Etimologi
Kata Gethsemane muncul pada Injil Matius dan Markus berbahasa Yunani sebagai Γεθσημανἱ
(Gethsēmani). Kata ini berasal dari Assyria ܓܕܣܡ (Gaṯ-Šmāne), yang artinya “alat
pemeras (penghasil) minyak”. Matius 26:32 dan Markus 14:32 menyebutnya χωρἰον (kho-ree'-on)
atau “tempat”. Injil Yohanes 18:1 mengatakan Yesus memasuki sebuah
“taman” κῆπος (kēpos) bersama dengan murid-muridnya.
Lokasi
khusus
Berdasarkan Perjanjian Baru, Taman Getsemani adalah
tempat di mana Yesus dan murid-muridnya sering berkunjung, yang mana memudahkan
Yudas
Iskariot untuk menemukan Yesus pada malam penangkapan-Nya. Berdasarkan
Lukas 22:43-44, disana
Yesus sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi
seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Kondisi ini dalam dunia
medis dikenal sebagai hematidrosis.
- Metzeger,
Bruce M. (ed) (1993). The Oxford Companion to the Bible. Oxford, UK: Oxford University Press. ISBN http://0-19-504645-5.
Hematidrosis
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hematidrosis (juga disebut hematohidrosis; keringat
darah) adalah kondisi yg sangat jarang terjadi, dimana seseorang mengeluarkan keringat
darah.
Hal ini terjadi jika orang itu mengalami tekanan batin atau stres yang sangat
berat, misalnya menghadapi kematian. Beberapa rujukan sejarah mencatat adanya kondisi semacam ini; yang terkenal
adalah:
1.
Tulisan Leonardo da Vinci: mencatat mengenai seorang tentara yang
berkeringat darah sebelum perang, dan mereka yang secara tak terduga dijatuhi
hukuman mati.
2. Tulisan di Injil Lukas bahwa ketika Yesus berdoa di taman Getsemani beberapa saat menjelang penangkapan yang berlanjut dengan hukuman penyaliban mengalami hematidrosis:
Ia (Yesus) sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah.
Pendarahan kulit
Menurut Dr. Frederick Zugibe (mantan Chief Medical Examiner di Rockland County, New York) kondisi ini dijumpai juga pada zaman sekarang. Istilah klinisnya "hematohidrosis" dapat dijabarkan: "Di sekitar kelenjar keringat, ada banyak pembuluh darah yang membentuk jaringan seperti jala. Dengan tekanan tinggi akibat stres, pembuluh darah ini menciut. Kemudian setelah kecemasan berlalu, pembuluh darah akan mengembang sampai pecah. Darah akan mengalir ke dalam kelenjar keringat. Pada saat kelenjar keringat menghasilkan banyak keringat, darah itu akan didorong ke permukaan, yang ke luar sebagai titik-titik darah yang bercampur dengan keringat."
Dalam kuliahnya mengenai Kain Kafan dari Torino, Dr. Zugibe menyatakan: "Kecemasan batin yang berat...mengaktifkan jaringan saraf simpatetik untuk membangkitkan "fight-or-flight reaction" ("reaksi melawan atau lari") sampai suatu tingkatan yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang memberi suplai ke kelenjar keringat, sehingga darah masuk ke dalam pipa kelenjar keringat dan dikeluarkan ke permukaan kulit. Meskipun hematidrosis dilaporkan terjadi dari keadaan medis yang jarang dijumpai, adanya takut yang berlebihan menjadi penyebab sejumlah kasus yang dilaporkan terjadi, termasuk 6 kasus orang-orang yang dijatuhi hukuman mati, satu kasus yang terjadi saat pengeboman kota London pada waktu Perang Dunia II, satu kasus saat ketakutan akan diperkosa, dan juga ketakutan menghadapi angin ribut saat berlayar dan sebagainya. Dampaknya pada tubuh adalah rasa lemah dan kehilangan air ("dehidrasi") ringan sampai menengah dari kecemasan yang berat serta kehilangan cairan darah dan keringat."
Efek lain adalah kulit menjadi sangat lunak dan rapuh, sehingga jika mendapat tekanan atau terjadi kerusakan pada kulit, akan terasa lebih sakit dari biasanya.
Referensi
1. Holoubek, JE (1996). "Blood, sweat and
fear. "A classification of hematidrosis"". Journal of Medicine. 27
(3–4): 115–33. PMID 8982961.
2. http://www.apologeticspress.org/articles/2223
3. Lukas 22:44
4. Frederick Zugibe., Sweating Blood. Annacheriyan-ga.
2006;34:14–16
5. http://Gethsemane - Forensic and
clinical knowledge of the practice of crucifixion Dr. Frederick Zugibe, M.D., pensiun
6. Barbet, P. (1953), A Doctor at Calvary: The Passion of Our
Lord Jesus Christ as Described by a Surgeon (Garden City, NY: Doubleday Image
Books) p. 74,75
7. Lumpkin, R. (1978), “The Physical Suffering of Christ,”
Journal of Medical Association of Alabama, 47:8-10
Penangkapan Yesus merupakan suatu peristiwa dramatik yang dicatat dalam kitab-kitab Injil. Setelah penangkapan ini, Yesus Kristus kemudian diadili dan akhirnya dihukum mati dengan disalibkan. Yesus ditangkap di taman Getsemani, tidak berapa lama setelah makan perjamuan terakhir Paskah dengan murid-murid-Nya. Penangkapan ini terjadi di malam hari atau menjelang dini hari, pada tanggal 14 bulan Nisan, yaitu hari pertama Hari Raya Roti Tak Beragi (Paskah Yahudi)
Pengkhianatan Yudas
Awal
pengkhianatan Yudas Iskariot setelah peristiwa pengurapan
Yesus oleh Maria, saudara Lazarus, di rumah Simon si kusta, di
kota Betania, 6 hari sebelum Paskah. Injil Yohanes mencatat bahwa Yudas
Iskariot menggalang murid-murid Yesus untuk menunjukkan rasa tidak senang, bahwa
minyak narwastu yang mahal itu dibuang percuma untuk mengurapi kepala dan kaki Yesus
Kristus. Hal itu dikatakannya bukan karena Yudas memperhatikan nasib orang-orang
miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang
yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yesus menegurnya bahwa
pengurapan ini untuk mempersiapkan penguburan-Nya, sehingga kemungkinan Yudas
menjadi marah tersinggung dan juga kecewa karena Yesus tidak berniat untuk
memberontak terhadap orang Romawi, melainkan bersiap untuk mati.
- Karena itu masuklah Iblis ke dalam Yudas, dan pergilah ia kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Yudas berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka sangat gembira waktu mendengarnya dan mereka berjanji akan memberikan uang kepadanya, 30 uang perak. Dan mulai saat itu Yudas mencari kesempatan baik untuk menyerahkan Yesus tanpa tahu orang banyak.
- Keempat Injil sepakat
bahwa pengkhianatan ini terjadi beberapa hari sebelum malam penangkapan
Yesus.
Pengumuman di Perjamuan Terakhir
- Ketika mereka sedang makan, Yesus berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku. yaitu kepada para pemuka agama yang membenci Yesus. Ditambah juga "Lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini.
- Yesus memberi peringatan kepada pengkhianat tanpa membuka identitasnya: "Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.
- Murid-murid Yesus yang tidak tahu siapa orang yang dimaksudkan merasa sedih mendengar hal tersebut. Mereka memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya. Berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" termasuk Yudas Iskariot yang bertanya: "Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah mengatakannya.
- Akhirnya Simon Petrus memberi isyarat pada Yohanes, yg bersandar dekat kepada Yesus, di sebelah kanan-Nya dan berkata: "Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!" Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, siapakah itu?"
- Yesus menjawab: "Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku." atau menurut catatan Yohanes: "Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya." Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot. Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas. Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin. Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
- Yudas sudah tahu ke
mana Yesus dan murid-murid-Nya akan pergi setelah perjamuan malam itu,
karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya. Ia segera menemui imam-imam kepala untuk
mempersiapkan penangkapan Yesus.
- Sesudah Yudas pergi, Yesus memulai pengajarannya, tetapi tidak terus di tempat itu. Yesus dan murid-murid-Nya menyanyikan nyanyian pujian, kemudian pergi ke Bukit Zaitun, sementara terus memberikan pengajaran.
Di taman Getsemani Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Tempat itu bernama Getsemani.
Yesus berdoa tiga kali
· Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa · Katanya pula: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.
· Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus, serta-Nya.
· Maka mulailah Ia merasa sedih, sangat takut dan gentar, kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.
· Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, berlutut, merebahkan diri ke tanah dan berdoa, supaya, sekiranya mungkin, saat itu lalu daripada-Nya.
· Katanya: "Ya Abba, Ya Bapa-Ku, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.
· Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya.
·
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh
berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke
tanah. Kondisi
keringat darah ini dikenal di dunia medis sebagai hematidrosis.
· Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati ketiganya sedang tidur, karena dukacita. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Simon, sedang tidurkah engkau? Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.
· Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa yang itu juga. Kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!
· Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat dan mereka tidak tahu jawab apa yang harus mereka berikan kepada-Nya.
· Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.
· Sesudah itu Ia datang kembali untuk ketiga kalinya kepada murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa." disambung pula: "Cukuplah. Saatnya sudah tiba, lihat, Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.
Ciuman Yudas
- Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang, sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang membawa senjata (pedang dan pentung) lengkap dengan lentera dan suluh, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan tua-tua bangsa Yahudi. Yudas berjalan di depan mereka.
- Yudas mendekati Yesus untuk mencium-Nya. Yudas yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia." Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia. Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?" (Matius mencatat: "Hai teman, untuk itukah engkau datang?
Perlawanan
- Injil Yohanes secara khusus mencatat: Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diri-Nya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: "Siapakah yang kamu cari?" Jawab mereka: "Yesus dari Nazaret." Kata-Nya kepada mereka: "Akulah Dia." Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. Ketika Ia berkata kepada mereka: "Akulah Dia," mundurlah mereka dan jatuh ke tanah. Maka Ia bertanya pula: "Siapakah yang kamu cari?" Kata mereka: "Yesus dari Nazaret." Jawab Yesus: "Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi." Demikian hendaknya supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: "Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorangpun yang Kubiarkan binasa.
- Maka majulah mereka memegang Yesus dan menangkap-Nya. Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka: "Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?
- Lalu Simon Petrus, seorang dari mereka yang menyertai Yesus dan yang membawa pedang, mengulurkan tangannya, menghunus pedangnya dan menetakkannya kepada hamba Imam Besar sehingga putus telinga kanannya. Namanya Malkhus.
- Kata Yesus kepada Petrus: "Sudahlah itu. Sarungkan pedangmu itu sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian? Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?"
- Lalu Ia menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya.
- Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi (Kitab Suci). Inilah saat kamu, dan inilah kuasa kegelapan itu."
Murid-murid melarikan diri
- Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri.
- Ada seorang muda, yang pada waktu itu hanya memakai sehelai kain lenan untuk menutup badannya, mengikuti Dia. Mereka hendak menangkapnya, tetapi ia melepaskan kainnya dan lari dengan telanjang.
Yesus ditangkap
Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar.
Ciuman Yudas
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Menurut Injil Sinoptik, Yudas Iskariot mengidentifikasikan Yesus kepada para prajurit dengan cara menciumnya. Cium tersebut disebut ciuman Yudas, yang terjadi di Taman Getsemani setelah Perjamuan Terakhir, dan kemudian Yesus ditangkap untuk dibawa ke Pengadilan (Kilgallen 271).
- Grubb,
Nancy (1996). The Life of Christ. New York City: Abbeville Publishing Group. ISBN 0-7892-0144-5. OCLC 34412342.
Referensi
Matius 26:47-50; Markus 14:43-45; Lukas 22:47-48; Yohanes 18:2
MINGGU SENGSARA
Dielu-elukan di Yerusalem
Pembersihan Bait Allah
Nubuat kedatangan kali kedua
Diurapi
Perjamuan malam terakhir
Amanat perpisahan
Janji turunnya Roh Kudus
Duka di taman
Ciuman Yudas
Penangkapan
Pengadilan mahkamah agama
Penistaan
Pengadilan Herodes
Pengadilan Pilatus
Didera
Mahkota duri
Via Dolorosa
Penyaliban
Diturunkan dari salib
Dimakamkan
Geger neraka
Kebangkitan
Minggu
Sengsara adalah hari-hari
(sekitar seminggu) kehidupan terakhir Yesus Kristus
memasuki masa kesengsaraan-Nya menjelang peristiwa penyaliban-Nya sampai mati, yang diikuti dengan penguburan-Nya dan mencapai puncaknya pada waktu kebangkitan-Nya dari kematian. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dicatat terperinci
dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen,
terutama dalam keempat Injil utama, yaitu ketiga Injil Sinoptik (Matius,
Markus dan Lukas)
dan Injil Yohanes.
