MEMILIH UNTUK TIDAK BERPUTUS ASA - BAB 4 | PAK DAN BUDI PEKERTI - KELAS 8

 


Mengapa selaku anak-anak Tuhan, kita tidak perlu putus asa? karena Tuhan menginginkan yang terbaik untuk kita sebagai anak-anak-Nya. Bila kita putus asa, kita melupakan bahwa Tuhan tetap memperhatikan kita dan memberikan pertolongan pada waktu-Nya. Inilah yang menjadi senjata kita untuk menghadapi kehidupan yang sulit di dunia. 

Bila Tuhan Yesus tidak ingin kita kuatir, Ia juga tentunya tidak ingin kita putus asa. Apalagi sampai bunuh diri saking putus asanya. Harusnya, setiap orang percaya memiliki prinsip seperti tertera dalam Mazmur 146:5: “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya.” Kita bisa menjadi putus asa karena mengandalkan pada kekuatan sendiri, atau mengandalkan orang lain, padahal, kekuatan diri sendiri ataupun kekuatan orang lain ada batasnya.

Putus asa adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki harapan. Jadi, putus asa adalah kebalikan dari kondisi berpengharapan. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk tidak berputus asa dan kuatir terhadap hidup ini, karena Allah Bapa memelihara kita dengan sungguh baik. Allah Bapa memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan untuk kebaikan kita, bukan memberikan apa yang semata-mata kita inginkan. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk meminta kepada Allah Bapa apa yang memang kita butuhkan. 

Suatu pesan yang indah tentang bagaimana menghadapi hidup disampaikan oleh Tuhan Yesus seperti yang diceritakan di dalam Injil Matius 6: 25-34. 

Ada tiga pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus: 

 1. Bahwa kita tidak perlu kuatir untuk makan, minum, dan pakaian sebagai hal yang penting dalam hidup ini. Pemeliharaan Tuhan untuk kita jauh melebihi pemeliharaan-Nya untuk burung yang tetap hidup karena makanan yang disediakan-Nya. Lihatlah juga pemeliharaan Allah terhadap bunga bakung yang indah. Ini semua menunjukkan bahwa Allah sungguh sangat memperhatikan kehidupan ciptaan-Nya. Salomo, yaitu raja Israel yang paling kaya dibandingkan dengan raja-raja lainnya, tentunya memiliki kemampuan untuk memakai baju yang maha indah. Namun, keindahan baju Salomo tidaklah sebanding dengan keindahan bunga bakung. Padahal, apalah artinya bunga bakung yang hanya disamakan dengan rumput, karena begitu hari berganti, keindahannya pun tidak ada lagi. Kekuatiran akan kecukupan makanan, minuman, dan pakaian dimiliki oleh mereka yang tidak mengenal Allah. Tetapi, mereka yang menjadi anak-anak-Nya tidak perlu memiliki kekuatiran akan hal-hal ini. 

2. Mengapa demikian? Rahasia keberhasilan menjalani hidup ini ada pada pesan Tuhan Yesus adalah bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh. 

3. Pesan Tuhan Yesus yang ketiga adalah, “...janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” (Matius 6: 34a) Nah, apakah kita bisa menerima pesan Tuhan Yesus yang ketiga ini? Bila kita melihat di sekitar kita, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia hidup dengan penuh kekuatiran. Ada orang yang memilih untuk bekerja dengan sangat keras karena ingin mengumpulkan uang sebanyakbanyaknya demi masa depannya dan keluarganya. Bekerja keras artinya tanpa mengindahkan kesehatan dan makan teratur serta istirahat yang cukup. Gaya hidup seperti ini ternyata malah merusak kesehatan sehingga akibatnya, pada saat ia mencapai usia sekitar 40 tahun, ia menderita penyakit jantung, atau diabetes, dan sebagainya. Padahal, menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, makan secara teratur dan bergizi adalah penting untuk kelangsungan hidup yang baik. 

Bila kita mengandalkan pertolongan pada Allah Bapa, apa yang kita butuhkan akan dipenuhi-Nya dengan ketentuan sebagai berikut: 

1. Hal yang kita butuhkan memang merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin berkarya demi kebaikan sesama. 

2. Allah pasti memberikan apa yang memang kita butuhkan untuk kebaikan kita dan orang-orang lain yang ada dalam lingkungan kita. Jadi, saat kita bingung mengapa pa yang kita butuhkan tidak kita dapatkan, ingatlah bahwa Allah sangat mengasihi kita dan karena itu Allah sangat memperhatikan kita. Mungkin saja jawaban Allah datang tidak secepat yang kita harapkan, tapi tetap datang pada waktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kita. Tuhan Yesus berkata begini kepada murid-murid-Nya: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” (Matius 7: 9 -11) 

3. Kita harus gigih meminta apa yang kita butuhkan sampai mendapatkannya. Kegigihan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan memang disarankan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 7: 7-8. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Sungguh kata-kata Tuhan Yesus ini sangat menguatkan kita, bukan? 


Pertanyaan: 

1. Apa pesan yang Tuhan Yesus sampaikan tentang kekhawatiran? Bagaimana menghadapi rasa kuatir dan putus asa? 

2. Apa yang perlu kita lakukan agar kita tidak khawatir atau putus asa?

Komentar

  1. 1. bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh.

    2.Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

    BalasHapus
  2. 1. bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh
    2. Berdoalah dan serahkan segala kekuatiran atau ke putus asaanmu kepadanya

    BalasHapus
  3. 1. bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh.

    2.Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
    (Debora Natalia)

    BalasHapus

Posting Komentar