protestan menolak kedudukan paus yang oleh umat Katolik Roma dianggap sebagai pemimpin yang harus ditaati keputusan-keputusannya. 

Selain itu, gereja-gereja Protestan juga hanya mengakui dua sakramen karena mereka meyakini bahwa hanya kedua sakramen itulah yang diperintahkan oleh Yesus untuk dilaksanakan, yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Gereja-gereja Protestan juga menolak praktik selibat (kewajiban tidak menikah) bagi para pendetanya. 

Dari perpecahan setelah abad XVI muncul berbagai gereja, seperti Gereja Anglikan atau Episkopal yang sering pula disebut sebagai ”Via Media” atau Jalan Tengah. Gereja ini sering kali disebut sebagai Gereja Anglo-Katolik (Gereja Katolik Inggris), atau Gereja Protestan Inggris karena mereka berada di antara Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Protestan. Dalam tata ibadah mereka sangat dekat dengan Gereja Katolik Roma, namun dalam teologinya mereka dekat dengan Gereja-gereja Protestan. 

Gereja Anglikan menekankan keyakinan mereka pada Alkitab, tradisi gereja yang rasuli, suksesi apostolik (yang menekankan garis panah dapat langsung kepada Petrus), dan tulisan-tulisan dari para Bapa Gereja. 

Gereja Anglikan setuju dengan gereja-gereja Protestan bahwa Yesus hanya memerintahkan dua sakramen, yaitu baptisan dan perjamuan kudus, namun mereka juga tidak menolak bahwa kelima sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma juga sebagai ritual sakramen. 

Anabaptisme muncul hampir bersamaan dengan Gerakan Reformasi yang dipimpin Luther dan Calvin. Kaum Anabaptis merasa bahwa reformasi yang diusulkan Luther dan Calvin tidak cukup radikal. Oleh karena itu mereka sering pula disebut sebagai Reformasi Radikal. Kaum Anabaptis menolak baptisan untuk anak-anak, karena itu mereka mewajibkan orang-orang yang bergabung dengan gereja mereka dan pernah dibaptiskan sewaktu masih anak-anak, dibaptiskan kembali. Itulah sebabnya mereka disebut Ana-baptis (ana=kembali). 

Kaum Anabaptis juga menolak perang sehingga mereka melarang anggota-anggotanya masuk dalam dinas kemiliteran. Kelompok ini sering disebut sebagai pasifi s, artinya ”pencinta damai”, atau ”anti-perang”. 

Di Indonesia, gereja-gereja yang tergolong dalam aliran Anabaptis adalah Gereja Kristen Muria Indonesia, Gereja Injili di Jawa, dan Jemaat Kristen Indonesia yang umumnya berada di daerah Jawa Tengah bagian utara. 

Gerakan restorasionisme adalah gerakan yang ingin mengembalikan gereja kepada gereja perdana. Mereka mengklaim bahwa teologi dan tata ibadah mereka adalah yang paling asli atau paling mirip dengan gereja perdana. Gereja-gereja ini antara lain adalah Gereja Orang-orang Kudus dari Zaman Akhir (Gereja Mormon), Gereja-gereja Advent (Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Sabatarianisme), Saksi Yehuwa, dan Plymouth Brethren. 

Di Indonesia umumnya adalah gereja-gereja di Sumatera seperti Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Kristen Protestan Indonesia, Gereja Kristen Protestan Simalungun, Gereja Kristen Protestan Mentawai, dan Banua Niha Keriso Protestan. Pecahan lainnya adalah gereja-gereja Calvinis yang terbagi menjadi Gereja-gereja Reformasi Eropa Daratan yang paling banyak tersebar di Indonesia karena sejarah misi dari Belanda (hasilnya adalah Gereja Protestan Indonesia di bagian Barat, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Batak Karo Protestan, Gereja-gereja Kristen Jawa, Gereja Kristen Pasundan, Gereja Protestan Maluku, Gereja Masehi Injili di Minahasa, Gereja Masehi Injili di Timor, Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow, Gereja Kristen Sulawesi Tengah, dan Gereja Toraja.), dan Gereja Presbiterian yang umumnya menyebar di negara-negara berbahasa Inggris atau bekas koloni Inggris (Skotlandia, Amerika Serikat, India, Malaysia, Singapura, dan Filipina). 