Menurut perhitungan para pakar Alkitab, hal ini terjadi pada tahun 30-33 M. Eusebius (Chronicon ii, ed. Migne, halaman 535) menyatakan bahwa Kristus menderita "dalam tahun ke-19 pemerintahan Tiberius," yaitu tahun 33 M.
Urutan kejadian
- Berdasarkan Kalender Yahudi maka peristiwa itu bermula dari tanggal
9 bulan pertama (Abib atau Nisan) dengan tibanya Yesus Kristus dari Yerikho ke Betania, sampai tanggal 18 Abib di mana Yesus Kristus bangkit dari kematian. Perhitungan hari Yahudi dimulai dari petang
hari sampai sore hari berikutnya, jadi malam hari merupakan permulaan
suatu hari.
9 Abib
Enam hari sebelum Paskah
Yesus tiba di Betania,
tempat tinggal Lazarus
yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Paskah dirayakan pada malam hari menjelang tanggal
15 Abib sesuai perintah Tuhan kepada Musa dalam Kitab Keluaran pasal 12.
Jadi 6 hari sebelumnya jatuh pada tanggal 9 Abib.
10 Abib
(malam)
Di Betania diadakan perjamuan untuk Yesus yang dilayani oleh Marta, seorang sahabat dekatnya. Perjamuan itu diadakan di rumah Simon si kusta.Salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus yang pernah dibangkitkan dari kematian.
Yesus diurapi
Ketika perjamuan berlangsung, Maria, saudara Marta dan Lazarus, mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu.
10 Abib
(pagi)
Yesus
dielu-elukan di Yerusalem
Sumber: Matius 21:1-11, Markus 11:1-10, Lukas 19:28-44,Yohanes 12:12-19
Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar,
bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem,
mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil
berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja
Israel! Di dekat Yerusalem dan tiba dekat Betfage
dan Betania yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh murid-murid-Nya seekor keledai
muda dan induknya, lalu Ia naik ke atas mereka.
- Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Ketika Ia dekat Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mujizat yang telah mereka lihat. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!
- Ketika Yesus telah dekat dan melihat kota Yerusalem, Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau.
- Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang ini?" Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.
- Sesampainya di Yerusalem Yesus masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia pergi ke luar Yerusalem.
11 Abib
(malam)
Ketika hari sudah hampir malam, Yesus keluar dari Yerusalem dan berangkat ke Betania untuk bermalam di sana bersama dengan kedua belas murid-Nya.
11 Abib
(pagi)
Yesus mengutuk
pohon ara
Sumber: Matius 21:18-19a; Markus 11:12-14
Pada pagi-pagi hari Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania dan berjalan menuju Yerusalem. Dalam perjalanan itu Yesus merasa lapar. Di dekat jalan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya untuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja (menurut Injil Markus: sebab memang bukan musim buah ara). Kata-Nya kepada pohon itu: "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" (versi Injil Matius: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!") Dan murid-murid-Nyapun mendengarnya.
Yesus
menyucikan Bait Allah
Sumber: Matius 21:12-17; Markus 11:15-19; Lukas 19:45-48
- Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, Ia mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah. Yesus berkata kepada mereka: "Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun.
- Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel, lalu mereka berkata kepada-Nya: "Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?
- Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar tentang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk membinasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
12 Abib (malam)
- Ketika hari sudah hampir malam, Ia meninggalkan Yerusalem dan pergi ke luar kota ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya dan bermalam di situ.
12 Abib
(pagi)
Pohon ara
yang sudah kering dan nasihat Yesus tentang doa.
Sumber: Matius 21:19-22; Markus 11:20-26
Pada pagi-pagi hari Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania dan berjalan menuju Yerusalem, mereka melewati pohon ara yang kemarin dikutuk oleh Yesus. Para murid melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering." Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?" Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! ....... maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.
Pertanyaan-pertanyaan dan pengajaran
di Bait Allah
- Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua untuk berbicara kepada-Nya mengenai beberapa hal:
- Pertanyaan mengenai kuasa Yesus.
- Perumpamaan tentang dua orang anak.
- Perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur.
- Ketika imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mendengar perumpamaan-perumpamaan Yesus, mereka mengerti, bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya. Dan mereka berusaha untuk menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Dia nabi, sehingga penangkapan itu dibatalkan. Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan lain kepada mereka.
- Perumpamaan tentang perjamuan kawin.
o Tentang membayar pajak kepada Kaisar.
o Pertanyaan orang Saduki tentang kebangkitan.
o Hukum yang terutama.
o Hubungan antara Yesus dan Daud.
o Sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada Yesus.[Kecaman terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
- Yesus menasihatkan supaya hati-hati dan waspada terhadap ahli-ahli Taurat.
- Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
- Keluhan terhadap Yerusalem.
- Persembahan seorang janda miskin.
Ke luar dari Bait Allah
Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi ke luar kota Yerusalem. Maka datanglah murid-murid-Nya berbicara dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah serta mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan. Seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!" Lalu Yesus berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Aku berkata kepadamu, apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana sesungguhnya tidak satu batupun di sini akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.
13 Abib (malam)
Setelah pada siang hari Yesus mengajar di Bait Allah, pada malam hari Ia keluar dan bermalam di gunung yang bernama Bukit Zaitun.
Khotbah di atas Bukit Zaitun
Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, berhadapan dengan Bait Allah, datanglah murid-murid-Nya—Petrus, Yakobus, Yohanes dan Andreas—bertanya dan bercakap-cakap sendirian kepada-Nya: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia? Apakah tandanya, kalau semuanya itu akan sampai kepada kesudahannya.
- Maka mulailah
Yesus mengajar mereka (dalam bahasa Inggris, rangkaian pengajaran ini
disebut Olivet Discourse; ="Pengajaran di bukit Zaitun")
- Permulaan penderitaan.
- Siksaan yang berat, runtuhnya Yerusalem dan Mesias-mesias palsu.
- Kedatangan Anak Manusia; Perumpamaan tentang pohon ara.
- Nasihat supaya berjaga-jaga.
- Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat.
- Perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh.
- Perumpamaan tentang talenta.
- Penghakiman terakhir.
Pemberitahuan terakhir tentang penderitaan Yesus
Setelah Yesus selesai dengan segala pengajaran-Nya itu, berkatalah Ia kepada murid-murid-Nya: "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan.
13 Abib (pagi)
Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi, yaitu tanggal 15 Abib. Dan pagi-pagi semua orang banyak datang kepada-Nya di dalam Bait Allah untuk mendengarkan Dia.
Rencana untuk membunuh Yesus
Pada waktu itu berkumpullah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi di istana Imam Besar yang bernama Kayafas. Imam-imam kepala dan ahli-ahli itu Taurat mencari jalan dan merundingkan suatu rencana untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat. Tetapi mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat.
Maka masuklah Iblis ke dalam Yudas, yang bernama Iskariot, seorang dari kedua belas murid itu. Lalu pergilah Yudas kepada imam-imam kepala dan kepala-kepala pengawal Bait Allah dan berunding dengan mereka, bagaimana ia dapat menyerahkan Yesus kepada mereka. Yudas berkata: "Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?" Mereka sangat gembira dan bermupakat untuk memberikan sejumlah uang kepadanya. Mereka membayar 30 uang perak kepadanya. Yudas Iskariot menyetujuinya, dan mulai dari waktu itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus kepada mereka tanpa setahu orang banyak. Injil Matius dan Markus menghubungkan pengkhianatan Yudas ini dengan ketidaksenangannya atas teguran Yesus, sewaktu murid-murid mengecam Maria yang mengurapi Yesus dengan minyak narwastu yang mahal.Injil Yohanes mencatat bahwa peristiwa pengurapan ini terjadi pada tanggal 10 Abib malam di rumah Simon si kusta di Betania.
14 Abib (malam) Persiapan
Perjamuan Malam
Maka tibalah hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah, sebelum hari raya Paskah mulai. Datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: "Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan." Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Perjamuan Malam Terakhir
Setelah
hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu.Ketika itu Yesus membasuh kaki para murid-Nya, menetapkan Perjamuan Kudus dan memberikan Amanat Perpisahan, sebelum pergi ke taman Getsemani.
Yesus ditangkap
Sesudah Yudas pergi, Yesus memulai pengajarannya, tetapi tidak terus di tempat itu. Yesus dan murid-murid-Nya menyanyikan nyanyian pujian, kemudian pergi ke Bukit Zaitun, sementara terus memberikan pengajaran.
Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Tempat itu bernama Getsemani dan di sana Yesus berdoa. Di tempat itu Yesus ditangkap oleh serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, yang diantar oleh Yudas Iskariot.
Yesus
diadili di depan Hanas dan Kayafas
Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Besar.Setelah menanyai sambil menyiksa, maka Hanas mengirim Dia terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu.
Petrus
menyangkal Yesus
Pada waktu itulah Simon Petrus menyangkali Yesus tiga kali.
14 Abib (pagi)
Yesus diadili
di depan Sanhedrin
Setelah hari siang (fajar menyingsing) berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke Mahkamah Agama mereka (Sanhedrin) dan sudah bulat mupakatnya mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu, mereka membelenggu Yesus, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pontius Pilatus, wali negeri Provinsi Iudaea, karena mereka tidak diperbolehkan membunuh seseorang tanpa melalui pengadilan Romawi.
Penyesalan Yudas
Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang 30 perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah." Sesudah berunding mereka membeli dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing. Itulah sebabnya tanah itu sampai pada hari ini disebut Tanah Darah. Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia: "Mereka menerima tiga puluh uang perak, yaitu harga yang ditetapkan untuk seorang menurut penilaian yang berlaku di antara orang Israel, dan mereka memberikan uang itu untuk tanah tukang periuk, seperti yang dipesankan Tuhan kepadaku.
Yesus
diadili di depan Pontius Pilatus dan Herodes
Mereka membawa Yesus dari rumah Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah (yaitu sore hari itu juga). Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati, yaitu bukan dirajam dengan batu sebagaimana adat Yahudi, melainkan disalibkan sesuai hukum Romawi. Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran. Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini." Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu seorang Galilea. Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem.
Herodes sangat girang melihat Yesus, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun. Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus.
Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, dan berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.
Telah menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak. Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?" Tetapi mereka berteriak bersama-sama: "Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Yesus disalibkan
Setelah dijatuhi hukuman mati, serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya dan berlutut menyembah-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu daripada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya.Kemudian para serdadu Romawi menggiring Yesus, disuruh memikul kayu salib-Nya sambil berjalan, keluar dari benteng Antonia ke tempat penyaliban-Nya. Dalam perjalanan, mereka berjumpa dengan seorang dari Kirene yang baru datang dari luar kota bernama Simon. Markus mengenal orang ini sebagai ayah Aleksander dan Rufus. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib Yesus pada bahunya.
Yesus digantungkan pada kayu salib dengan dipaku kedua tangan-Nya. Ia mulai digantung di salib sejak sekitar pukul 9 pagi. Pada pukul 12 siang sampai pukul 3 sore kegelapan melanda daerah itu.
14 Abib (sore)
Yesus mati
Kematian Yesus terjadi setelah jam 3 sore dan sebelum jam 6 malam. Pada saat yang sama, domba Paskah disembelih di Bait Suci. Ketika Yesus mati, Injil mencatat bahwa tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dan terjadilah gempa bumi. Datanglah prajurit-prajurit untuk mematahkan kaki orang-orang yang disalib, supaya cepat mati dan mayat-mayat dapat diturunkan. Hal ini atas permintaan orang-orang Yahudi kepada Pilatus, berhubung hari itu hari persiapan sebelum Paskah Yahudi. Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.
Yesus dikuburkan
Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Majelis Besar (Sanhedrin) yang terkemuka, kaya,dan sembunyi-sembunyi menjadi murid Yesus, mengambil inisiatif meminta Gubernur Pontius Pilatus untuk menyerahkan mayat Yesus kepadanya supaya dikuburkan. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati. Sesudah didengarnya keterangan kepala pasukan, ia berkenan memberikan mayat itu kepada Yusuf
Setelah
mendapat izin dari Pilatus, Yusuf pergi memberi kain lenan yang putih bersih,
kemudian menurunkan mayat Yesus dari kayu salib.
Juga Nikodemus, datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu
malam kepada Yesus.
Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati
beratnya.
Yusuf dan Nikodemus mengapani mayat Yesus dengan kain lenan dan membubuhinya dengan
rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.
Dekat
tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu
kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang, milik Yusuf dari
Arimatea, yang digalinya di dalam bukit batu Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi dan sabat hampir mulai, sedang kubur itu tidak jauh
letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ Kemudian digulingkan sebuah batu besar ke pintu kubur itu,. Maka setelah pintu kubur ditutup, orang-orang segera pergi untuk mengikuti
aturan hukum sabat, yaitu tidak boleh bekerja lagi atau berjalan jauh,
dan terutama mereka juga mempersiapkan diri makan malam untuk merayakan Paskah Yahudi.
