GEREJA YANG BERGUMUL DI DUNIA - BAB 5 | PAK DAN BUDI PEKERTI - KELAS 9

 


GEREJA YANG BERGUMUL DI DUNIA

Baca & Renungkan: 

1. Matius 5: 3–12 

Bacaan ini merupakan bagian dari apa yang biasa disebut ”Khotbah di Bukit” oleh Yesus. 

Di sini Yesus mengajarkan hal-hal yang sama sekali berlawanan dengan apa yang biasanya kita peroleh dari dunia. Bagaimana mungkin orang yang miskin yang berdukacita yang lemah lembut, dan berbahagia? Di sini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa orang-orang inilah yang mengerti apa artinya berjalan dalam jalan Allah, dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kasih dan pemeliharaan-Nya. Di tengah-tengah kebohongan dan kepalsuan dunia orang-orang ini tidak akan puas sebelum menemukan kebenaran. Mereka adalah orang-orang berani membawa damai dan memperjuangkan kebenaran, meskipun mereka tahu bahwa hal itu dapat membuat mereka dianiaya. Mengapa demikian? Karena orang-orang ini percaya bahwa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih dalam daripada apa yang dapat dilihat secara kasat mata, yaitu bahwa mereka akan memiliki Kerajaan Surga, sama seperti para nabi yang telah dianiaya sebelum mereka. 

2. Matius 5: 46–48 

Bagian bacaan ini masih merupakan bagian dari Khotbah di Bukit yang disampaikan Yesus dalam Matius 5–7. Di sini Yesus melanjutkan ajaran-Nya yang berlawanan 180 derajat dengan ajaran-ajaran dunia. Yesus menuntut kita berbeda dari dunia. Bahkan kita harus menjadi sempurna, kata-Nya. Dalam kesempurnaan itulah maka pengikut Kristus diajar bukan hanya mengasihi orang-orang yang mengasihinya, tetapi juga yang membenci dan memusuhinya. Ini adalah pengajaran yang juga disampaikan oleh Rasul Paulus dalam Roma 12: 20: ”Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!” 

3. Matius 21: 28–31 

Dalam perumpamaan Tuhan Yesus ini, Ia mengajarkan kepada kita betapa pentingnya tindakan yang kita lakukan. Berkata-kata yang baik saja tidaklah cukup. Kata-kata harus diikuti dengan perbuatan. Ortodoksi (=ajaran yang benar) tidaklah cukup. Yang harus kita wujudkan adalah ortopraksis (=cara hidup dan praktik hidup yang benar). Hal itulah yang diperlihatkan oleh anak yang kedua yang pertamatama mengatakan tidak mau pergi ke kebun anggur ayahnya. Namun belakangan ia berubah pikiran dan kemudian pergi juga. Ini lebih baik daripada anak yang pertama yang menyatakan bersedia pergi, namun ternyata ia tidak pergi ke kebun anggur itu. 

4. Filipi 3: 17–21 

Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi ini mengingatkan mereka bahwa mereka memiliki sebuah kewarga(-negaraan) yang lain. Orang Filipi tentu paham betul apa yang Paulus katakan. Filipi adalah koloni Roma sehingga orang-orang Filipi hidup sebagai bangsa Romawi. Demikian pula orang Kristen seharusnya hidup sebagai warga Kerajaan Surga karena mereka adalah milik Kristus. Sebagai warga Kerajaan Surga sudah seharusnya mereka hidup dengan cara yang berbeda, yaitu cara hidup sesuai dengan Kerajaan Surga. 

5. 1 Petrus 2: 9–12 

Surat ini mengandung pesan yang berusaha menguatkan orang-orang Kristen yang mulai ditindas oleh Roma. Mereka diingatkan bahwa di dalam Kristus mereka telah menjadi manusia baru. Dulu mereka bukan umat Allah, tapi sekarang mereka umat Allah, dulu mereka tidak dikasihi, tapi sekarang beroleh belas kasihan (ayat 10). Dulu mereka orang biasa, sekarang menjadi bangsa yang terpilih, imamat yang rajawi, dan bangsa yang kudus, umat milik Allah sendiri (ayat 9). Dulu mereka tinggal di dalam kegelapan, sekarang mereka telah dipanggil keluar untuk masuk ke dalam terang Allah yang ajaib. Itulah sebabnya sekarang mereka harus menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang baru, sama sekali berbeda dibandingkan dengan di masa-masa sebelumnya. Inilah arti hidup baru. Inilah arti pertobatan perubahan 180 derajat dari manusia lama menjadi manusia baru. 