Gereja Anglikan hadir di Indonesia terutama melalui kehadiran orang-orang Inggris, Australia, dan Selandia Baru. Di Indonesia hanya ada satu gereja Anglikan yang terletak di Jakarta Pusat. 

Gereja Baptis terlahir dari berbagai gerakan yang muncul di berbagai tempat. Ada empat pandangan tentang asal-usul Gereja Baptis, yaitu pertama, gerakan yang muncul dari kelompok Separatis di Inggris; kedua gerakan yang muncul dari kelompok Anabaptis; ketiga pandangan yang menganggap bahwa iman dan praktik gereja Baptis telah ada sejak zaman Yesus; dan keempat pandangan yang menyatakan bahwa gereja ini sudah ada dalam garis yang tidak terputus sejak zaman Yesus. 

Namun demikian, para pakar sejarah umumnya menyatakan bahwa Gereja Baptis muncul di Amsterdam pada 1609, melalui Pdt. John Smyth, seorang separatis Inggris. Smyth menolak baptisan anak-anak dan hanya menerima baptisan dewasa. Orang-orang Baptis umumnya menuntut pemisahan yang tegas antara gereja dengan negara. Gereja harus terpisah secara total dari politik. 

Di Indonesia gereja ini hadir sebagai Gereja Baptis Indonesia. Kaum Separatis atau Puritan muncul di Inggris. Mereka banyak dipengaruhi oleh gerakan reformasi oleh Yohanes Calvin, terutama yang terjadi di Belanda. 

Karena pengaruh itu, mereka merasa tidak puas dengan reformasi yang terjadi di Gereja Anglikan dan penerimaan gereja tersebut terhadap praktik-praktik yang masih sangat merat terkait dengan Gereja Katolik Roma. Teologi kaum Puritan umumnya mengikuti teologi Calvinis dan mereka cenderung untuk memisahkan diri dari kelompok Kristen lainnya manapun. Oleh karena itu mereka dinamai kaum Separatis. 

Mereka yang tidak memisahkan diri dari Gereja Anglikan disebut ”puritan nonseparatis”. Banyak dari anggota Puritan yang kemudian beremigrasi ke Amerika Serikat dan mendirikan komunitas mereka sendiri. Kini sebagian dari kelompok ini bergabung ke dalam gereja-gereja Presbiterian, sementara yang lainnya di gereja-gereja Kongregasionalis. 

Gereja Kongregasionalis adalah gereja-gereja yang mengakui kemandirian setiap jemaat di dalam mengatur dirinya sendiri, termasuk di dalam menentukan pemahaman teologisnya. 

Berbeda dengan gereja-gereja Reformasi Eropa Daratan atau Gereja Presbiterian yang menekankan pentingnya sinode atau kebersamaan di dalam organisasi dan teologi, Gereja Kongregasionalis memberikan kebebasan penuh kepada masing-masing jemaat untuk mengambil keputusannya. Karena itu, gerej-agereja Kongregasionalis sangat menekankan pentingnya rapat jemaat sebagai wadah pengambilan keputusan yang utama dalam kehidupan jemaat mereka. 

Di Indonesia gereja-gereja Kongregasionalis tidak ada. Dalam batas-batas tertentu, Gereja Kristen Jawa agak mirip dengan gereja Kongregasionalis, karena penekanannya pada kemandirian masing-masing jemaat dalam pengambilan kebijakannya sendiri. 