15 Abib (pagi)
Pagi harinya sesudah hari persiapan, yaitu Hari Pertama Perayaan Roti Tidak Beragi, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah 3 hari Aku akan bangkit. Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ke-3; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya daripada yang pertama." Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." Tiga hari ini berarti tanggal 15-17 penanggalan Romawi yang berakhir pada tanggal 17 malam (menjelang tanggal 18 pagi). Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
16 Abib (pagi)
Setelah lewat hari Sabat Agung (hari Paskah Yahudi), Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah dan minyak mur untuk nantinya dibawa pergi ke kubur guna meminyaki Yesus
17 Abib
Pada hari Sabat orang-orang beristirahat menurut hukum Taurat.
18 Abib (malam)
Pada malam itu terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. Dan penjaga-penjaga kubur itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.
18 Abib (pagi)
Kubur Yesus didapati kosong
Setelah
hari-hari Sabat (bahasa Yunani asli dalam bentuk jamak) lewat, menjelang
menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain (menurut Markus, Maria
ibu Yakobus),
menengok kubur itu.
Injil Yohanes mencatat bahwa Maria Magdalena berangkat
terlebih dahulu ketika hari masih gelap,
sedangkan yang lain, menurut Injil Markus, berangkat setelah matahari terbit.
Yesus menampakkan diri
- Kepada perempuan-perempuan yang datang ke kubur (tanpa Maria Magdalena) ketika mereka berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus.
- Kepada Maria Magdalena.
- Kepada Simon Petrus.
18 Abib (sore)
Yesus menampakkan diri
- Kepada dua orang murid yang berjalan ke Emaus.
- Kepada para murid (tanpa Yudas Iskariot dan Tomas).
- Bagian Alkitab yang berkaitan: Matius 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28; Markus 11, 12, 13, 14, 15, 16; Lukas 19, 20, 21, 22, 23, 24; Yohanes 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
- Brown, Raymond E. An Introduction
to the New Testament Doubleday 1997 ISBN
0-385-24767-2
- Brown, Raymond E. et al. The New
Jerome Biblical Commentary Prentice Hall 1990 ISBN
0-13-614934-0
- Kilgallen, John J. A Brief
Commentary on the Gospel of Mark Paulist Press 1989 ISBN
0-8091-3059-9
- Miller, Robert J. Editor The
Complete Gospels Polebridge Press 1994 ISBN
0-06-065587-9
Penderitaan
di Taman Getsemani
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penderitaan di Taman Getsemani merujuk kepada peristiwa pergumulan atau pergulatan batin dalam
kehidupan Yesus,
sebagaimana tercatat dalam Perjanjian
Baru, antara Amanat
Perpisahan pada saat Perjamuan Terakhir dan penangkapan
Yesus.
Catatan
Alkitab
Lihat
pula: Lukas 22:43-44
Menurut
keempat Injil, setelah Perjamuan Terakhir, Yesus pergi ke luar rumah untuk berdoa.
Masing-masing Injil menyajikan laporan dengan detail naratif yang sedikit berbeda.
Injil Matius dan Markus
mengidentifikasikan tempat berdoa tersebut sebagai Getsemani.
Yesus ditemani oleh Rasul Petrus,
Yohanes, dan Yakobus,
yang Ia minta untuk tetap berjaga dan berdoa. Yesus kemudian berpindah
"kira-kira sepelempar batu jaraknya" dari mereka; Ia merasa sangat
sedih dan menderita, serta mengatakan, "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang
Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." Dan beberapa saat
kemudian Yesus berkata, "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu,
kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" (Matius 26:42). Ia mengucapkan doa ini tiga kali, menghampiri ketiga rasul antara
setiap doa tersebut dan menemukan mereka sedang tertidur. Ia berkomentar,
"roh memang penurut, tetapi daging lemah." Seorang malaikat datang
dari surga untuk menguatkan-Nya. Selama bergumul dengan penderitaan selagi
Yesus berdoa, "peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan
ke tanah" (Lukas 22:44).
Injil Matius Matius 26:30, 36-46
Injil Markus Markus 14:26, 32-42
Injil Lukas Lukas 22:39-46
Injil Yohanes Yohanes 18:1-2
18:1 Setelah Yesus mengatakan semuanya itu keluarlah Ia dari situ bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. 18:2 Yudas, yang mengkhianati Yesus, tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.
Tradisi
Dalam tradisi Katolik Roma, Penderitaan di Taman Getsemani merupakan Peristiwa Sedih pertama dalam Doa Rosario dan Perhentian/Stasi Pertama dalam Jalan Salib menurut Kitab Suci. Tradisi Katolik mencakup berbagai devosi dan doa khusus sebagai tindakan reparasi bagi penderitaan Yesus selama Penderitaan dan Sengsara-Nya. Tindakan Reparasi kepada Yesus Kristus ini tidak meliputi suatu permohonan bagi mereka yang masih hidup atau telah meninggal dunia, tetapi tujuannya adalah perbaikan atas dosa-dosa terhadap Yesus. Beberapa doa semacam itu terdapat dalam buku doa Katolik Raccolta (disetujui melalui sebuah dekret pada tahun 1854, dan dipublikasikan oleh Takhta Suci pada tahun 1898) yang juga memuat doa-doa sebagai Tindakan Reparasi kepada Perawan Maria.
Dalam ensiklik Miserentissimus Redemptor mengenai reparasi atau pemulihan, Paus Pius XI menyampaikan bahwa Tindakan Reparasi kepada Yesus Kristus adalah suatu kewajiban bagi umat Katolik dan menyebutnya sebagai "semacam kompensasi yang harus diberikan bagi luka" sehubungan dengan penderitaan yang dialami Yesus.
Tradisi Katolik meyakini bahwa peluh atau keringat darah Yesus bermakna harfiah, bukan kiasan.
Jam Suci
Dalam
tradisi Katolik, Matius 26:40 merupakan dasar dari devosi Jam Suci
untuk adorasi Ekaristi. Dalam Injil Matius, Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya, "Hati-Ku
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku." (Matius 26:38) Yesus kembali kepada para murid setelah berdoa, namun Ia menemukan
mereka tertidur dan dalam Matius 26:40 Yesus bertanya kepada Petrus:
"Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Tradisi terkait devosi Jam Suci dapat ditelusuri kembali ke tahun 1673 ketika Santa Margareta Maria Alacoque menyatakan bahwa ia mendapat suatu visi tentang Yesus. Menurutnya, dalam visiun tersebut ia diperintahkan untuk meluangkan waktu satu jam setiap Kamis malam untuk merenungkan penderitaan Yesus di Taman Getsemani.
”Di Taman Getsemani“
{Matius 26:36-46; Markus 14:32-42; Lukas 22:39-46}
Ketiga injil ini berkisah tentang
hal yang sama yaitu perjalanan Yesus selama Beliau hidup yang dimulai dari
kelahiran-Nya sampai kepada kenaikannya ke sorga. Salah satu kisah yang
diceritakan adalah ketika Tuhan Yesus pergi ke taman Getsemani untuk berdoa
sebelum Beliau ditangkap. Tuhan Yesus mengajak murid-murid-Nya ke bukit Zaitun
(dan sepertinya ini merupakan tempat favorit-Nya bersama murid-murid-Nya untuk
berdoa) kemudian meneruskan perjalan ke taman Getsemani bersama Petrus dan
kedua anak Zebedeus (Yakobus dan Yohanes).
Kemenangan Tuhan Yesus untuk
menyelamatkan umat manusia bukan diawali di kayu salib meskipun itu merupakan
karya sentral penyelamatan-Nya bagi manusia. Sebenarnya kemenangan pertama
Tuhan Yesus adalah kemenangan mengalahkan kedagingan-Nya, hal ini terjadi
ketika Beliau mulai berdoa di taman Getsemani. Sebelum memasuki taman itu Tuhan
Yesus sempat curhat kepada ketiga murid-Nya(Petrus, Yakobus dan Yohanes)
seperti yang tertulis dalam:
Matius 26:38 “Hatiku
sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah disini dan
berjaga-jagalah dengan aku.”
Perkataan ini juga memperlihatkan sisi kemanusiaan
dari Tuhan Yesus, kesedihan yang mendalam dirasakan oleh Beliau menyadari
siksaan yang sebentar lagi akan dirasakan-Nya. Jika kita bisa membuat
pengandaian kemungkinan hal yang membuat Dia sedih adalah apakah hal ini akan
Beliau teruskan atau tidak, karena jika tidak dilakukan kehidupan-Nya akan
aman-aman saja tetapi jika dilakukan umat percaya dari seluruh dunia (jika
karya penyelamatan tersebut berhasil) akan dibebaskan dari kutuk dosa yang
sudah ada sejak Adam dan Hawa memakan buah terlarang.
Ketakutan Beliau semakin jelas nampak dalam doa-Nya di
Markus 14:36: “Ya Abba, ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-mu, ambillah
cawan ini dari pada-Ku, tetapi janganlah apa yang aku kehendaki, melainkan apa
yang Engkau kehendaki.”
Bahkan Beliau berdoa hingga tiga kali di taman itu,
sesuatu yang memperlihatkan kegetiran hati-Nya menunggu cawan yang akan
diminum-Nya.Ketika Beliau selesai berdoa yang pertama seusai Lukas 22:43 ada
malaikat yang datang memberikan kekuatan kepada Yesus bahkan di ayat 44
dikatakan bahwa ketika Yesus berdoa semakin bersungguh-sungguh Yesus
mengeluarkan peluh yang menetes seperti titik-titik darah yang jatuh ke tanah.
Kenyataan ini seperti “buah simalakama” bagi Yesus,
mementingkan diri-Nya sendirikah atau menyelamatkan semua orang percaya di
segala Zaman. Bisa sajakan jika mau Yesus pergi dari tempat itu dan bersembunyi
karena otomatis Beliau sudah mempunyai vision/gambaran mengenai kapan dan
dimana serta bagaimana Yesus akan disalibkan. Namun Yesus tidak memilih jalan
itu, Beliau tidak mencoba mencari keuntungan bagi diri-Nya sendiri.
Kepasrahan-Nya mulai tersirat dalam doa-Nya yang kedua di taman Getsemani
seperti yang tertulis dalam:
Matius 26:42: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak
mungkin lalu, kecuali apabila aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!” dan doa
yang sama ini pulalah yang didoakan-Nya ketika Beliau berdoa untuk ketiga
kalinya di taman Getsemani malam itu. Dan apa pesan Yesus kepada
murid-murid-Nya termasuk semua orang percaya sebelum Beliau ditangkap?
Hal ini sudah tersirat dalam Markus 14:38
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya
kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang penurut tetapi daging lemah.”
dan Tuhan Yesus sudah memberikan contoh
bagaimana mengalahkan kedagingan dan menyelaraskannya dengan roh ketika Beliau
berdoa di taman Getsemani.
THE
PASSION OF CHRIST : PERGUMULAN YESUS DI TAMAN GETSEMANI (Sebuah Perenungan
Untuk Anda) (Matius 26:36-46)
Melalui
perenungan kali ini, marilah kita mengenang kembali tentang kisah dimana Yesus
Kristus Tuhan kita, sedang dalam pergumulanNya sebelum Ia menghadapi Salib.
Kita perlu menyegarkan kembali ingatan kita untuk lebih memahami makna apa yang
ada dalam pergumulanNya, sehingga melalui pemahaman itu, iman percaya kita
semakin diteguhkan.
Kisah
pergumulan dan penderitaan Yesus Kristus di mulai ketika Ia memasuki kota
Yerusalem. Di kota itulah, berbagai peristiwa terjadi begitu cepat, di mana
kedatanganNya disambut dan dielu-elukan orang banyak, namun pada akhirnya Ia pun
harus menghadapi penolakan dan bahkan rencana pembunuhan terhadap diriNya.
Yesus tahu bahwa saatNya telah tiba, dan Ia harus mempersiapkan segalanya,
terutama bagi murid-muridNya.
Alkitab
mencatat kisah perjalanan akhir Yesus Kristus dengan amat teliti. Setelah
Perjamuan Malam Terakhir di mana Yesus memberitahukan tentang kematianNya dan
sekaligus juga menguatkan iman murid-muridNya, maka Ia kermudian mengajak tiga
orang muridnya, yakni Petrus, Yohanes dan Yakobus menuju Taman Getsemani.
Di dalam
kota Yerusalem samasekali tidak ada taman, baik dalam ukuran apa pun, sebab
sebuah kota yang dibangun di atas bukit tak punya ruangan bagi tempat-tempat
terbuka. Setiap inci dalam kota sangat berarti untuk bangunan. Kota itu sangat
padat dan di sana berlaku hukum yang aneh, yaitu bahwa tanah kudus di kota itu
tidak boleh dikotori dengan pupuk untuk taman. Maka, yang ada adalah
warga kota yang kaya mempunyai taman-taman pribadi di lereng Bukit Zaitun. Di
sana mereka biasanya beristirahat. Kata Getsemani artinya sangat
mungkin gentong zaitun atau alat pemeras zaitun, dan tidak
diragukan lagi bahwa itu memang sebuah taman penuh dengan pokok zaitun yang
boleh dimasuki Yesus dengan sah.