Dalam bahasan Surat Filipi 3: 17–21 di atas telah disebutkan bahwa orang Kristen adalah warga Kerajaan Surga. Dalam Surat 1 Petrus 2: 11 kita diingatkan bahwa adalah ”pendatang dan perantau”. Artinya, kita hidup di dunia sebagai orang asing, karena memang kita tidak hidup dengan nilai-nilai dunia, melainkan nilai-nilai Kerajaan Surga (Mat. 5: 3–12 di atas). Kembali di sini kita diimbau untuk menjaga cara hidup kita agar tetap baik, ”supaya apabila mereka memfi tnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.” (1 Petrus 2: 12)

Sebagai milik Kristus kita dituntut untuk hidup mengikuti aturan-aturan-Nya. Apakah itu? Sederhana sekali, yaitu mengasihi Allah dan sesama kita (Matius 22: 37–40). Kita mampu mengasihi sesama kita, bahkan orang-orang yang membenci dan memusuhi kita sekalipun? (Lukas 6: 32–33). Sebagai warga negara Indonesia untuk setia kepada negara, namun pada saat yang sama tidak melupakan tanggung jawab kita yang lebih besar yaitu kepada sesama kita. 

Tuhan Yesus dalam pemberitaan-Nya berulang kali menyatakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk. 1: 14–15; bdk. Luk. 10: 9; 11; 21: 31), bahkan Kerajaan itu sudah ada di antara kita (Luk. 17: 20–21). Graeme Goldsworthy, seorang teolog Australia, secara sederhana mendefi nisikan Kerajaan Sorga sebagai ”umat Allah yang ada di tempat Allah, dan dipimpin oleh pemerintahan Allah.” 

Kerajaan Sorga itu bukan suatu tempat yang ada di sorga. Bukan pula suatu wilayah tertentu di muka bumi, melainkan suatu keadaan ketika sekelompok orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan bertindak sesuatu dengan apa yang Allah kehendaki. Hal ini menjadi semakin jelas ketika kita membaca dalam Matius 7: 21 yang memuat kata-kata Tuhan Yesus, ”Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” 

Jadi, sekelompok orang Kristen dalam sebuah gereja dapat saja tidak tergolong sebagai warga Kerajaan Sorga apabila mereka tidak menjalankan kehendak Bapa yang di sorga. Misalnya, mereka bertengkar melulu, saling membenci, saling melontarkan fi tnah, bahkan dapat jadi pula saling berkelahi dan membunuh. Jelas semua ini bertentangan dengan kehendak Bapa di sorga. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan, ”Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 5: 20). 

Sebaliknya, mungkin pula ada orang yang kata-katanya menolak apa yang diinginkan oleh Tuhan, namun dalam hidupnya ternyata ia mencerminkan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus menceritakan sebuah perumpamaan demikian: 28”Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. 29Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. 30Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. 31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: ”Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mat. 21: 28–31). 

Ciri-Ciri Kehidupan Warga Kerajaan Sorga 

Dalam ”Khotbah di Bukit”, kita menemukan bahwa menjadi warga Kerajaan Sorga bukanlah sekadar berbuat baik saja. Tuhan Yesus menyebutkan ciri-ciri kehidupan warga Kerajaan Sorga itu dalam Matius 5: 3–12. 

”Ucapan Berbahagia” yang disampaikan Tuhan Yesus memang ucapan-ucapan yang sangat radikal. Kita menemukan bagaimana nilai-nilai Kerajaan Sorga itu berlawanan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia. Yang berbahagia justru adalah orang yang berduka cita. Yang memiliki bumi adalah yang lemah lembut. Yang akan dipuaskan adalah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran. 

Rasa khawatir akan hari esok sering kali membuat kita tidak mencari Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga dan mengutamakan kehendak Allah di dalam hidup kita. Kita lebih suka mencari selamat sendiri dan akhirnya bersedia berkompromi dengan apa yang ditawarkan dunia. 