Gereja Metodis muncul di lingkungan Gereja Anglikan ketika John Wesley, seorang pendeta Anglikan, mengemukakan tentang pentingnya pembaruan rohani dalam kehidupan setiap orang Kristen. Pembaruan inilah yang disebutnya sebagai ”pengudusan” kehidupan orang Kristen. Pengudusan dapat dicapai bila orang Kristen rajin membaca Alkitab, berdoa, dan menunjukkan kasihnya kepada sesama.  Wesley menyebut hal ini sebagai hati yang ”secara teratur diisi dengan kasih kepada Allah dan sesama, dan ”memiliki pikiran Kristus dan berjalan seperti Dia”. 

Dari gereja Metodis muncul gerakan-gerakan Kesucian yang berusaha menekankan lebih jauh apa yang telah diajarkan oleh Wesley dalam doktrinnya mengenai pengudusan. Gerakan Kesucian antara lain melahirkan Gereja Nazaren. 

Dari Gereja Metodis pula lahir Gereja Adventis yang dimulai dengan perhitungan-perhitungan yang dilakukan oleh William Miller tentang kapan Yesus Kristus akan datang kembali. Berdasarkan perhitungan-perhitungannya, Miller mengumumkan bahwa Yesus Kristus akan datang untuk kedua kalinya pada 22 Oktober 1844. Ketika perhitungan-perhitungan Miller ternyata meleset, muncullah apa yang disebut ”Kekecewaan Besar”. 

Sebagian pengikut Miller meninggalkannya, namun Millertidak pernah meninggalkan perhitungan-perhitungannya itu hingga hari wafatnya pada tahun 1849. Pengharapannya kemudian dilanjutkan oleh sebagian pengikutnya yang kemudian mendirikan Gereja Adventis.  Di Indonesia gereja ini hadir dalam Gereja Masehi Advent hari Ketujuh (GMAHK). 

Pentakostalisme muncul sebagai kelanjutan dari Gerakan Kesucian ketika sebagian orang merasa bahwa Roh Kudus kurang mendapatkan tempat di dalam kehidupan orang Kristen. Gereja ini muncul pada awal abad XX di Amerika Serikat, di antara para pengikut Gerakan Kesucian yang didorong oleh kebaktian-kebaktian kebangunan rohani dan pengharapan akan kedatangan Yesus yang kedua kalinya. 

Mereka sangat menekankan karunia-karunia roh sebagai bukti kehadiran Roh Kudus, misalnya karunia penyembuhan, bernubuat, berbahasa roh, dan lain-lain. Di Indonesia gereja-gereja ini antara lain terdiri dari Gereja Pantekosta di Indonesia, Gereja Penyebaran Injil, Gereja Gerakan Pentakosta, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Gereja Bethel Indonesia. 

Kekristenan datang ke Indonesia pada waktu yang cukup dini. Beberapa peninggalan sejarah menunjukkan bahwa di Barus, Sumatera Utara, pernah hadir kekristenan Nestorian yang berasal dari Suriah. Bentuk kekristenan ini juga pernah hadir di Tiongkok dan meninggalkan sebuah prasasti besar di Xi-nan. 

Namun demikian, sama seperti kekristenan Nestorian di Tiongkok yang kemudian punah, kekristenan Nestorian di Barus pun hilang begitu saja. Mengapa demikian? Rupanya orang-orang Kristen Nestorian ini terasing dari masyarakat sekitarnya. Mereka hidup dengan tata cara orang-orang Suriah, menggunakan bahasa Suriah yang tidak dipahami oleh masyarakat sekitar. 

Bentuk kekristenan berikutnya datang pada abad XVI bersama orang-orang Portugis dan Belanda yang mencari rempah-rempah di Kepulauan Nusantara. Maka terbentuklah kelompok-kelompok Katolik Roma dan Protestan, sesuai dengan agama orang-orang Portugis dan Belanda, di berbagai wilayah di Maluku dan belakangan di Nusa Tenggara Timur. 