Yesus
pasti memiliki sahabat kaya yang memberiNya hak khusus untuk menggunakan taman
itu pada malam hari, dan di sanalah Yesus menjalani perjuangan batinNya seorang
diri. Sungguh mengherankan, tetapi indah untuk mengenang kawan-kawan tanpa nama
yang mendukung di sekitar Yesus pada hari-hari terakhirNya. Ada orang yang
memberiNya keledai untuk ditunggangi ketika memasuki Yerusalem. Ada orang yang
memberiNya ruangan atas rumahnya untuk mengadakan Perjamuan Malam Terakhir, dan
sekarang ada orang yang memberiNya hak untuk memasuki taman di Bukit Zaitun. Di
tengah gurun kebencian, ternyata masih ada pula oasis cinta kasih.
Di dalam
taman itu, Ia mengajak tiga orang muridNya yang pernah bersamaNya di Bukit
Transfigurasi, dan di sini Ia berdoa. Lebih dari itu, Ia bergumul dalam
doa. Ketika kita melihat dengan penuh hormat dan kagum pada pergumulan jiwa
Yesus di Taman Getsemani ini, kita menangkap empat hal yang pasti.
1. MELIHAT PENDERITAAN YESUS
Yesus
merasa pasti sekarang bahwa kematian sudah ada di depan mata. Desah nafas
kematian itu ada padaNya. Dalam keberadaanNya sebagai manusia, tentu saja Ia
tidak ingin mati. Tidak seorang pun ingin mati dalam usia muda, apalagi mati
dalam penderitaan salib. Ia baru berusia 33 tahun, dan tak ada seorang pun yang
mau mati di awal tahun-tahun terbaik dalam hidupnya. Baru sedikit yang telah Ia
lakukan, dan dunia sedang menunggu untuk diselamatkan. Ia tahu persis seperti
apa penyaliban itu dan Ia merasa ngeri juga.
Di sini
Yesus bergumul dengan hebat untuk menundukkan kehendakNya pada kehendak Allah.
Tidak seorang pun dapat membaca kisah ini tanpa melihat realita yang intens
dalam pergumulan itu. Ini bukan permainan sandiwara. Ini adalah pergumulan yang
hasilnya mungkin menang, mungkin kalah. Keselamatan dunia ini dipertaruhkan di
Taman Getsemani ini, sebab saat itu Yesus bisa saja berbalik dan rencana Allah
gagal sama sekali. Pada saat ini yang Yesus tahu adalah bahwa Ia harus maju
terus dan di depan sana terdapat salib. Ia harus memaksa diriNya untuk
melangkah terus – sama seperti yang sering harus kita lakukan. (Lukas 22:42-44)
Ia berada
dalam kesengsaraan; kata Yunani yang dipakai di sini adalah mengenai seseorang
yang melakukan perjuangan dengan ketakutan yang luar biasa. Tidak ada
pertunjukan yang seperti ini di dalam segala sejarah. Ini suatu titik balik
yang sangat hebat di dalam kehidupan Yesus. Ia sebenarnya dapat saja berbalik.
Ia dapat saja menolak salib itu. Keselamatan dunia berada dalam neraca ketika
Anak Allah itu, harfiah, sedang berkeringat laksana darah yang menetes ke bumi
di Taman Getsemani; dan Ia menang !
Dengan
segala penghormatan, dapat kita katakan bahwa di sini kita melihat Yesus sedang
mempelajari suatu pelajaran yang harus dipelajari setiap orang pula suatu saat
kelak, yaknibagaimana menerima apa yang tidak Ia mengerti. Yang Ia tahu
adalah kehendak Allah memanggilNya dengan wibawa penuh. Yesus tahu pasti bahwa
ini adalah kehendak Allah dan bahwa Ia harus menghadapi semuanya itu. Yesus
juga harus membuat spekulasi iman yang luar biasa. Ia harus menerima apa
yang Ia sendiri tidak mampu memahami – sama seperti kita juga sering diperhadapkan
dengan keadaan yang demikian.
Peristiwa-peristiwa
yang tidak kita pahami terjadi pada setiap orang di antara kita dalam dunia
ini. Pada saat itulah iman diuji hingga pada batas paling akhir dan pada saat
itulah keindahannya tampak bagi jiwa, sehingga di Getsemani, Yesus menempuhnya
pula. Tertullianus, pernah berkata, “Tiada seorang pun yang belum pernah
dicobai dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Artinya, setiap orang mempunyai
“Taman Getsemani” pribadinya dan setiap orang harus belajar berkata, “Jadilah kehendakMu.”
Apabila
seseorang berkata, “KehendakMu jadilah”, maka akan terdapat berbagai-bagai
perbedaan dalam nada suara.
1.
Ia dapat
mengatakan itu dalam nada tanpa pengharapan yang menundukkan diri, seperti
seorang yang berada dalam kekuasaan yang dihadapannya sedangkan ia tidak
berdaya untuk menyerangnya. Kata-kata itu dapat merupakan bunyi lonceng
kematian pengharapan.
2.
Ia dapat
mengatakan hal itu sebagai seseorang yang dipukul KO masuk dalam kekalahan.
Kata-kata itu dapat berupa pengakuan akan kekalahan total.
3.
Ia dapat
mengatakan itu dengan tekanan mempercayakan diri sepenuhnya. Demikianlah Yesus
mengatakannya. Ia berkata-kata kepada seseorang yang adalah Bapa. Ia
berkata-kata kepada Allah dengan tanganNya yang kekal mendukung, dan tentang
Dia, bahkan sampai di kayu salib sekalipun. Ia menaklukkan diri kepada
kasih yang tidak akan pernah membiarkan Ia pergi.
Itulah
jalan yang ditempuh oleh Yesus pada waktu itu. Ia pergi ke Taman Getsemani pada
waktu malam dalam kegelapan. Ia keluar dari sana dalam terang sebab Ia telah
berkata-kata dengan Allah. Ia pergi ke Taman Getsemani dalam kesengsaraan, Ia
keluar dengan kemenangan, dan ketenangan di dalam jiwaNya sebab Ia telah
berkata-kata dengan Allah.
Tugas yang
paling berat dari kehidupan adalah menerima apa yang tidak dapat kita pahami,
tetapi kita dapat melakukannya kalau kita merasa cukup yakin akan kasih Allah.
Yesus berkata-kata seperti itu, dan apabila kita dapat berkata-kata seperti
itu, maka kita akan dapat menengadah dan mengatakannya dalam kepercayaan yang penuh, “KehendakMu
jadilah.”
2.
MELIHAT
KESENDIRIAN YESUS.
Ia membawa
tiga murid pilihanNya, namun mereka begitu letihnya sehingga mereka tidak dapat
berjaga, dan Yesus harus bertempur sendirian. Hal ini juga berlaku bagi setiap
orang. Ada hal-hal yang harus dihadapi sendiri oleh setiap orang dan ada
keputusan-keputusan yang harus diambil dalam kesendirian jiwanya. Ketika Yesus
pergi ke Taman Getsemani, ada dua hal yang tentu saja Ia inginkan. Ia
menginginkan persekutuan dengan manusia dan Ia menginginkan persekutuan
dengan Allah.
Dalam masa
sulit, kita ingin agar ada orang lain bersama dengan kita. Kita mungkin tidak
meminta orang tersebut melakukan sesuatu untuk kita. Bahkan kita mungkin tidak
ingin bercakap-cakap dengannya ataupun meminta dia bercakap-cakap dengan kita.
Yesus seperti itu. Memang aneh bahwa orang-orang yang tidak lama sebelumnya
telah menegaskan bahwa mereka rela mati bagiNya, kini tidak bisa berjaga
bagiNya walau pun hanya untuk satu jam. Akan tetapi tak ada seorang pun yang
dapat menyalahkan mereka karena rasa terkejut dan ketegangan telah menguras
kekuatan dan daya tahan mereka. Ada saat-saat ketika para penolong lain
gagal dan semua penghiburan lenyap, tetapi dalam kesendirian itu Dia hadir di
tengah-tengah kita, karena di Taman Getsemani, Yesus telah mengalami dan
melaluinya.
3.
MELIHAT
KEPERCAYAAN YESUS.
Kepercayaan
ini kita lihat lebih jelas di dalam kesaksian Markus, di mana Yesus memulai
doaNya, “Ya, Abba, ya Bapa” (Markus 14:36). Dalam kata Abba ini
terdapat suatu dunia yang indah yang tersembunyi bagi telinga orang Barat,
kecuali kita mengenal fakta-fakta tentang itu.
Joachim
Jeremias dalam bukunya, "The Parables of Jesus", menulis : “Pemakaian
kata 'abba' oleh Yesus untuk memanggil Allah sungguh tidak tertandingi
dalam seluruh literatur Yahudi. Penjelasan untuk fakta ini dapat ditemukan
dalam pernyataan bapa-bapa gereja, bahwa abba (sama
dengan jaba yang masih dipakai hingga sekarang dalam bahasa Arab)
adalah kata yang dipakai oleh seorang anak kecil untuk menyapa ayahnya. Kata itu
merupakan suatu kata sehari-hari dalam keluarga, yang tak seorang pun berani
memakainya untuk menyapa Allah. Namun, Yesus memakainya. Ia berbicara kepada
BapaNya di sorga seperti anak kecil penuh kepercayaan dan keintiman, seperti
seorang anak kecil kepada ayahnya.”
Kita tahu
bagaimana anak-anak berbicara dan apa sebutan mereka kepada kita sebagai ayah.
Inilah cara yang dipakai Yesus untuk berbicara kepada Allah. Walau pun Ia tidak
sepenuhnya mengerti, sekalipun keyakinanNya ialah Allah mendesakNya pergi
menuju salib. Ia memanggil Abba,seperti anak kecil. Sungguh, inilah
kepercayaan, suatu kepercayaan yang harus kita miliki kepada Allah yang telah
diperkenalkan Yesus kepada kita sebagai Bapa.
Yesus
tunduk kepada kehendak Allah. Satu kata “Abba” itulah yang mernjadikan
segalanya lain. Yesus tidak tunduk kepada suatu Allah yang mempermainkan
manusia, tidak tunduk kepada suatu Allah yang merupakan suatu hakim yang kejam.
Allah tidak seperti itu. Bahkan pada saat yang mengerikan ini, ketika Ia
membuat tuntutan yang menakutkan, Ia adalah Bapa.
Ketika
Richard Cameron dibunuh, kepala dan tangannya dipotong lalu dibawa ke
Edinburgh. Ayahnya sedang berada di penjara. Lalu lawan-lawannya membawa
potongan-potongan badan anaknya tadi kepadanya. Itu sengaja mereka lakukan
untuk menambah kesedihan dan kedukaan yang memang sudah ada sebelumnya. Mereka
bertanya kepadanya kalau ia mengenal potongan kepala dan tangan yang mereka
bawa. Ia mengambil kepala dan potongan tangan tersebut, lalu menciumnya dan
berkata, “Saya mengenalnya – Saya mengenalnya. Ini adalah kepala dan tangan
anakku, anak yang kukasihi. Begitulah Tuhan itu. Kebaikan adalah kehendak
Tuhan, yang tak dapat berbuat salah kepadaku maupun kepada anakku, tetapi yang
telah membuat kebaikan dan kemurahan mengikuti kami seumur hidup kami.”
Jika kita
dapat menyapa Allah dengan Bapa, segala sesuatu dalam hidup ini dapat kita
tanggung. Kadang-kadang kita bisa saja tidak mengerti, tetapi kita akan selalu
yakin bahwa “Tangan Bapa tidak akan pernah menyebabkan anakNya menangis
percuma.” Itulah yang diketahui Yesus. Karena itulah Ia bisa menghadapinya
– dan hal itu pun dapat terjadi pada diri kita.
4.
MELIHAT
KEBERANIAN YESUS.
Kita harus
memperhatikan, bagaimana perikop ini berakhir. Pengkhianat dan kelompoknya
sudah datang. Apa reaksi Yesus? Ia tidak lari meskipun sebetulnya pada malam
seperti itu Ia bisa saja melarikan diri. ReaksiNya adalah menghadapi mereka.
Sampai pada akhirnya Ia tidak menyingkir dan juga tidak mundur.
Yesus
berkata, “Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.”
Celsius, seorang filsuf kafir yang menyerang Kekristenan, memakai kalimat ini
sebagai suatu argumen bahwa Yesus berusaha melarikan diri. Yang benar adalah
kebalikannya. Ia berkata, “Bangunlah. Waktu untuk berdoa, dan saat untuk berada
di dalam taman sudah lewat. Sekarang adalah waktu untuk bertindak. Mari kita
menghadapi hidup dalam keadaan yang paling pahit dan orang-orang dalam keadaan
yang paling jahat.”