Ada sebuah pepatah Tiongkok yang menarik tentang apa yang dapat dan tidak dapat dibeli dengan uang. Bila memahami pepatah ini, kita mestinya mengerti nilai-nilai yang lebih tinggi yang seharusnya kita kejar di dalam hidup kita: 

Apa yang dapat dibeli dengan uang 

Dengan uang kita dapat membeli rumah, tetapi bukan kehangatan keluarga. 

Dengan uang kita dapat membeli jam, tetapi bukan waktu 

Dengan uang kita dapat membeli tempat tidur, tetapi bukan tidur itu sendiri 

Dengan uang kita dapat membeli buku, tetapi bukan pengetahuan 

Dengan uang kita dapat membeli dokter, tetapi bukan kesehatan 

Dengan uang kita dapat membeli kedudukan, tetapi bukan rasa hormat 

Dengan uang kita dapat membeli teman, tetapi bukan persahabatan 

Dengan uang kita dapat membeli darah, tetapi bukan kehidupan

 

Pertanyaan: 

1. Sebagai milik Kristus kita dituntut untuk hidup mengikuti aturan-aturan-Nya. Apakah itu? 

2. Sebutkan ciri-ciri kehidupan Warga Kerajaan Sorga ?

 


Komentar

  1. 1.mengasihi Allah dan sesama kita manusia
    2.Matius 5:3-12 (TB) "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
    Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
    Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
    Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
    Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
    Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
    Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
    Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
    Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
    Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1. Yaitu mengasihi Allah dan sesama kita manusia
      2. Tertulis di matius 5 : 3 - 12
      Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah sebab merekalah yang empunya kerajaan sorga,dan sampai seterusnya sampai ayat yg ke 12

      Edyson sijabat


      Hapus
  2. 1. yaitu mengasihi Allah dan sesama kita (Matius 22: 37–40).

    2. Matius 5: 3–12. 
    ”Ucapan Berbahagia” yang disampaikan Tuhan Yesus memang ucapan-ucapan yang sangat radikal. Kita menemukan bagaimana nilai-nilai Kerajaan Sorga itu berlawanan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia. Yang berbahagia justru adalah orang yang berduka cita. Yang memiliki bumi adalah yang lemah lembut. Yang akan dipuaskan adalah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran. 

    Tuhan Yesus Memberkati

    BalasHapus
  3. 1. Aturan itu adalah supaya kita mengasihi Allah dan sesama.

    2. 1.Tidak menimpakan cela kenapa tetangganya
    2.ia mengatakan kebenaran dengan segenap hati

    3.Tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya

    4.tidak berbuat jahat kepada teman
    - Keisya Aurellia Yonita

    BalasHapus
  4. 1. Sebagian milik Kristus kita dituntut untuk hidup mengikuti aturan aturan nya. Aturan itu adalah supaya kita mengasih allah dan sesama
    2. 1.TIDAK MENIMPAKAN CELA KEPADA TETANGGANYA

    2.IA MENGATAKAN KEBENARAN DENGAN DENGAN

    SEGENAP HATI

    3.TIDAK MENYEBARKAN FITNAH DENGAN LIDAHNYA

    4.TIDAK BERBUAT JAHAT TERHADAP TEMAN

    BalasHapus
  5. 1. Yesus menuntut kita berbeda dari dunia. Bahkan kita harus menjadi sempurna, kata-Nya. Dalam kesempurnaan itulah maka pengikut Kristus diajar bukan hanya mengasihi orang-orang yang mengasihinya, tetapi juga yang membenci dan memusuhinya
    2. Nilai-nilai Kerajaan Sorga itu berlawanan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia. Yang berbahagia justru adalah orang yang berduka cita. Yang memiliki bumi adalah yang lemah lembut. Yang akan dipuaskan adalah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran

    BalasHapus
  6. 1. yaitu mengasihi Allah dan sesama kita (Matius 22: 37–40).

    2. Matius 5: 3–12.
    ”Ucapan Berbahagia” yang disampaikan Tuhan Yesus memang ucapan-ucapan yang sangat radikal. Kita menemukan bagaimana nilai-nilai Kerajaan Sorga itu berlawanan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia. Yang berbahagia justru adalah orang yang berduka cita. Yang memiliki bumi adalah yang lemah lembut. Yang akan dipuaskan adalah orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran.

    BalasHapus

Posting Komentar