Persaingan kaum kolonialis Portugis dengan Belanda kemudian juga melahirkan persaingan antara Gereja Katolik Roma dan Gereja-gereja Protestan. Misalnya, ketika orang-orang Portugis dikalahkan Belanda di Maluku, mereka melarikan diri ke Timor Timur (sekarang menjadi Timor Leste) dan Flores. Di sana mereka membentuk kelompok-kelompok umat Katolik Roma. 

Sementara itu, orang-orang Katolik di Maluku banyak yang dipaksa Belanda untuk pindah menjadi Kristen Protestan. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang wajar karena di Eropa, pada Perjanjian Perdamaian Augsburg, dicapai kesepakatan yang antara lain mengatakan cuius regio, eius religio. Artinya, ”siapa yang menguasai wilayah tertentu, agamanyalah yang harus dianut oleh penduduk di wilayah itu”. 

Hal ini juga dipraktikkan oleh kaum kolonialis Belanda yang mengalahkan kolonialis Portugis. Di Maluku orang-orang Kristen Protestan kemudian membentuk apa yang disebut Indische Kerk (artinya, Gereja Hindia) yang kini berubah nama menjadi Gereja Protestan Indonesia merupakan himpunan sejumlah gereja yang berlatar belakang dari Indische Kerk. 

Kemudian datang pula bermacam-macam zendeling atau misionaris (pengabar Injil) yang bekerja di berbagai wilayah Indonesia. Ada yang berasal dari Gereformeerd Zendingsbond (GZB), dari NZV (Nederlandsche Zendingsvereeniging) NBG (Nederlands Bijbelgenootschap), NGZV (Nederlandsche Gereformeerde Zendingsvereeniging), dan Utrecht Zendings Vereeniging, yang umumnya melahirkan gereja-gereja yang beraliran Calvinis (dikenal juga dengan nama lainnya yaitu Hervormd, Gereformeerd, Reformed, atau Presbiterian). 

Ada pula lembaga-lembaga penginjilan dari Jerman seperti Rheinische Missionsgesellschaft yang bekerja di Tanah Batak, Nias, Kepulauan Mentawai, dan Kalimantan yang melahirkan gereja-gereja Lutheran di Indonesia. Ada Evangelisches Missionswerk in Südwestdeutschland (EMS) yang melayani di Sulawesi, Bali, dan Halmahera. Juga Basel Mission (kini berganti nama menjadi Mission 21) yang bekerja di Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan. 

Berbagai gereja di Indonesia terbentuk lewat pelayanan di kalangan suku-suku tertentu. Oleh karena itu terbentuk Gereja Toraja yang merupakan hasil pekabaran Injil di kalangan suku Toraja. Gereja Kristen Sumba berkembang dari pekabaran Injil di antara suku Sumba. Gereja Masehi Injili di Timor yang merupakan hasil pemberitaan Injil di kalangan suku-suku di Timor. Gereja Batak Karo Protestan dilahirkan dari pemberitaan Injil di masyarakat Karo di Sumatera Utara. 

Strategi ini diambil karena dianggap akan mempermudah dilaksanakannya penginjilan, sebab setiap wilayah dan suku bangsa menuntut penguasaan pemahaman bahasa dan adat-istiadat suku bangsa tersebut. Ketika sebuah lembaga penginjilan memusatkan perhatiannya dalam memahami bahasa dan adat-istiadat masyarakat yang dilayani, tentu upaya yang dikeluarkan pun sangat besar. Itulah sebabnya lembaga-lembaga itu tidak begitu saja membuka tempat-tempat pelayanannya yang baru. 

Ada pula gereja-gereja yang datang dari Amerika Serikat kemudian menyebarkan Injil dan melahirkan Gereja Methodist Indonesia, Christian Missionary Alliance (CMA) yang aktif di Kalimantan Timur dan Bali. Datang pula kelompok Bala Keselamatan, sebuah aliran yang terbentuk di Inggris dan mengembangkan pelayanannya di Jawa (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Jombang), Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Timur. 