Yesus
bangkit dari lututNya untuk terjun ke dalam pertempuran kehidupan. Inilah
perlunya doa. Dalam doa, orang berlutut di hadapan Allah, supaya ia dapat
berdiri tegak di hadapan manusia. Dalam doa, orang memasuki sorga, agar ia
dapat menghadapi pertempuran di dunia.
Biarlah
setiap orang Kristen senantiasa mengingat akan penderitaan dan pengorbanan
Yesus Kristus, untuk menebus dosa-dosa kita. Biarlah setiap orang Kristen
menyadari sepenuhnya bahwa ada harga yang harus dibayar untuk membalas kasihNya
yang begitu besar pada kita.
Kiranya
perenungan kali ini membawa kita semakin dekat dengan Allah di dalam Yesus
Kristus, Tuhan kita, yang telah memberikan teladan yang hidup bagi kita semua
untuk kita jalankan dalam hidup dan kehidupan kita sehari-hari.
Kisah
di Taman Getsemani
Dari kisah
di Taman Getsmani, Yesus memanjatkan doa-Nya dengan hati yang pilu, “Abba,
Bapa, segala sesuatu adalah mungkin bagi-Mu; singkirkan cawan ini daripada-Ku;
namun, bukan kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi.”
Dalam
suasana yang penuh penderitaan ini, Kristus berjuang dalam memutuskan apa yang
menjadi kehendak Bapa-Nya. Kita diajak untuk merenungkan lebih mendalam tentang
pengalaman Yesus dari Nasaret, tentang Bapa dan tentang diri kita sendiri.
Siapakah
di antara kita yang belum pernah mengalami berada dalam situasi di mana segala
sesuatu tampaknya serba tidak mungkin? Ketika peristiwa yang tidak bisa
dihindari sekonyong-konyong terjadi dengan begitu dahsyat?
Siapakah
di antara kita yang belum pernah berdoa kepada Bapa dengan mengucapkan,
“Singkirkan cawan ini daripadaku”?
Pengalaman
yang paling mencekam adalah ketika berada dalam situasi sulit yang kehadirannya
sungguh tidak terelakkan. Rasanya seolah kita akan teregut nyawa kala keretaapi
semakin dekat menerjang. Ketercenungan ketika menerima diagonase yang
menakutkan dari dari dokter. Atau ketika diPHKkan dari pekerjaan. Kala sahabat
terdekat meninggal dengan tiba-tiba. Ketika putus hubungan. Kita seolah berkata
kepada diri sendiri, “Bagaimana mungkin hal ini terjadi.”
Lebih
buruk daripada itu, situasi mencekam itu lalu berakibat panik, yang pada
akhirnya membuat kita semakin sulit memahami “kehendak” Allah. Pada saat itulah
kita rasanya tidak mampu dekat dengan Allah. Hanya kepanikan dan rasa takut
saja yang rasanya rasional dalam benak kita.
Kala
ayahku didiagnosa menderita kanker yang akan merenggut hidupnya. Ketika saya
diberitahu bahwa perawatan hanya barangkali memperpanjang hidupnya beberapa
bulan saja. Seolah saya tidak dapat mempercayainya. Dalam benakku saya menolak
“jangan, jangan, jangan,” sebab bukan hal semacam itu yang kuinginkan terjadi.
Setiap orang (dewasa), tentu bisa memahami perasaan semacam ini.
Belum lama
ini, ketika seorang sahabatku mendengar bahwa ayahnya menderita kanker yang
tidak bisa disembuhkan dengan operasi, dia benar-benar merasa terpukul. “Saya
tidak tahu bagaimana semuanya ini bermula,” demikian pengakuannya kepadaku.
Bahkan
ketika dikonfrontasikan dengan situasi-situasi yang tidak mempengaruhi soal
hidup-mati, kita kadang berdoa, “Singkirkan cawan ini daripadaku.” Penderitaan
menahun juga dapat memukul kita misalnya ketika terkena penyakit katastropik,
dan karenanya dapat menguji iman kita.
Ketika
kita berada di tengah himpitan pekerjaan berat tanpa tahu persis kapan
berakhir. Atau ketika kita merawat seseorang yang menderita penyakit kronik,
dan kita tidak tahu sampai kapan kita bisa bertahan. Atau kala kita menerima
hasil diagnosa medis yang meskipun tergolong kecil tetapi akan mengubah
kebiasaan hidup.
Di
saat-saat inilah kita seolah ingin berdoa, “Singkirkan cawan ini daripadaku.”
Sekali lagi, rasa takut akan memperburuk keadaan yang membuat diri semakin
tidak mampu membuat keputusan yang baik. Panik dapat melumpuhkan diri kita
untuk bisa berpikir sehat atau berdoa.
Lalu
bagaimana kita mengatasinya? Salah satu caranya yaitu merenungkan peristiwa
Yesus di taman. Dia tidak menghindar dari kebenaran nyata yang sedang
dihadapi-Nya. Dia tidak meremehkan rasa pilu diri-Nya dan juga pilu para
murid-Nya. Seandainya saja kamu mengelak untuk berterus terang dengan sahabat
atau mereka yang kau cintai kala timbul kegamangan di hatimu, cobalah amati apa
yang dikatakan Yesus kepada para rasul di taman Getsmani: “Hati-Ku sangat
sedih, seperti mau mati rasanya.” Jelaslah perkataan ini bukan dari seorang
yang sedang menyembunyikan perasaannya.
Yesus
barangkali mengungkapkan seperti apa yang tertulis dalam Mazmur 42: “Sementara
jiwaku gundah gulana.” Atau bisa jadi Dia sedang memikirkan kutipan dari Kitab
Sirakh yang mengungkapkan perasaan dari seorang yang dikhianati: “Betapa
sedihnya seperti hendak mati ketika seorang sahabat yang baik membalik menjadi
musuh?”
Dalam
tulisan tentang Kematian Mesias, seorang ahli Perjanjian Baru, Raymond Brown
berpendapat bahwa seandainya Yesus mempunyai intuisi para sahabat-Nya menjadi
penghianat dan mereka saling tercerai berai sesudah kematian-Nya, tentu hal ini
membuat-Nya sangat prihatin. Tidak hanya karena ketakutan diri-Nya ditahan,
namun juga keprihatinan mereka yang berbalik menjadi penghianat. Inilah yang
membuat Yesus sangat sedih. Selanjutnya Brown menuliskan, semuanya ini
membuat-Nya hendak mati.
Para Rasul
bisa jadi juga tercekam ketika mendengar penyataan Sang Guru. Mereka pun
menemukan dirinya sangat menderita. Bayangkan apa yang terjadi dalam diri
mereka ketika mengetahui Yesus sangat dirudung kesedihan yang mendalam.
Mengungkapkan
perasaan di kala mencekam tidaklah menandakan kelemahan diri tetapi sangat
manusiawi dan sungguh rendah hati. Bahkan sikap ini mendekatkan para sahabat
dan mereka yang mencintaimu. Di saat awal masa pelayanan-Nya, di tepi Sungai
Yordan, Yesus memilih untuk antri, dengan sabar menunggu giliran untuk
dibaptis, sekalipun diri-Nya bebas dari dosa dan tidak perlu dibasuh dari dosa.
Di Taman
Getsmani, Yesus mengalami emosi manusiawi yang lengkap. Dia menyatakan kepada
para Rasul dalam cara manusiawi. Bagi kita, mengungkapkan kesedihan dan
ketakutan berarti membiarkan diri melepaskan kehendak untuk mengontrol. Hal ini
juga berarti mengajak orang lain mencintai kita.
Yesus
merasa butuh berdoa hingga tiga kali di Taman Getsemani sebelum akhirnya Dia
memperoleh kedamaian hati. Kiranya kita terlalu cepat untuk berdoa “Hendaknya
kehendak-Mu saja yang terjadi dan bukan kehendakku” sebelum kita memberi waktu
secukupnya untuk mencecap perasaan dan mengungkapkannya kepada Allah. Atau kita
merasa bersalah untuk memohon apa yang kita inginkan, atau harapkan agar
terbebaskan dari sesuatu karena merasa doa-doa semacam itu hanya mengeluh
melulu. Namun sesungguhnya pengungkapan sejujurnya gejolak emosi yang memilukan
hati merupakan suatu proses wajar sebagaimana dialami oleh Yesus sendiri.
Yesus
tidak mengakhiri doa-Nya hanya dengan meratapi perasaan-Nya saja. Dia
mengakhirinya dengan mempercayakan kepada Allah, yaitu dengan menerima kehendak
Bapa-Nya, bahkan di kala gundah dan kelam. Lalu “bagaimana sikap saya
sebaiknya?” Hendaknya kita menjalin relasi yang mendalam dengan Abba.
Ajakan
untuk menyerahkan diri, menerima piala kita, menerima sepenuhnya penderitaan
yang tak tertanggungkan dan berani melangkah ke jalan pengorbanan, terjadi
dalam konteks relasi dengan Allah.
Kita
percaya bahwa Allah akan selalu menyertai kita dalam pekerjaan dan dalam
penderitaan kita. Kita tidak lagi mudah menggertakkan gigi, mengepalkan tinju,
maju sendiri tanpa merasa perlu bantuan.
Ada orang
lain yang mendampingi kita, membantu kita. Gambaran lain yang sering dijumpai
dalam Injil, yaitu bahwa ada orang lain bersama seperahu dengan kita, bersama
mendayung, sekalipun kita tidak menyadarinya.
Penderitaan
adalah sesuatu yang sulit untuk dipahami. Barangkali sulit untuk dimengerti
Yesus. Tentu saja sulit dipahami bagi para murid-Nya.
Sekalipun
demikian mereka akan memahami sepenuhnya dalam tiga hari.
Cuplikan
terjemahan karya Fr. James Martin SJ dalam buku berjudul “Jesus” yang baru saja
terbit bulan lalu oleh Pak Fadjar Budhijanto.
MENGAPA YESUS BERDOA?
Dalam
Alkitab ada banyak ayat yang mencatat bahwa Tuhan Yesus berdoa. Karena itu
sebagai seorang umat Kristiani yang telah banyak membaca Alkitab dan
mendengarkan khotbah, pernahkah terlintas dalam pikiran kita pertanyaan
"Sesungguhnya Yesus itu Tuhan atau bukan?" Jika Yesus itu Tuhan,
mengapa Ia masih perlu berdoa dan kepada siapakah Dia berdoa?
Ini
adalah pertanyaan yang cukup sulit dijawab. Bagi mereka yang percaya akan
Trinitas (Allah Tri Tunggal), pertanyaan tersebut mungkin tidak terlalu menjadi
masalah. Mereka akan mengatakan bahwa Yesus berdoa kepada Bapa-Nya yang ada di
surga. Sebab, menurut pandangan Trinitas, Yesus dan Bapa adalah dua pribadi
yang menyatu dalam satu Allah. Dengan demikian Yesus bukanlah Allah, melainkan
Anak Allah. Dalam menjelaskan tentang Allah, pribadi Bapa dan pribadi Anak ini
seringkali dipisahkan. Namun bagi kita yang percaya kepada Allah Yang Tunggal,
bagaimana menjelaskan masalah ini?
Sesungguhnya,
Yesus Kristus adalah Tuhan Allah Yang Maha Esa itu sendiri, sebab Yesus pernah
bersabda: "Aku dan Bapa adalah satu" (Yoh.
10:30). Jangankan kita yang hidup di zaman ini (hampir 2000 tahun setelah Yesus
meninggalkan dunia), kedua belas rasul yang dipilih Tuhan Yesus sendiri, yang
siang malam bersama-sama dengan Yesus dan telah melihat sekian banyak mujizat yang
dilakukan Yesus pun, beranggapan bahwa Yesus dan Allah Bapa adalah dua pribadi
yang terpisah. Anggapan ini mereka simpulkan dari kenyataan bahwa Yesus sering
berdoa. Kalau bukan kepada Allah Bapa, kepada siapa lagi Yesus berdoa? Selain
itu dalam pengajaran-Nya, Tuhan Yesus sering menjelaskan pribadi Bapa dan Anak
secara terpisah.
Setelah
mengalami kebuntuan dan kebingungan dalam memahami hal ini, akhirnya mereka
meminta agar Yesus menghadirkan Bapa ke dunia, agar mereka dapat melihat dan
mengenal Bapa secara langsung. Namun apa jawab Yesus kepada mereka? "Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku.
Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia… Barangsiapa telah
melihat Aku, ia telah melihat Bapa… Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam
Aku" (Yoh. 14:7-10). Berdasarkan penegasan Yesus ini, kita dapat
menarik kesimpulan bahwa Bapa dan Anak adalah pribadi yang sama, hanya saja
memiliki peran dan berkarya di zaman yang berbeda.
Peran
Bapa adalah sebagai Pencipta, dan berkarya di zaman Perjanjian Lama. Sedangkan
Anak berperan sebagai Juruselamat dan berkarya di zaman Perjanjian Baru. Bapa
tidak dapat berperan sebagai Juruselamat sebab untuk menyelamatkan manusia dari
dosa dibutuhkan darah. Tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan (Ibr.
9:22). Sedangkan Bapa, dalam keilahian-Nya sebagai Roh (Yoh. 4:24), tidak
memiliki darah. Maka peran-Nya diambil alih oleh Anak, yang memiliki darah
karena dilahirkan oleh seorang perawan (Maria). Melalui darah Yesus, yang
sesungguhnya adalah darah Allah sendiri, Allah telah melakukan karya
penyelamatan atas dunia ini. Yesus adalah Allah dan Firman yang menjelma
sebagai manusia, lahir ke dunia (Yoh. 1:1-14; 1Tim. 3:16; Yes. 9:5-6) dan
disalibkan demi menyelamatkan seluruh umat manusia (Flp. 2:5-8).
Jika
demikian halnya, mengapa Yesus masih perlu berdoa? Bukankah Dia adalah Allah
dan kepada siapakah Dia berdoa? Ada dua alasan utama mengapa Yesus berdoa.
1) Untuk mendapatkan
kekuatan Yesus Kristus,
sekalipun Dia adalah Allah yang menjadi manusia, karena memiliki darah dan
daging, Dia juga adalah manusia yang seutuhnya, sama seperti kita. Sebagai
manusia, Dia harus ikut dan takluk di bawah hukum alam. Dengan demikian Yesus
memiliki hari lahir, usia-Nya bisa bertambah, bisa merasa lapar dan haus, bisa
merasa lelah, bisa sedih, bisa menangis, bisa merasa takut, dll. (Mat. 2:1-15;
26:37-38; Mrk. 6:30-32; Yoh. 11:33-35). Karena itu dalam keadaan-Nya sebagai
manusia biasa, Yesus juga perlu berdoa untuk mendapatkan sumber kekuatan dari
atas (Luk. 24:49; Ibr. 4:14-15; 5:7).
2) Untuk memberikan contoh
kepada murid-murid-Nya. Dalam
Perjanjian Lama, jika seseorang ingin berhubungan dengan Allah atau berdoa
kepada-Nya untuk memohon pengampunan atau meminta petunjuk, ia harus diwakili
oleh seorang imam atau nabi sebagai perantara (Yer. 15:1). Dengan sendirinya
umat Israel secara pribadi tidak pandai berdoa. Sedangkan dalam Perjanjian
Baru, setiap orang dapat berdoa secara pribadi kepada Allah, tidak perlu
diwakili lagi. Jalan langsung kepada Allah ini terbuka seiring dengan
terbelahnya tabir yang memisahkan tempat kudus dan tempat mahakudus dalam Bait
Allah (Mat. 27:51; Ibr. 10:19-22). Melalui kematian-Nya di kayu salib, Yesus
telah meruntuhkan jurang pemisah dan jurang permusuhan antara Allah dengan
manusia. Dia hadir sebagai Jurudamai antara manusia yang berdosa dengan Allah.
Dengan demikian semua orang boleh melihat ke dalam tempat mahakudus dan masuk
ke sana tanpa rasa takut akan menghadapi murka Allah.
3) Jadi para rasul, sebagai orang-orang yang
hidup dalam masa peralihan dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru, belum bisa
berdoa dan belum tahu manfaat doa bagi diri mereka pribadi. Salah satu contoh
yang paling nyata adalah peristiwa di Taman Getsemani. Malam itu adalah malam
terakhir Yesus di dunia ini, adalah malam yang sangat genting karena iblis
bekerja secara luar biasa untuk menyalibkan Yesus dan meruntuhkan iman para
rasul. Menghadapi situasi demikian, Yesus berdoa dengan tekun. Namun apa yang
dilakukan oleh murid-murid-Nya? Mereka semua, termasuk Petrus yang sedang
terancam dipakai iblis untuk menyangkal Yesus (Mat. 26:40,41,43; Luk.
22:31-34), tidur!
4) Dapat dibayangkan betapa sulitnya bagi
murid-murid untuk dapat memahami apa manfaat doa dan bagaimana cara berdoa yang
dikenan Allah jika Yesus, sewaktu hidup di dunia dan tinggal bersama-sama
dengan murid-murid-Nya, jarang berdoa. Jadi berdoa adalah tindakan yang
dilakukan-Nya sebagai Guru untuk memberikan contoh kepada murid-murid-Nya. "Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu" (Yoh.
13:15). Salah satu bukti bahwa para rasul belum pandai berdoa adalah, mereka
pernah meminta agar Yesus mengajar mereka berdoa sebagaimana Yohanes Pembaptis
mengajar murid-muridnya (Luk. 11:1-4). Sebagai jawaban dari permohonan mereka
itulah Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami.
PENGAJARAN DOA DI TAMAN GETSEMANI Setelah kita tahu mengapa Yesus berdoa,
sekarang kita akan melihat beberapa pengajaran yang dapat kita teladani dari
salah satu doa Tuhan Yesus yang paling penting, yaitu doa di Taman Getsemani.
Mencari rekan doa yang tepat (ay. 37) Murid-murid yang mengikuti Yesus ke Taman
Getsemani pada saat itu kemungkinan besar berjumlah 11 orang. Dapat dipastikan
bahwa Yudas Iskariot tidak ikut, karena saat itu ia sedang membawa orang-orang
untuk menangkap Yesus (ay. 47). Sesampainya di sana, Yesus menyuruh murid-murid
duduk. Ia lalu mengajak Petrus, Yakobus, dan Yohanes memisahkan diri agak jauh
untuk berdoa. Mungkin kita akan bertanya, mengapa Yesus bertindak tidak adil
dan hanya mengajak tiga orang murid untuk berdoa bersama-Nya? Mengapa Yesus
seakan-akan mengistimewakan ketiga murid ini?
Melalui
peristiwa ini, Yesus ingin mengungkapkan rahasia kekuatan doa dalam kelompok
kecil, yang sangat besar kuasanya bila dijalankan secara tepat (Kel. 17:10-13).
Namun ada satu syarat utama yang harus dipenuhi, yaitu adanya kesatuan hati
dari orang-orang yang terlibat dalam kelompok doa tersebut. Mereka harus dapat
terlibat secara erat untuk mencapai kesatuan perasaan dan emosi. Itulah
sebabnya mengapa Tuhan Yesus hanya memilih Petrus, Yakobus, dan Yohanes, karena
di antara kedua belas rasul, tiga orang inilah yang paling dekat dan paling
memahami hati dan pikiran Kristus. Ketiga murid ini sering disebut sebagai
murid kesayangan Yesus.
Dalam
kehidupan kita sehari-hari, anggota keluarga kita, terutama suami atau istri, adalah
orang-orang yang paling cocok terlibat dalam doa kelompok kecil, sebab mereka
adalah orang-orang yang paling dekat dengan kita sehingga lebih mudah menjalin
kesatuan hati dan emosi (Mat. 18:19-20).
Berdoa dengan rendah hati (ay. 39). Sikap doa Yesus pada waktu itu bukan hanya
berlutut, Ia bahkan mengambil posisi bersujud. Dalam Markus 14:35 dikatakan
bahwa Yesus berdoa dengan merebahkan diri ke tanah; artinya Ia berada dalam
sikap bersujud sampai muka-Nya mencium tanah (bandingkan: 1Raj. 18:42). Sikap
tubuh yang ditampakkan ini mencerminkan sikap yang ada dalam hati, yaitu rendah
hati.
Kerendahan
hati adalah penentu apakah doa seseorang dikabulkan atau tidak. Allah sangat
menentang orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati (1Ptr.
5:5-6). Maka hanya doa orang yang rendah hatilah yang didengar oleh Allah,
seperti diungkapkan dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang doa orang Farisi yang
sombong dan pemungut cukai yang rendah hati yang mengakui segala kesalahan dan
kelemahannya (Luk. 18:9-14).
Ada
satu pepatah yang sangat bagus tentang doa: "Jika engkau
turun tangan maka Allah akan angkat tangan, tetapi jika engkau angkat tangan
maka Allah yang akan turun tangan." Artinya, jika kita turun
tangan, berarti kita masih mengandalkan kekuatan dan kemampuan kita sendiri
dalam menyelesaikan setiap masalah dan kesulitan. Kita merasa bahwa kita kuat
dan tidak memerlukan bantuan Allah. Pada saat itu Allah akan angkat tangan,
membiarkan kita menghadapi berbagai masalah sendirian. Ketika pada akhirnya
kita mengalami jalan buntu dan menyerah, kita mengangkat tangan, mengakui bahwa
kita lemah, serta mulai belajar berdoa (1Tim. 2:8), saat itulah Allah akan
mengulurkan tangan-Nya untuk menolong kita (Yes. 59:1-3).
Berdoa dengan tekun (ay. 39,42,44) Maka Ia maju sedikit, lalu
sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin,
biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki." ... Lalu Ia pergi untuk kedua
kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin
lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" ... Ia
membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan
mengucapkan doa yang itu juga.
Dari
ketiga ayat di atas kita dapat menarik satu kesimpulan bahwa isi dan sasaran
doa Yesus pada saat itu hanya satu, yaitu memohon agar Allah menjauhkan cawan
pahit itu (siksaan, cambuk, dan salib yang akan dihadapi keesokan harinya)
dari-Nya. Atau setidak-tidaknya Allah memberikan kekuatan agar Ia dapat
menghadapi dan menanggung siksaan yang dahsyat itu. Memang Yesus adalah Allah,
Dia bisa saja membuat diri-Nya tidak merasakan sakit sedikit pun. Namun demi
menebus dosa manusia, Dia harus menanggung setiap rasa sakit yang mendera tubuh
manusia-Nya. Ini sungguh terlalu ngeri untuk dibayangkan.
Yesus
tiga kali berdoa memohonkan hal yang sama. Ini menunjukkan ketekunan. Maka kita
pun patut memanjatkan doa dengan tekun dan tidak jemu-jemu. Bahkan tentang
ketekunan doa ini pun Yesus pernah menyampaikan suatu perumpamaan (Luk.
18:1-8). Ada seorang janda yang memohon kepada seorang hakim yang lalim.
Meskipun hakim itu berulang kali menolak untuk membela kasusnya, tanpa kenal
putus asa ia datang dan datang lagi kepada hakim itu. Akhirnya sang hakim
kewalahan menghadapi kegigihan janda yang memperjuangkan haknya itu dan
mengabulkan keinginannya.
Ketekunan
dalam berdoa adalah wujud nyata dari iman. Seringkali doa yang kita panjatkan
tidak langsung dikabulkan oleh Allah, karena Allahlah yang memegang kendali
waktu. Jika sudah tiba waktunya, Allah pasti segera menjawab kita (Pkh. 3:1,11;
Yoh. 7:6; Yes. 49:8). Paulus, seorang rasul besar yang sangat dekat dengan
Yesus, dua kali berdoa agar Allah menyingkirkan masalah yang disebutnya
"duri dalam daging" tanpa memperoleh jawaban. Baru pada doanya yang
ketiga, Allah memberitahukan mengapa Ia tidak mengabulkan permintaannya (2Kor.
12:7-10). Dan untuk membuat hujan turun dari langit setelah tiga tahun enam
bulan kemarau, Nabi Elia membutuhkan tujuh kali doa (Yak. 5:17-18; 1Raj.
18:41-45).
Masalah
yang besar menuntut ketekunan doa yang lebih besar pula. Sebagai contoh
sederhana: penyakit ringan seperti sakit kepala atau flu, dapat dengan mudah
disingkirkan dengan satu-dua tablet obat murahan. Tetapi kita tidak mungkin
mengharapkan satu-dua tablet obat murahan akan dapat menyembuhkan penyakit
berat seperti kanker. Kalau kita gantikan obat dengan doa, maka perbandingannya
adalah sebagai berikut: untuk penyakit ringan seperti sakit kepala atau flu,
mungkin dua jam doa sudah dapat menggerakkan hati Allah untuk memberikan
kesembuhan. Namun untuk penyakit berat seperti kanker, mungkin dibutuhkan dua
ribu jam doa. Di sini kita bukan mengecilkan kuasa Allah yang mahadahsyat.
Allah sanggup menyembuhkan segala penyakit, ringan maupun berat, dalam sekejap,
sama seperti Ia sanggup dan telah membangkitkan orang mati. Ini hanyalah
gambaran umum tentang perlunya berdoa dengan tekun dan tidak putus asa.
Satu-dua kali berdoa tanpa memperoleh jawaban bukan berarti doa kita tidak akan
dikabulkan oleh Allah. Kecuali, keinginan kita itu tidak sesuai dengan kehendak
Allah (Yak. 4:2-3).