Pada abad XX dan berikutnya kita menyaksikan banyak sekali misionaris yang datang ke Indonesia kebanyakan dari Amerika Serikat membawa berbagai bentuk kekristenan yang lain, seperti Gereja-gereja Pentakostal, Karismatik, Gereja Menonit, Advent, Baptis, Injili, Mormon, Kristus, dan Ahli Ilmu Pengetahuan (Christian Science). 

Gereja yang terakhir berkembang di Indonesia adalah Gereja-gereja Ortodoks yang berasal dari Suriah dan Rusia. Di masa lalu terdapat perjanjian tentang wilayah pelayanan dan penginjilan dari berbagai lembaga penginjilan di atas. Perjanjian tersebut dibuat dengan maksud tidak terjadi persaingan di lapangan. Akan tetapi, dengan masuknya lembaga-lembaga penginjilan baru, khususnya dari Amerika Serikat, perjanjian tersebut tidak lagi dihormati. Gereja-gereja saling berlomba dan bersaing di lapangan. 

Upaya mewujudkan doa pengharapan Tuhan Yesus untuk kesatuan gereja-gereja di Indonesia pada tanggal 25 Mei 1950, 22 gereja Protestan di Indonesia berkumpul di Jakarta dan mendirikan Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), sekarang berganti nama menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) 

Selain PGI ada pula sejumlah organisasi antargereja seperti PII (Persekutuan Injili Indonesia), PGLII (Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia), PGPI (Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia), PBI (Persekutuan Baptis Indonesia), dan GMAHK (Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh). 

Di kalangan Gereja Katolik Roma kita mengenal KWI (Konferensi Waligereja Indonesia), yaitu perhimpunan para uskup Gereja Katolik Roma di Indonesia. 

Gereja Mengusahakan Kesejahteraan Kota 

Dalam kitabnya, nabi Yeremia memberikan nasihat kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di pembuangan di Babel agar mereka mengusahakan kesejahteraan bagi lingkungannya. (Yeremia 29: 4 –7) 

Beberapa gereja di Indonesia aktif dalam gerakan melestarikan lingkungan hidup dan dengan demikian membuat dunia ini lebih layak untuk kita diami. Hal itu pun akan menolong kita untuk melestarikan bumi kita. 

Di Minahasa, Kerapatan Gereja Protestan Minahasa mendesak pemerintah untuk menetapkan pencemaran di Teluk Buyat sebagai bencana nasional. Bencana ini disebabkan oleh kehadiran sebuah perusahaan tambang emas di sana. 

Di Sumatera Utara, Huria Kristen Batak Protestan terlibat dalam gerakan untuk menolak perusakan lingkungan karena penebangan hutan. Gereja Kristen Protestan Indonesia yang juga terletak di Sumatera Utara, menunjukkan keberpihakannya kepada rakyat dan lingkungan yang rusak karena penebangan pohon-pohon kemenyan yang menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat. 

Semua ini dengan jelas menunjukkan bahwa gereja harus menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya. Orang Kristen tidak cukup kalau ia hanya berdoa, membaca Alkitab, pergi ke gereja, dan memuji Tuhan saja. Ada banyak tugas yang harus ia kerjakan bagi masyarakat di sekitarnya. 