Berdoa sesuai dengan kehendak Allah. Kembali kepada ketiga ayat di atas (39,42,44),
isi doa Yesus mewakili dua kepentingan dan dua keinginan. Yang pertama: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu
dari pada-Ku" mewakili keinginan jasmaniah Yesus sebagai manusia
agar Ia tidak perlu mengalami penderitaan mahadahsyat yang Ia tahu sudah
menanti-Nya esok hari, dicaci maki, dipukul, diludahi, dicambuk, dipakaikan
mahkota duri, dipaksa memikul salib, dan akhirnya disalibkan. Yang kedua: "Tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti
yang Engkau kehendaki" mewakili kehendak Allah, yaitu agar Yesus
disalibkan sebagai jalan penebusan dosa bagi seluruh umat manusia. Sebab untuk
tujuan itulah Yesus datang dan diutus ke dunia. Dari pertentangan kedua macam
kehendak itu, Yesus memilih untuk mengesampingkan kehendak pribadi-Nya. Sebagai
Anak, Ia takluk dan taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa, walau apa pun yang
terjadi atas diri-Nya. "Dan dalam keadaan sebagai
manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib" (Flp. 2:6-11).
Melalui
doa-Nya ini Tuhan Yesus ingin mengajarkan bahwa suatu doa akan dikabulkan
apabila sesuai dengan kehendak Allah. Namun hal ini seringkali dilupakan atau
tidak dipahami oleh banyak umat Kristen. Banyak yang menganggap bahwa asalkan
berdoa dengan iman, apa pun yang didoakan, harus dan pasti dijawab oleh Allah.
Maka ketika Allah tidak juga menjawab, mereka pun menjadi kecewa dan kehilangan
iman kepada Allah. Manusia dalam kehidupannya memang akan senantiasa menghadapi
pertentangan dua kepentingan ini. Dan tentang hal itu, Tuhan Yesus, ketika berdoa
di Taman Getsemani, mengingatkan Petrus: "Roh memang
penurut, tetapi daging lemah" (Mat. 26:41).
Keinginan
daging (Gal. 5:19-21) dan keinginan roh (Gal. 5:22-26) adalah dua keinginan
yang selalu bertentangan dan berjuang untuk menguasai seluruh kehidupan
manusia. Sangatlah penting bagi setiap pendoa untuk selalu menginstrospeksi
diri, apakah doa yang dipanjatkan sesuai dengan kehendak Allah atau tidak,
apakah tujuan doa itu semata-mata untuk memuaskan keinginan daging atau tidak. "Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau
kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa,
sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa
nafsumu" (Yak. 4:2-3).
Pengadilan
Yesus
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pengadilan
terhadap Yesus dilakukan pada
tanggal 14 Nisan, yaitu hari pertama Hari Raya Roti Tak
Beragi dalam Paskah Yahudi. Kitab-kitab Injil melaporkan ada dua proses pengadilan yang
berbeda terhadap Yesus yaitu (1) pengadilan Yahudi;
dan (2) pengadilan Romawi.
Pengadilan
Yahudi
Tercatat
ada 3 kali pengadilan berdasarkan hukum Yahudi,
yaitu di hadapan para pemimpin Yahudi:
1. Di hadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas
2. Di hadapan Imam Besar Kayafas.
3. Di hadapan Mahkamah Agama Sanhedrin
Di hadapan Hanas, mertua Imam Besar Kayafas
- Maka pasukan
prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi
itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia. Lalu mereka membawa-Nya mula-mula
kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu
menjadi Imam Besar, dan Kayafaslah yang telah menasihatkan orang-orang
Yahudi: "Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh
bangsa."(Yohanes 18:12-13)
- Rupanya
Hanas saat itu sudah berada di rumah (istana) Imam Besar.(Matius 26:58; Markus 14:54; Lukas 22:54) Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan
tua-tua.(Matius 26:57; Markus 14:53)
- Simon Petrus
dan seorang murid lain mengikuti Yesus dari jauh. Murid itu mengenal Imam
Besar dan ia masuk bersama-sama dengan Yesus ke halaman istana Imam Besar,
tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang
mengenal Imam Besar, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan
penjaga pintu lalu membawa Petrus masuk ke halaman Imam Besar. Sementara
itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang,
sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ. Juga
Petrus berdiri (dan kemudian duduk) berdiang bersama-sama dengan mereka
dekat api, untuk melihat kesudahan perkara itu. Pada waktu itulah Petrus
menyangkal Yesus
tiga kali. (Matius 26:58; Markus 14:54; Lukas 22:55; Yohanes 18:15-18)
- Maka
mulailah Imam Besar Hanas menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan
tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus
terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait
Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara
sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang
telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa
yang telah Kukatakan." Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga
yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah
jawab-Mu kepada Imam Besar?" Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau
kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu
benar, mengapakah engkau menampar Aku?" Maka Hanas mengirim Dia
terbelenggu kepada Kayafas, Imam Besar itu. (Yohanes 18:19-24)
Di hadapan Imam Besar Kayafas
- Di rumah
Kayafas, Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian
terhadap Yesus supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak
memperolehnya. Walaupun tampil banyak saksi dusta, kesaksian-kesaksian itu
tidak sesuai yang satu dengan yang lain. Akhirnya tampillah 2 orang, yang
mengatakan: "Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan
merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan
Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia." Dalam hal
inipun kesaksian mereka tidak sesuai yang satu dengan yang lain. (Matius 26:57-61; Markus 14:53-59)
- Lalu Imam
Besar Kayafas bangkit berdiri di tengah-tengah sidang dan bertanya kepada
Yesus, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan
saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tetap diam dan tidak
menjawab apa-apa. Imam Besar itu bertanya kepada-Nya sekali lagi, katanya:
"Apakah Engkau Mesias, Anak dari Yang Terpuji?" Jawab Yesus:
"Engkau telah mengatakannya. Akulah Dia. Akan tetapi, Aku berkata
kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah
kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." Maka
Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat
Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar
hujat-Nya terhadap Allah. Bagaimana pendapat kamu?" Lalu dengan suara
bulat mereka memutuskan dan berkata: "Ia harus dihukum mati!" (Matius 26:62-66; Markus 14:60-64)
- Lalu
orang-orang yang menahan Yesus mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya,
meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain menutupi muka-Nya dan
memukul Dia, dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias,
siapakah yang memukul Engkau?" dan "Hai nabi, cobalah
terka!" Dan banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya. Malah
para pengawalpun memukul Dia.(Matius 26:67-68; Markus 14:65; Lukas 22:63-66)
Di hadapan Mahkamah Agama (Sanhedrin)
- Dan saat
fajar mulai merekah, berkumpullah sidang para tua-tua bangsa Yahudi dan
imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu mereka menghadapkan Dia ke
Mahkamah Agama mereka, katanya: "Jikalau Engkau adalah Mesias,
katakanlah kepada kami." Jawab Yesus: "Sekalipun Aku mengatakannya
kepada kamu, namun kamu tidak akan percaya; dan sekalipun Aku bertanya
sesuatu kepada kamu, namun kamu tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak
Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa." Kata
mereka semua: "Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?" Jawab
Yesus: "Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah." Lalu
kata mereka: "Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita ini telah
mendengarnya dari mulut-Nya sendiri."(Lukas 22:66-71) Semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi
mengambil keputusan untuk membunuh Yesus.(Matius 27:1)
- Menurut
hukum Yahudi, Yesus dituduh melakukan pelanggaran agama, karena mengaku sebagai "Anak Allah",
berarti menyamakan diri-Nya dengan Allah dan ini merupakan penghujatan
yang harus dihukum mati. Di bawah pemerintahan Romawi, pengadilan Yahudi
tidak berhak menjatuhkan hukuman mati. Oleh sebab itu, mereka melimpahkan
kasus ini kepada pengadilan Romawi, supaya hukuman mati dapat dijalankan.
Pengadilan
Romawi
Yesus mengalami 3 proses pengadilan
menurut hukum Romawi
1. Dilakukan di hadapan gubernur Roma, Pontius Pilatus, di mana Yesus dituduh melakukan pelanggaran politik. Pilatus tidak menemukan kesalahan.
2. Setelah mendapati bahwa Yesus berasal dari Galilea, Pilatus mengirimkan Yesus kepada raja Herodes yang memerintah daerah Galilea. Herodes tidak mendapati kesalahan pada Yesus, lalu mengirimkan-Nya kembali kepada Pilatus lagi.
3. Terakhir kali Pilatus mengadili Yesus di atas kursi pengadilan resmi (bahasa Yunani: Litostrotos; bahasa Ibrani: Gabata) dan menjatuhkan hukuman mati dengan disalibkan.
Di hadapan Pontius Pilatus pertama kali
- Semua imam
kepala dan tua-tua bangsa Yahudi bersama ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah
Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Dia, lalu membawa Yesus
dari Kayafas ke gedung pengadilan dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali
negeri itu. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke
gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak
makan Paskah.(Matius 27:1-2; Markus 15:1; Lukas 23:1; Yohanes 18:28)
- Sebab itu
Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu
terhadap orang ini?" Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan
seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" Kata Pilatus
kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum
Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak
diperbolehkan membunuh seseorang." Demikian hendaknya supaya genaplah
firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia
akan mati (Yohanes 18:28-32), karena cara Yahudi menghukum mati seseorang adalah dengan melempari
dengan batu sampai mati, sedangkan cara Romawi menghukum mati adalah
dengan menyalibkan.
- Lalu
imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Mereka berkata:
"Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami,
dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia
mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja." (Markus 15:3; Lukas 23:2)
- Maka
kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan
bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab
Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau
adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" Kata
Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam
kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau
perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika
Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku
jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari
sini." Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah
raja?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri yang mengatakannya, bahwa
Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke
dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap
orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kata
Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?"(Matius 27:11; Markus 15:2; Lukas 23:3; Yohanes 18:33-38)
- Atas tuduhan
yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi
jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi
jawab? Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini
terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga
wali negeri itu sangat heran.(Matius 27:13-14; Markus 15:4-5)
- Keluarlah
Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada imam-imam
kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan
apapun pada orang ini."(Lukas 23:4; Yohanes 18:38)
- Tetapi
mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan
ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke
sini." Ketika Pilatus mendengar itu ia bertanya, apakah orang itu
seorang Galilea. Dan ketika ia tahu, bahwa Yesus seorang dari wilayah
Herodes, ia mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga
di Yerusalem.(Lukas 23:5-7)
Di hadapan Herodes (Antipas)
Ketika Herodes melihat Yesus, ia sangat girang. Sebab sudah
lama ia ingin melihat-Nya, karena ia sering mendengar tentang Dia, lagipula ia
mengharapkan melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan
banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawaban apapun.
Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan dan
melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat terhadap Dia. Maka mulailah Herodes dan
pasukannya menista dan mengolok-olokkan Dia, ia mengenakan jubah kebesaran
kepada-Nya lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. Dan pada hari itu juga
bersahabatlah Herodes dan Pilatus; sebelum itu mereka bermusuhan.(Lukas 23:8-12)
Di hadapan Pontius Pilatus terakhir kali
Lalu
Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin serta rakyat, dan
berkata kepada mereka: "Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai
seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah
memeriksa-Nya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak
ada yang kudapati pada-Nya. Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia
kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukan-Nya
yang setimpal dengan hukuman mati.Jadi aku akan menghajar Dia, lalu
melepaskan-Nya." (Lukas 23:13-16)
- Telah
menjadi kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman
bagi mereka pada tiap-tiap hari raya itu atas pilihan orang banyak.(Matius 27:15; Markus 15:6; Lukas 23:17; Yohanes 18:39) Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus
berkata: "Pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan
seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi
bagimu? Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau
Yesus, yang disebut Kristus?" (Matius 27:17; Markus 15:10)
- Pilatus
memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.(Matius 27:18; Markus 27:16)
- Ketika
Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan
kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab
karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."(Matius 27:19)
- Tetapi
imam-imam kepala menghasut orang banyak untuk meminta supaya Barabaslah
yang dibebaskannya bagi mereka. Mereka berteriak bersama-sama:
"Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!" Mereka
berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Yesus Barabas ini,
seorang penyamun, dimasukkan ke dalam penjara bersama beberapa orang
pemberontak lainnya, berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah
terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. Wali negeri menjawab dan
berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu
kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas."(Matius 27:20-21; Markus 15:11; Lukas 23:18-19; Yohanes 18:40)
- Sekali lagi
Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin
melepaskan Yesus: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan
Yesus, yang disebut Kristus?"(Matius 27:22; Markus 15:12; Lukas 23:20)
- Tetapi
mereka berteriak membalasnya, mereka semua berseru: "Ia harus
disalibkan! Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!"(Matius 27:22; Markus 15:13; Lukas 23:21)
- Kata Pilatus
untuk ketiga kalinya kepada mereka: "Kejahatan apa yang sebenarnya
telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati
pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia,
lalu melepaskan-Nya."(Matius 27:23; Markus 15:14; Lukas 23:22)
- Lalu Pilatus
mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka
memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata:
"Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa
Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan
apapun pada-Nya." (Yohanes 19:1-4)
- Lalu Yesus
keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada
mereka: "Lihatlah manusia itu!" (bahasa Yunani: Ecce homo)
Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah
mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada
mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati
kesalahan apapun pada-Nya." Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya:
"Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia
menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." Ketika Pilatus mendengar
perkataan itu bertambah takutlah ia, lalu ia masuk pula ke dalam gedung
pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?"
Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus kepada-Nya:
"Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa
aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan
Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun
terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab
itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
Pilatus terus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi
berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat
Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan
Kaisar." Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa
Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama
Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari persiapan
Paskah, kira-kira jam 12 hitungan waktu ala Yahudi (hitungan waktu
ala Romawi: pukul 6 pagi) --(Yohanes 19:14). Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu:
"Inilah rajamu!" Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia!
Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka:
"Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala:
"Kami tidak mempunyai raja selain daripada Kaisar!" (Yohanes 19:5-15)
- Ketika
Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul
kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak
dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan
kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah
darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" (Matius 27:24-25)
- Dengan
berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Ia disalibkan, dan akhirnya
mereka menang dengan teriak mereka. Lalu Pilatus memutuskan, supaya
tuntutan mereka dikabulkan. Dan ia melepaskan Barabas, orang yang
dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai
dengan tuntutan mereka, (Matius 27:26; Markus 15:15; Lukas 23:23-25)
- Tetapi Yesus
diserahkannya kepada mereka untuk disesah, diperlakukan semau-maunya dan
disalibkan. (Matius 27:26; Markus 15:15; Lukas 23:25; Yohanes 19:16)
- Bagian Alkitab yang berkaitan: Matius 26, Matius 27, Markus 14, Markus 15, Lukas 22, Lukas 23, Yohanes 18
Pontius
Pilatus
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pontius
Pilatus (bahasa Yunani: Πόντιος Πιλᾶτος, Pontios Pīlātos) adalah Prefek
(atau gubernur) ke-5 dari Provinsi Iudaea Kekaisaran Romawi, menjabat tahun 26–36 M, pada zaman kaisar Tiberius. Dialah yang mewakili pemerintah Romawi di Yerusalem
untuk mengadili Yesus Kristus
yang ditangkap di Taman Getsemani.
Setelah menyelidiki perkara Yesus, Pilatus mengakui bahwa ia tidak menemukan
kesalahan apapun padanya. Namun Pilatus tidak mampu untuk membebaskan Yesus
begitu saja, bahkan sebaliknya ia tunduk pada keinginan massa untuk menyalibkan Yesus.
Pangkat Pilatus
Pangkat Pilatus ketika menjabat sebagai gubernur Provinsi Iudaea tercetak dalam prasasti bahasa Latin sebagai "Prefek",tepat seperti yang dicatat dalam Injil Lukas, sementara sejarawan Tacitus yang menulis pada tahun 116 M menyebutnya sebagai "Prokurator", istilah yang sebetulnya baru dipakai sejak tahun 44, bertahun-tahun kemudian setelah Pontius Pilatus digantikan. Flavius Yosefus menyebutnya dengan istilah bahasa Yunani umum ηγεμων atau gubernur. Van Voorst u berpendapat bahwa penggunaan istilah yang berbeda dapat dimengerti karena datang dari saksi-saksi yang menulis dalam bahasa berbeda pada masa yang berbeda pula.
Referensi
1.
Britannica Online: Pontius Pilate
2.
http://www.livius.org/jo-jz/judaea/judaea.htm
3.
Lihat diskusi pada livius.org
4.
Tacitus, Annals 15.44, translated by Church and Brodribb.
5.
Robert E. Van Voorst, Jesus Outside the New
Testament: An Introduction to the Ancient Evidence, Wm. B. Eerdmans, 2000.
p 39-53.
References
Istri
Pontius Pilatus
Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Santa Claudia Procula |
Ikon Santa
Claudia Procles |
Istri
Gubernur Yudea |
Istri Pontius Pilatus (bahasa Yunani: Πιλᾶτος (Pilatus), γυνὴ αὐτοῦ (istrinya); bahasa Latin: uxor Pilati; hidup
sekitar abad ke-1) adalah tokoh
tak bernama dalam Perjanjian Baru, dimana ia muncul dalam sebuah ayat tunggal
dari Injil Matius. Dalam tradisi Kristen kemudian, ia dikenal
sebagai Santa Procula (juga disebut Proculla atau Procla),
Santa Claudia, Claudia Procles atau Claudia Procula. Legenda dan
kesusastraan Kristen mengambil anekdot besar tentang istri Pilatus dalam PB.
Catatan
dalam Injil Matius
Dalam Perjanjian Baru, satu-satunya rujukan kepada istri Pilatus
muncul dalam sebuah kalimat tunggal Matius 27:19, ia mengirim sebuah pesan kepada suaminya yang memintanya agar tidak
mencelakai Yesus Kristus. Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim
pesan kepadanya: "Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab
karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam."
Pilatus tidak menggubris peringatan
istrinya.
Legenda,
tradisi dan teologi Kristen
Istri Pilatus disebut dalam apokrifa Injil Nikodemus (diyakini ditulis sekitar pertengahan abad ke-4, meskipun disebutkan oleh Yustinus Martir),yang memberikan versi lebih mendalam dari bagian mimpi tersebut ketimbang Matius.Ia mula-mula disebut sebagai Claudia pada 1619, dalam kronik Pseudo-Dexter. Dalam tradisi Kristen berikutnya, ia dikenal sebagai Claudia Procula.
Pada abad ke-3, Origen menyatakan dalam Homili-homili tentang Matius bahwa istri Pilatus telah jadi orang Kristen,setidaknya saat Allah mengirim mimpi yg disebutkan Matius, ia telah jadi orang percaya. Penafsiran ini terpecah oleh beberapa teolog Zaman Kuno dan Abad Pertengahan. Para teolog yang menentangnya menyatakan mimpi tersebut dikirim oleh Setan dalam upaya menghalangi keselamatan yg akan datang dari kematian Yesus.
Santa
Procula diangkat menjadi santa dalam dua gereja tradisi Kristen Timur: Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Ortodoks Ethiopia. Dalam Gereja Ortodoks Timur, ia dirayakan pada 27 Oktober. Gereja Ortodoks Ethiopia merayakan Pilatus dan Procula secara bersamaan pada 25 Juni.
DARI GETSEMANE KE GOLGOTA
BalasHapusKata Gethsemane muncul pada Injil Matius dan Markus berbahasa Yunani sebagai Γεθσημανἱ (Gethsēmani). Kata ini berasal dari Assyria ܓܕܣܡ (Gaṯ-Šmāne), yang artinya “alat pemeras (penghasil) minyak”. Matius 26:32 dan Markus 14:32 menyebutnya χωρἰον (kho-ree'-on) atau “tempat”. Injil Yohanes 18:1 mengatakan Yesus memasuki sebuah “taman” κῆπος (kēpos) bersama dengan murid-muridnya.
BalasHapusHematidrosis
BalasHapusGetsemani
BalasHapusTulisan di Injil Lukas bahwa ketika Yesus berdoa di taman Getsemani beberapa saat menjelang penangkapan yang berlanjut dengan hukuman penyaliban mengalami hematidrosis:[2]
BalasHapusPenangkapan Yesus merupakan suatu peristiwa dramatik yang dicatat dalam kitab-kitab Injil. Setelah penangkapan ini, Yesus Kristus kemudian diadili dan akhirnya dihukum mati dengan disalibkan. Yesus ditangkap di taman Getsemani, tidak berapa lama setelah makan perjamuan terakhir Paskah dengan murid-murid-Nya. Penangkapan ini terjadi di malam hari atau menjelang dini hari, pada tanggal 14 bulan Nisan, yaitu hari pertama Hari Raya Roti Tak Beragi (Paskah Yahudi)
BalasHapusDi taman Getsemani Yesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.[14] Tempat itu bernama Getsemani.[15]
BalasHapusPenangkapan Yesus merupakan suatu peristiwa dramatik yang dicatat dalam kitab-kitab Injil. Setelah penangkapan ini, Yesus Kristus kemudian diadili dan akhirnya dihukum mati dengan disalibkan. Yesus ditangkap di taman Getsemani, tidak berapa lama setelah makan perjamuan terakhir Paskah dengan murid-murid-Nya. Penangkapan ini terjadi di malam hari atau menjelang dini hari, pada tanggal 14 bulan Nisan, yaitu hari pertama Hari Raya Roti Tak Beragi (Paskah Yahudi)[1][2]
BalasHapusYesus dan murid-murid-Nya pergi ke seberang sungai Kidron. Di situ ada suatu taman dan Ia masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya.
BalasHapusGetsemani menuju Golgota
BalasHapus
BalasHapusPerenungan yang sangat memberkati
Getsemani
BalasHapusreaksi melawan atau lari
BalasHapusGetsemani
BalasHapus
BalasHapusTerima kasih
Waktu Yesus masih berbicara datanglah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu, dan bersama-sama dia serombongan besar orang, sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang membawa senjata (pedang dan pentung) lengkap dengan lentera dan suluh, disuruh oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan tua-tua bangsa Yahudi. Yudas berjalan di depan mereka.[29
BalasHapusTaman Doa
BalasHapusBerdasarkan Perjanjian Baru, Taman Getsemani adalah tempat di mana Yesus dan murid-muridnya sering berkunjung, yang mana memudahkan Yudas Iskariot untuk menemukan Yesus pada malam penangkapan-Nya.
BalasHapusBerdasarkan Lukas 22:43-44
BalasHapusYes
BalasHapusGetsemani
BalasHapusDi sini Yesus bergumul dengan hebat untuk menundukkan kehendakNya pada kehendak Allah. Tidak seorang pun dapat membaca kisah ini tanpa melihat realita yang intens dalam pergumulan itu. Ini bukan permainan sandiwara. Ini adalah pergumulan yang hasilnya mungkin menang, mungkin kalah. Keselamatan dunia ini dipertaruhkan di Taman Getsemani ini, sebab saat itu Yesus bisa saja berbalik dan rencana Allah gagal sama sekali. Pada saat ini yang Yesus tahu adalah bahwa Ia harus maju terus dan di depan sana terdapat salib. Ia harus memaksa diriNya untuk melangkah terus – sama seperti yang sering harus kita lakukan. (Lukas 22:42-44)
BalasHapus
BalasHapusIstri Pontius Pilatus (bahasa Yunani: Πιλᾶτος (Pilatus), γυνὴ αὐτοῦ (istrinya); bahasa Latin: uxor Pilati; hidup sekitar abad ke-1) adalah tokoh tak bernama dalam Perjanjian Baru, dimana ia muncul dalam sebuah ayat tunggal dari Injil Matius. Dalam tradisi Kristen kemudian, ia dikenal sebagai Santa Procula (juga disebut Proculla atau Procla), Santa Claudia, Claudia Procles atau Claudia Procula. Legenda dan kesusastraan Kristen mengambil anekdot besar tentang istri Pilatus dalam PB.
DARI GETSEMANI KE GOLGOTA
BalasHapusMenurut keempat Injil, setelah Perjamuan Terakhir, Yesus pergi ke luar rumah untuk berdoa
BalasHapusDARI GETSEMANI KE GOLGOTA
BalasHapusPangkat Pilatus ketika menjabat sebagai gubernur Provinsi Iudaea tercetak dalam prasasti bahasa Latin sebagai "Prefek",tepat seperti yang dicatat dalam Injil Lukas, sementara sejarawan Tacitus yang menulis pada tahun 116 M menyebutnya sebagai "Prokurator", istilah yang sebetulnya baru dipakai sejak tahun 44, bertahun-tahun kemudian setelah Pontius Pilatus digantikan. Flavius Yosefus menyebutnya dengan istilah bahasa Yunani umum ηγεμων atau gubernur. Van Voorst u berpendapat bahwa penggunaan istilah yang berbeda dapat dimengerti karena datang dari saksi-saksi yang menulis dalam bahasa berbeda pada masa yang berbeda pula.
BalasHapusTulisan Leonardo da Vinci: mencatat mengenai seorang tentara yang berkeringat darah sebelum perang, dan mereka yang secara tak terduga dijatuhi hukuman mati.
BalasHapusAwal pengkhianatan Yudas Iskariot setelah peristiwa pengurapan Yesus oleh Maria, saudara Lazarus, di rumah Simon si kusta, di kota Betania, 6 hari sebelum Paskah. Injil Yohanes mencatat bahwa Yudas Iskariot menggalang murid-murid Yesus untuk menunjukkan rasa tidak senang, bahwa minyak narwastu yang mahal itu dibuang percuma untuk mengurapi kepala dan kaki Yesus Kristus. Hal itu dikatakannya bukan karena Yudas memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Yesus menegurnya bahwa pengurapan ini untuk mempersiapkan penguburan-Nya, sehingga kemungkinan Yudas menjadi marah tersinggung dan juga kecewa karena Yesus tidak berniat untuk memberontak terhadap orang Romawi, melainkan bersiap untuk mati.
BalasHapus