Dalam bukunya, Christ and Culture, Niebuhr menyebutkan ada lima tipologi sebagai berikut: 

a. Kristus melawan kebudayaan. Bagi orang Kristen yang eksklusif, sejarah adalah kisah tentang gereja atau kebudayaan Kristen yang bangkit dan peradaban kafir yang sedang menuju kematiannya. 

b. Kristus dari Kebudayaan. Bagi orang Kristen budaya, sejarah adalah kisah tentang perjumpaan roh dengan alam. 

c. Kristus di Atas Kebudayaan. Bagi kaum sintesis, sejarah adalah suatu periode persiapan di bawah hukum, nalar, Injil, dan gereja untuk persekutuan akhir antara jiwa dengan Allah. 

d. Kristus dan Kebudayaan dalam Paradoks. Bagi yang dualis, sejarah adalah masa pergumulan antara iman dan ketidakpercayaan, masa antara pemberian janji kehidupan dan penggenapannya. 

e. Kristus Mentransformasikan Kebudayaan. Bagi kaum konversionis, sejarah adalah kisah tentang perbuatan-perbuatan besar Allah dan tanggapan manusia terhadapnya. Apa yang dilakukan oleh gereja-gereja dalam contoh di atas menunjukkan rasa keterpanggilan gereja untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dan lebih nyaman untuk didiami.

 

Pertanyaan: (Jawaban di kolom komentar) 

1. Hal-hal apakah yang dapat kamu syukuri dari kehadiran gereja kamu di Indonesia? 

2. Apakah yang harus dilakukan gereja untuk meningkatkan kesaksiannya di Indonesia supaya kasih Kristus benar-benar menjadi nyata bagi masyarakat Indonesia pada umumnya?

Komentar

  1. 1. Hal-hal yang kita syukuri dengan kehadiran gereja di Indonesia adalah gereja dapat memberikan pelayanan rohani, tempat beribadah, tempat berkumpul, dan tempat bersosialisasi dengan umat seagama. Pelayanan rohani yang diberikan dimulai dari pendidikan agama bagi anak-anak, pendalaman iman, bimbingan rohani dan konsultasi rohani.
    2. Dengan cara melakukan pencarian sebuah kesaksian yang di mulai dengan keinginan yang benar2 dan sungguh2.Bapa sorgawi akan memberkati setiap orang2 yang mempunyai keinginan yg baik dari hati dan upaya²nya untuk melakukan kehendahnya,dan memberitakan tentang injil kristus kepada setiap orang2 yang belum mengenal kristus.

    BalasHapus
  2. 1. Mensyukuri nya, karena dapat beribadah bersama keluarga dan saudara lainnya, dapat memuji nama Tuhan, dapat menjaga rumah Tuhan
    2. - Kesaksian bagaimana Tuhan melakukan mujizat dalam hidup mu
    - Kesaksian bagaimana kita menolong sesama
    - Kesaksian bagaimana Tuhan mengasihi umat-Nya sehingga mengeluarkan nya dari penjajahan Mesir dan membawanya ke tanah kanan.

    BalasHapus
  3. 1.saya bersyukur karena saya bisa beribadah ke pada Tuhan memuji Tuhan dan bisa memberi persembahan ke pada Tuhan
    2.kesaksian mukzizat dari Tuhan
    kesaksian Tuhan yang selalu mengampuni dosa kita disaat kita meminta ampun kepadanya Amin

    BalasHapus
  4. 1. mensyukuri karena bisa dapat beribadah dalam bagian Tuhan, dan bersyukur bisa memuji menyembah nama Tuhan bersama keluarga dan teman teman .
    2. Menyebarkan Injil, menjadi berkat bagi masyarakat

    BalasHapus
  5. 1.bersyukur karena kita bisa beribadah kepada Tuhan dengan beramai-ramai
    2.menyebarkan bukti mukjizat tuhan kepada seluruh umat manusia yg percaya kepada nya

    BalasHapus
  6. 1. Yang saya syukuri adalah bisa berkumpul sesama umat kristen dan bisa beribadah bersama, dan juga bisa melakukan pelayanan di gereja
    2. Dengan melakukan kesaksian yang benar dan sungguh sungguh terjadi dalam hidup kita dan menyaksikan kasih setia Tuhan atas kita

    Iren G.D

    BalasHapus

Posting Komentar